1: Awal

592 59 4
                                    

Seorang pemuda manis tengah duduk merenung di bangku taman. Taman sudah sepi pengunjung, dirinya duduk dengan tatapan kosong di sana.

Langit juga sudah nampak gelap, hanya ada bintang dan bulan yang menemaninya serta lampu jalan yang menyala.

Pemuda itu menitihkan air matanya, lagi dan lagi. Dirinya bingung harus berbuat apa saat ini. Keputus asaan telah mengelilingi dirinya, pemuda itu lelah dengan segalanya.

Dirinya menangis keras di taman sepi itu, tangisnya pecah seakan dirinya jatuh ke dalam lubang dalam.

Orang yang mendengar tangisnya pasti akan iba pada pemuda itu, namun dirinya hanya sendiri di sana hingga puas menangispun tak akan ada yang mengetahuinya.

Dadanya terasa sangat sesak, sedari tadi dirinya hanya menangis sendirian.

"Sekarang aku harus apa?".

Pemuda manis itu masih saja menangis sampai dirinyapun pusing kepala akibat tangisnya yang tak henti-henti.

Dirinya mengelus perutnya yang rata itu, apa yang harus dirinya lakukan pada yang ada di dalam perutnya.

Ingin rasanya memukul keras perutnya itu, namun dirinya masih memiliki nurani untuk tidak melakukan hal buruk pada jabang bayi yang ada didalamnya.

Pemuda itu menghapus air matanya yang tersisa pada pipi tirusnya. Bangkit dari duduknya untuk kembali ke kediamannya.

Dirinya tinggal pada sebuah kost-kostan kecil yang sanggup dirinya tinggali saat ini.

Cerita sedikit tentang dirinya, namanya Marchio Ervan Senota. Orang tuanya telah tiada sejak dirinya menginjak sekolah dasar.

Orang tuanya dahulu adalah pengusaha sukses, namun setelah orang tua Marchio meninggal seluruh harta dan perusahaannya telah di ambil alih oleh Pamannya dan dirinya di buang begitu saja oleh keluarganya.

Lalu dirinya tinggal bersama sang nenek yang menerimanya dengan tangan terbuka. Dirinya memang dekat dengan neneknya.

Hingga saat dirinya berada di sekolah menengah atas kelas 11 neneknyapun meninggalkannya.

Lagi dan lagi orang yang Marchio sayangi meninggalkan dirinya. Marchio sudah biasa dengan cacian dan makian dari orang sekitarnya.

Sampai saat ini dirinya sudah berada di semester 6 dan dirinya berkuliah di universitas yang bagus dengan beasiswa full yang dia terima.

Selama di dunia perkuliahan dirinya memiliki pertemanan yang baik. Salah satu temannya adalah Zaveron, Zaveron merupakan teman satu-satunya Marchio yang selalu menemani Marchio.

Marchio merasa bersyukur karena adanya Zaver di dalam hidupnya. Zaver selalu menemaninya saat senang dan susah. Tak jarang juga Zaver membantu Marchio selama ini.

Marchio selama ini bekerja di sebuah toko bunga dekat dengan kostnya. Dirinya bekerja demi kebutuhannya dan juga untuk membayar kostnya.

Sebenarnya dirinya juga mendapatkan uang dari beasiswanya. Uang itu dirinya tabung untuk kebutuhan mendadak yang tak terduga.

Dirinya juga menyisihkan untuk pembayaran kostnya dan juga kebutuhan kampusnya. Meskipun terkadang dirinya akan mendapatkan buku-buku gratis yang Zaver berikan padanya.

Namun tetap saja, Marchio selalu menyisihkan uang itu untuk kebutuhan yang memang harus dirinya penuhi.

Hal yang tak terduga lainnya adalah dirinya memiliki kekasih. Mereka sebenarnya hanya pendekatan selama seminggu. Dan setelahnya mereka menjalin kasih.

Setelah hampir sebulan lamanya, tiba-tiba hal yang buruk menimpa dirinya. Pemuda yang menjadi kekasihnya itu tiba-tiba menyetubuhinya dengan paksa.

Marchio sudah menolak dan memberontak pada pemuda brengsek itu, namun usahanya sia-sia. Hal yang tak dirinya inginkan terjadi juga.

Marchio telah dilecehkan oleh kekasihnya sendiri, yang seharusnya kekasihnya itu melindungi dirinya dan menjaga kehormatannya. Malah kekasihnya itu menghancurkan Marchio.

Dan tepat setelah kejadian keji itu terjadi, Marchio mengetahui fakta baru yang menyakiti hatinya. Ternyata selama ini dirinya hanya dipermainkan oleh Jervis, kekasihnya.

Dirinya hanya sebuah taruhan yang di buat oleh teman-teman kekasihnya dan kekasihnya itu. Tepat saat itu juga Marchio menampar keras Jervis dan mengakhiri hubungan mereka.

Marchio merasa hancur setelah kejadian itu. Dirinya menjadi tak percaya pada siapapun.

Zaver yang mendengar cerita dari Marchio naik pitam dan kembali memukul talak Jervis. Hingga pemuda jakung itu memiliki banyak lebam di wajah serta tubuhnya.

Marchio sudah mulai melupakan dan menjalani kembali hidupnya tanpa Jervis yang entah dirinya tak pernah melihat dan peduli kembali.

Namun Marchio merasa akhir-akhir ini dirinya merasa ada yang aneh pada tubuhnya. Dirinya menemui bahwa dia sering mual di pagi hari ataupun malam hari.

Dirinya juga sering kali merasa menginginkan sesuatu tiba-tiba. Namun saat itu dirinya tak memikirkan apapun. Dirinya pikir badannya hanya lelah dan akan sakit.

Pikirannya berkecamuk memikirkan lagi kemungkinan yang terjadi. Apa mungkin? Tidakkan? Masa sih?

Marchio dengan berat hati dan ragu membeli sebuah benda yang amat sangat tak ingin dirinya beli dan mengecek kebenarannya.

Namun rasanya dirinya harus mencoba, meskipun dirinya tak sanggup namun dirinya harus.

Jadi setelah dirinya pulang dari kampus yang di antar oleh Zaver dirinya kembali keluar saat Zaver sudah menghilang dari hadapannya.

Marchio berjalan menuju sebuah apotek dekat kostnya. Membeli sebuah benda bernama testpack yang di jual di sana.

Untuk memastikan hasil yang akurat dan pasti, Marchio membeli dua buah testpack yang berbeda jenis.

Dengan ragu dirinya mencoba testpack yang dirinya beli. Setelah bermenit-menit menunggu akhirnya dia memberanikan diri untuk melihat hasilnya.

Dan runtuh sudah pertahanannya dan dunianya, hasil yang ditunjukan sangat menyakiti hatinya. Positif, kata itu tertulis jelas pada salah satu testpack yang dirinya beli.

Dan satu lainnya menunjukkan dua garis yang menunjukkan bahwa benar adanya apa yang ada pada tubuhnya.

Marchio terjatuh berlutut pada lantai dingin kostnya. Menangis dalam diam, meratapi apa yang akan dirinya lakukan setelah ini.

Dan disinilah dia di sebuah taman sepi dekat dengan kostnya. Berjalan sendirian dengan tatapan kosong yang sedari tadi nampak pada wajah manisnya.

Sampai di dalam kostpun dirinya menangis lagi, entah sudah berapa lama dirinya menangis Marchio juga tak tahu.

Dirinya meratapi hidupnya yang begitu menyedihkan dan penuh cobaan. Dia berusaha menguatkan dirinya agar bisa bertahan sedikit lagi.

Visualisasi

Marchio Ervan Senota: Seok Matthew
Zaveron Darren Hans: Zhang Hao
Harchel Aeron Sevanus: Sung Hanbin

Somebody Pleasure (WoongMatt/Ppusamz + Gyuvin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang