Bagi Marchio waktu berlalu dengan cepatnya. Tak terasa kandungannyapun sudah genap 7 bulan. Bahagia adalah sebuah kata yang dapat menggambarkan keadaan Marchio saat ini.
Singkat ceritanya, saat usia kandungan Marchio genap berusia 5 bulan dan menuju 6 bulan lalu. Akhirnya Mama Mikael mengetahui kehamilan Marchio, dengan rasa gelisah dan cemas Marchio menceritakan segalannya pada Mama Mikael.
Perkiraan Marchio adalah Mama Mikael akan mengusirnya karena membawa anak yang tak memiliki seorang Ayah. Namun di luar ekspetasinya, ternyata Mama Mikael malah semakin menyayanginya dan malah menjadi protektif pada Marchio.
Marchio bersyukur, Mama Mikael dan keluarganya masih menerima dirinya. Bahkan yang tadinya Jayden sangat cuek pada Marchio kini mulai sedikit demi sedikit perhatian padanya.
Seperti sering menemani Marchio untuk pergi keluar sekedar membeli susu atau menemaninya jalan-jalan. Marchio senang, Jayden itu perhatian hanya saja memang tertutup dengan wajahnya tengil dan cuek.
Marchio berterimakasih sekali kepada keluarga Papa Juanda yang menerimanya dengan baik dan selalu menyayanginya dan bayi kecil di perutnya.
Hari-hari Marchio lewati begitu saja, di usia kandungannya yang sekarang ada di bulan ke 7 dirinya semakin berhati-hati dan menjaga kandungannya.
Yang tadinya memang jarang memeriksa ke dokter karena paksaan dari Mama Mikael akhirnya Marchio pasrah dan menurut jika Mama Mikael membawanya ke rumah sakit untuk check up kandungannya.
Seperti sekarang ini, mungkin baru dua minggu lalu dia kesini bersama Jayden karena perintah Mama Mikael. Namun sekarang sudah kembali lagi akibat Mama Mikael yang ingin sekali melihat cepat perkembangan anak Marchio.
"Mama, Chio habis check sama Jayden loh dua minggu lalu. Masa udah balik lagi".
"Ck. Gakpapa Chio udah nurut sama Mama aja. Mama mau liat cucu kecil Mama ini".
Mama Mikael mengelus lembut perut buncit Marchio, dan Marchio tersenyum kecil merasa bersyukur sekali akibat perlakuan Mama Mikael.
"Tapi Ma. Chio gak enak ngerepotin Mama terus. Chio bisa kok urus semua sendirian".
Mama Mikael mendelik tidak suka. "Apaan kamu. Gak-gak, pokoknya kamu nurut Mama aja. Papa juga nyerahin semua sama Mama biar kamu sama cucunya tu aman, sehat. Okay".
Marchio hanya bisa pasrah, akan rumit jika dirinya tetap pada pendiriannya. Mama Mikael akan semakin cerewet dan berujung tetap dirinya yang kalah.
"Ya udah yuk kita ke rumah sakit. Mama udah buat janji tadi sama dokter kamu".
Marchio menghela nafas pasrah, ikuti sajalah apa kata Mama Mikael.
Jadilah Mama Mikael dan Marchio berangkat menuju rumah sakit yang di tuju. Cukup jauh karena kediaman mereka termasuk pelosok di dalam perdesaan.
Tak sampai satu jam perjalanan akhirnya Mama Mikael dan Marchio sampai. Cukup lama, biasanya jika bersama Jayden perjalanan mereka terasa cepat.
"Yuk turun Chio. Dokternya udah nungguin".
Kedua lelaki manis itu segera memasuki rumah sakit dan ruangan yang di tuju.
"Siang Dok". Sapa Mama Mikael pada Dokter yang selama ini menjadi Dokter Marchio.
"Siang Ibu dan Marchio. Ketemu lagi kita Marchio".
Marchio tertawa canggung.
"Okay Chio boleh duduk di bed ya".
Marchio yang sudah hapal prosedurnya melakukan sesuai perintah Dokternya.
Dokter William atau kerap Marchio panggil dengan Kak Willy itu melakukan usg pada perut buncit Marchio.
Di monitor depan sana terlihat gambar bayi nan mungil yang bergerak-gerak.
"Semua aman ya Chio, Bu. Bayinya sehat dan tidak ada cacat sedikitpun semua lengkap. Untuk jenis kelaminnya sudah bisa terlihat, tapi kemarin Chio bilang jangan di kasih tau biar jadi kejutan. Jadi untuk kelaminnya masih saya keep sendiri Bu. Jika Ibu ingin mengetahuinya saya bisa beritahu".
"Tidak. Saya ikut Chio saja biar surprise".
Dokter William terkekeh kecil. "Baiklah. Untuk vitamin sudah Dokter berikan kemarin ya Chio. Tapi nanti tetap Dokter kasih lagi untuk tambahan Chio ya. Kamu bisa check up lagi bulan depan ya Chio. Tapi inget pola makannya tetap di jaga. Dan juga jangan kecapekan ya, lebih berhati-hati lagi".
Marchio mengangguk paham atas semua penjelasan Kak Willynya. "Iya Kak. Chio inget-inget terus".
Dokter William kembali terkekeh kecil. Dokter William membereskan bekas peralatan dan membersihkan perut Marchio.
"Baiklah kalau gitu Chio. Udah selesai ya, Chio boleh turun. Jangan lupa pesen Dokter tadi ya".
Marchio mengangguk semangat. "Tenang aja Kak Chio gak akan lupa".
"Kalau begitu kami pamit ya Dokter. Terimakasih banyak Dokter". Pamit Mama Mikael pada Dokter William.
"Sudah jadi tugas saya Bu".
"Kak Willy terimakasih banyak ya. Chio pulang dulu, lain kali kita jalan-jalan bareng ya Kak".
Dokter William mengangguk menanggapi Marchio. "Siap Chio. Nanti kita hangout bareng ya".
Marchio bersorak riang. "Kalau gitu Chio pergi dulu Kak. Babay".
Marchio melambaikan tangan heboh ke arah Dokter William yang di balas pula dengan lambaian yang gak kalah hebohnya.
"Puji Syukur Chio, cucu Mama sehat-sehat".
Marchio tersenyum riang. "Semua berkat Mama Mikael, Papa Juanda dan juga Jayden tentunya. Kalian semua baik sekali sama Chio. Terimakasih banyak Mama".
Marchio memeluk tubuh tinggi Mama Mikael. Dan tentunya di balas lembut Mama Mikael yang juga mengelus punggung Marchio.
Marchio bahagia sekali dipertemukan dengan keluarga Papa Juanda. Mereka semua amat baik kepada Marchio, Marchio berjanji akan membalas budi keluarga Papa Juanda suatu saat nanti.
"Ya sudah ayo Chio kita tembus dulu vitamin kamu. Terus kita makan di luar saja, nanti mama hubungi Papa dan Jayden biar bergabung".
Marchio hanya mengikuti apa kata Mama Mikael. Mereka berjalan beriringan, namun belum sampai tempat pengambilan obat Marchio berhenti mematung memandang kearah hadapannya dengan air mata yang lolos di pelupuk matanya.
"Veron". Lirih Marchio saat berhadapan langsung dengan sahabatnya Zaveron.
Visualisasi
Lee Jihoon/Woozi: William Putra Leam
So sorry gais menunggu lama
Baru bisa update bcs banyak hal dan alasan wkwkSemoga memenuhi ekspetasi kalian ya, hope kalian enjoy
Ketemu lagi kapan-kapan
Bubay
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody Pleasure (WoongMatt/Ppusamz + Gyuvin)
Fiksi PenggemarKehidupan penuh lika liku Marchio bersama sang anak, Giovanni. Marchio yang berjuang sendirian demi dirinya dan sang Anak yang masih bertumbuh dan berkembang. Merelakan dirinya untuk menjalani kehidupan merawat dan memenuhi kebutuhan anaknya. Marchi...