#Peringatan

5 3 0
                                    


Pagi ini Sadira mendapat kabar dari ibunya kalau Dika tidak akan sekolah karena sakit. Oleh karena itu ia duduk sendirian hari ini.

Biasanya ada Dika yang duduk di samping Sadira, menjadi teman sebangkunya sejak Dika datang sebagai murid baru waktu itu.

Sebenarnya sebelum ada Dika pun Sadira terbiasa untuk duduk sendiri dan ia merasa nyaman saja tanpa teman sebangku. Tapi setelah  Dika menjadi teman sebangkunya jujur saja Sadira merasa lebih nyaman di kelas.

Hari ini Sadira merasa kurang semangat sejak tadi pagi, apalagi sekarang waktunya istirahat. Sahabat-sahabatnya mengajak ia pergi ke kantin tapi Sadira menolak dengan alasan ia membawa bekal.

Sadira makan dengan tenang hingga makanannya habis tak tersisa. Entah kenapa ia merasa sakit perut setelah makan. Langsung saja ia beranjak dari kelas menuju ke toilet.

Selesai dengan kegiatannya di toilet, Sadira kini sedang mencuci tangan. Tiba-tiba saja ia mendengar suara pintu ditutup dengan keras, disusul dengan suara pintu yang dikunci dari dalam.

Ketika Sadira membalikkan tubuh, Cantika sudah berada di depannya dengan tatapan setajam silet itu.

Tanpa aba-aba Cantika mencengkram dagu Sadira dengan keras sembari menatapnya dari atas sampai ke bawah seakan sedang menghina penampilan Sadira dengan tatapannya.

“Gue yakin Dika Cuma kasihan sama lo,” ungkap Cantika sembari menunjukkan smirknya.

Sadira hanya bisa menundukan tatapannya karena tidak berani melihat Cantika. Ia juga merasa cengkraman Cantika semakin kuat hingga rasa sakit mulai terasa.

“Denger yah, pokonya gue gamau liat lo deket sama Dika. Dika punya gue pokonya.” Ucap Cantika dengan penekanan disetiap kata yang ia keluarkan. “Gue bisa lakuin lebih dari yang gue lakuin ke lo di toilet belakang itu!”

Sadira yang mendengar itu masih mencoba untuk mengerti apa yang dikatakan oleh Cantika. Meskipun pada akhirnya ia hanya mengangguk saja.

Sadira berharap semoga dengan cara itu Cantika melepaskannya. Ternyata melihat respon Sadira yang mengangguk Cantika langsung melepaskan cengkraman di dagu Sadira dengan kasar.

Cantika meninggalkan Sadira yang masih melongo mencoba mencerna kata-kata yang terlontar dari mulutnya.

Sadira kembali ke kelasnya dengan kepala yang masih bingung. Tapi sekarang ia mengetahui siapa yang menguncinya di toilet dan apa sebabnya orang itu melakukannya.

Setelahnya Sadira beranjak menuju kelasnya karena bel tanda masuk sudah kembali berbunyi. Ia langsung mendudukan tubuhnya di kursi.

Mila dan Hani yang melihat Sadira sepulang dari toilet hanya melamun merasa ada yang disembunyikan oleh Sadira.

“ Kenapa ngelamun Dir?” tanya Hani sambil agak mendorong pelan bahu Sadira dari belakang.

Sadira yang sedang melamun terlonjak kaget saat merasa badannya didorong pelan tiba-tiba dari belakang.

“ Kenapa?”

“Ditanya malah nanya balik kamu.”

“ Ehh,,,,e,,,,engga, gapapa kok.”

Hani dan Mila yang mendengar jawaban Sadira yang tergagap semakin curiga.

“ Kalo ada apa-apa cerita ya Dir kita kan sahabat kamu.” Ucap Mila dengan nada seakan berharap Sadira bercerita kepada mereka. Yang kemudian diangguki oleh Hani.

Sadira hanya tersenyum sambil mengangguk tanpa berniat untuk memberitahu kedua sahabatnya tentang apa yang ia dengar di toilet.

Meski ia merasa sedikit bersalah kepada kedua sahabatnya karena menyembunyikan sesuatu. Tapi ia rasa lebih baik ia simpan sendiri masalahnya itu.


shine like the sunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang