#Tugas

6 1 0
                                    


Dika hari ini datang ke sekolah lebih pagi dari biasanya, ia berencana hari ini akan mengerjakan tugas-tugas yang tertinggal sewaktu ia sakit kemarin.

Meski Dika bukan anak yang ambisius tetap saja ia peduli terhadap nilai. Meski terkadang ia harus mengalahkan rasa malasnya yang lebih dominan.

Maka Dika masih berkutat dengan buku dan pulpen di mejanya. Bahkan kelas masih kosong belum terisi oleh murid maupun guru.

Setelah beberapa saat, Dika sangat fokus bahkan tidak sadar kalau Sadira sudah duduk di sampingnya, lalu memperhatikan Dika yang masih berkutat dengan buku dan pulpen.

Sebenarnya Sadira sudah berniat akan menghindari Dika lagi. Mengingat ancaman Cantika di toilet waktu itu.

Tapi lama-lama Sadira tidak tega juga melihat Dika yang terlihat sedang kesulitan dalam mengerjakan soal matematika, pada akhirnya Sadira pun membantu Dika meski agak canggung.

“Dika mau aku bantuin gak?”

Dika yang masih menunduk mendongakan kepalanya lalu tersenyum sumringah dan mengangguk.

Sadira segera membantu Dika untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Ia mulai menjelaskan dengan sangat telaten begitupun Dika yang mendengarkan dengan seksama, sehingga Dika bisa memahami soal yang daritadi sedang berusaha ia kerjakan.

Akhirnya tugas-tugas Dika sudah selesai semua berkat bantuan dari Sadira. Karena jika tidak ada Sadira yang membantunya mengerjakan tugas, mungkin ia belum selesai sampai saat ini.

“Makasih Dir, udah bantu gue ngerjain tugas, gue kira lo lagi ngehindarin gue, soalnya dari kemarin lo kayak gak mau ngomong gitu sama gue.”

“Emang aku lagi ngehindar.” Tentu saja itu hanya Sadira ucapkan dalam hati. Karena nyatanya hanya gelengan kepala yang Dika lihat sebagai jawaban dari Sadira.

Entah kenapa Dika merasa lega karena Sadira tidak mendiaminya lagi.

Setelah Dika menyelesaikan tugasnya, mereka kembali terdiam dengan pikiran masing-masing. Menunggu guru untuk masuk ke kelas dan memulai pembelajaran.

Kelas pun mulai terisi penuh, murid-murid sudah mulai menyiapkan diri untuk segera belajar.

Begitu juga Cantika yang sudah duduk di kursinya sambil menatap tidak suka kepada Sadira yang duduk di samping Dika.

"Masih berani deketin Dika ternyata si cupu itu." Ucap Cantika sambil tersenyum jahat.

Di kepala Cantika sudah terdapat beberapa rencana untuk kembali menghukum Sadira karena berani-beraninya Sadira tidak mendengar ucapannya untuk menjauhi Dika.

Cantika tidak akan begitu saja membiarkan orang yang mendapat perhatian dari orang yang ia suka bebas. Ia pasti akan berusaha untuk mendapat perhatian dari Dika, ia juga tidak mau kalah oleh Sadira yang menurut Cantika lebih rendah daripadanya.

Ditambah dengan sikap Dika yang seakan menolak jika didekati oleh Cantika, ia merasa lebih penasaran dan merasa tertantang untuk mendapat perhatian dan juga hati Dika.

Ia tidak akan segan-segan berbuat keji bahkan menyakiti orang yang menurut Cantika menjadi penghalang jalannya.

Author:
Up lagi nii hehe

shine like the sunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang