ASMARA CINTA UDAH UPDATE SAMPAI BAB 8 YA DI KARYAKARSA." Tuan, sarapan sudah siap!"
" Baik. Saya akan keluar!" Rudi mengambil tongkat dan berjalan keluar kamar.
" Selamat pagi, Pa." Rudi duduk di kepala kursi meja makan.
" Selamat pagi. Mau kemana?" Rudi menilik penampilan Martha yang rapi.
" Ada meeting di yayasan jam delapan ini. Takut nya nanti macet kalau berangkat telat."
Rudi mengangguk.
" Papa mau sarapan apa?"
" Bubur saja!"
Martha dengan sigap menuangkan bubur kacang hijau ke dalam mangkuk dan menghidangkan di hadapan Rudi.
Rudi membuka koran yang memang tiap pagi selalu di sediakan di meja makan untuk ei baca Rudi.
Walaupun zaman sekarang orang-orang pada sibuk dengan dunia teknology. Rudi tetap dengan kebiasaannya selalu membaca koran.
" Wilaga ada menelpon Papa?"
" Tidak. Memang kenapa?" Rudi membalik koran tanpa menatap Martha.
" Aku kira dia akan segera menghadap Papa. Sebentar lagi sudah waktunya, Pa!"
Rudi terdiam. Ia menetap Martha di balik kaca mata yang terbingkai.
Rudi menyesap teh nya.
" Kalau sudah waktunya mau bagaimana? Janji tetaplah janji. Harus di penuhi."
Martha tersenyum. " Papa serius?" Tanya Martha. Seulas harapan tercetak jelas di matanya.
" Bagaimana dengan Pak Bambang?"
" Urusan Bambang dengan Papa. Kamu tidak usah khawatir."
Martha mengangguk. Ia mengulas senyum.
" Semoga kali ini semuanya di mudahkan, Pa! Sudah cukup Wilaga berkorban. Dia tidak bahagia selama ini. Aku rindu dengan senyum anakku, Pa!" Curahan hati Martha pun di dengar baik oleh Rudi.
" Harap Papa pun sama! Papa sudah tua. Keinginan Papa lebih melihat kalian bahagia. Sudah cukup Papa menempatkan Wilaga dalam posisi ini. Papa akan usaha kan masalah ini selesai tanpa ada perperangan. Semoga Bambang menepati janjinya."
Martha mengangguk. Dalam hati ia pun berdoa untuk keadaan ini.
****
" Papa."
Wilaga menghentikan langkahnya. Ia membalik badan.
" Shakila. Kenapa sayang?"
" Kila mau berangkat sekolah di antar Papa!"
Wilaga menatap jam tangan nya. Ia mengangguk.
" Boleh. Kita berangkat bareng. Papa masih ada waktu!"
" Yey. Ayo, Pa!" Shakila mengamit lengan Wilaga. Ia bahagia. Hari ini Papa bisa mengantarnya ke sekolah.
Di atas tangga Shanum melihat kebahagian Shakila. Ia tidak tahu akan terjadi apa jika senyum itu tidak lagi menepati bibir anaknya.
Ia akan mengusahakan agar Wilaga akan selalu di posisisnya. Ia tidak akan pernah melepas Wilaga. Shakila sudah bergantung sekali kepada Wilaga. Walaupun sikap Wilaga selalu dingin akan ia terima. Ia akan membuat Wilaga menghadap ke arahnya.
Kamu yakin Shanum? Bukankah waktu selama lima belas tahun ini kamu tidak mampu mengambil hati suamimu?
Bisik-bisik suara itu menggema di telinga Shanum. Ia tidak peduli. Sekalipun beribu tahun akan ia buat Wilaga sepenuhnya miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara Cinta
Любовные романы15 tahun sudah berlalu. Bukan waktu yang singkat untuk bisa melupakan semua tentang mu. Hati ini tak mau menurut sesuai kehendakku. Ia terus dan terus berjalan menatap ke arah mu. Aku harus apa? semua cara sudah ku coba untuk melupakan sosok dirimu...