🎉 ENAM BELAS🎉

1.5K 187 15
                                    

Bab 12-15 ada di karyakarsa ya

Jam sebelas malam ada yang mengetuk pintu rumah Amara. Amara terbangun karena ketukan pintu tersebut.

" Siapa ya yang bertamu malam-malam ini?" gumam Amara. Pikirnya sibuk bertanya.

Amara menghidupkan lampu kamar dan melihat waktu sudah pukul sebelas.

Keadaan ruang tamu juga gelap. Amara menekan saklar lampu sehingga ruangan terang benderang.

Amara melihat siapa gerangan tamu malam-malam begini lewat jendela.

Mata Amara melebar kaget. Ia segera membuka kunci pintu. Netranya bersirobok dengan pemilik tamu yang datang.

" Mas,"

Wilaga mengukir senyum lelah. Namun gurat bahagia itu tidak hilang dari wajahnya.

" Masuk, Mas!"

Amara segera menyuruh Wilaga masuk. Amara kembali mengunci pintu.

" Mas baru datang?" Amara menangkap koper Wilaga.

" Iya Mas berangkat sama penerbangan terakhir,"

Amara terkejut. " Kenapa harus malam-malam begini, Mas? Nggak bisa besok pagi aja berangkatnya?"

" Nggak tahu kenapa, sejak siang tadi Mas nggak tenang aja bawannya. Mas kepikiran kamu sama anak kita. Yaudah Mas langsung pesan tiket aja. Dapat nya yang terakhir. Yaudah Mas ambil,"

" Kenapa nggak telpon aja?"

Wilaga menggeleng. " Mas nggak kuat kalau nelpon. Dengar suara kalian aja Mas rasanya langsung mau terbang kesini. Makanya Mas tahan buat nggak nelpon atau menghubungi kamu sama Axi."

Amara terdiam. "Terus dari bandara kesini naik apa?"

" Ojek."

" Ojek?" tanya Amara tak percaya. Masalah nya ini Wilaga loh. Pengusaha kaya masa naik ojek.

" Biar cepat sampainya di sini. Axi mana? Udah tidur?"

" Udah. Mas nggak lihat jam berapa. Udah hampir tengah malam."

Wilaga meringis. " Sorry. Kalau Mas mengganggu."

Amara menggeleng. " Bukan soal mengganggunya. Tapi--- ah udahlah. Tunggu Aku buatin air minum dulu."

" Air putih hangat aja!"

"Hm,"

Wilaga menyugar rambutnya. Ia mendudukkan tubuh nya di sofa dan bersandar. Wilaga memejamkan mata seraya mengurut pelipisnya.

Amara datang membawa segelas air minum.

" Minum dulu, Mas!"

Wilaga membuka mata lalu menerima gelas dari tangan Amara.

" Terima kasih,"

Amara duduk di hadapan Wilaga. Ia menatap Wilaga yang sebulan ini tidak ada kabar. Tiba-tiba hampir tengah malam udah berdiri di depan rumah.

" Mas sudah makan?"

Wilaga mengangguk.

Amara diam. Ia tidak tahu mau ngomong apa.

" Mas mau lihat Axi sebentar."

Amara dengan cepat menggeleng. Wajahnya tampak panik. " Jangan, Mas! Besok saja!"

Wilaga mengernyit. " Kenapa?"

Amara mencari alasan yang masuk akal. Ia menatap wajah Wilaga. " Besok aja, Mas! Takut nanti anaknya bangun."

Asmara CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang