Di karyakarsa udah Bab 5 ya. Yukk cek duluu di sana. Satu bab nya cuma 4k saja.
,🎉🎉🎉🎉🎉
" dokter, Axi udah nunggu sejak sejam yang lalu."
" Oh Axi udah datang. Terima kasih suster niken!"
" Sama-sama, dok."
Amara segera berjalan ke ruangannya. Ia membuka pintu dan melihat Axi sedang membuka laptop miliknya.
" Sayang,"
" Bunda." Axi menatap Amara yang baru masuk. "Bunda sudah selesai?"
Amara mengangguk ia membuka snelli nya dan menggantung di gantungan belakang meja.
" Sudah. Baru selesai. Kita langsung pulang?"
" Axi lapar, Bun. Kita makan dulu ya!" Axi memberikan puppy eyes yang membuat Amara gemas.
" Boleh. Mau makan dimana? Kali ini Axi boleh pilih."
Axi menatap Amara bahagia, " Serius Bun?"
Amara mengangguk. " Serius sayang."
" Kita makan di restoran jepang aja, Bun!"
Amara menatap Axi. " Jepang?" Axi mengangguk. " Nggak mau korea?"
" Nggak. Korea udah. Mau makanan jepang."
Amara tersenyum menggeleng.
" Oke. Yuk berangkat!"
Amara mengulurkan tangan yang langsung di sambut Axi setelah mematikan laptop.Mereka keluar dari ruang praktek Amara. Mereka berjalan bergandengan seperti kakak adik. Bukan seperti Anak dan Ibu. Tinggi Axi sudah sebahu Amara. Pantesan orang-orang tidak akan berpikir dua kali jika menganggap mereka adik dan kakak.
Axi dan Amara tersenyum menyapa para suster dan pasien yang berlalu lalang.
" Wah, mau kemana nih? Ceria amat?"
Langkah Axi dan Amara terhenti. Amara tersenyum melihat teman sekaligus rekan nya. Dokter Sonia. Spesialis jiwa.
" Kita mau pulang. Sebelum itu cari makan dulu. Kamu udah selesai?"
" Belum. Dua jam lagi baru habis shift nya." Jawab Sonia melihat jam pergelangan tangan.
" Ah lama lagi. Kalau nggak kita makan bareng di luar deh." Kali ini Axi yang menyahut. Ia sudah akrab dengan Sonia. Ia menganggap Sonia sudah seperti tante nya sendiri.
" Hehe. Lain kali sayang. Hari ini tante nggak bisa."
" Yaudah. Kita duluan ya! Takut kemaleman ntar," ujar Amara. Sonia mengangguk.
Amara dan Axi kembali melanjutkan langkah nya. Sonia menatap Punggung Amara dan Axi yang sudah menjauh.
****
Amara dan Axi sudah berada di restoran jepang pilihan Axi sendiri. Mereka sedang menikmati pesanan yang sudah di hidangkan.
" Enak, Bun?"
" Lumayan." Axi mencebik. " Bunda selalu bilang lumayan kalau makan kayak gini."
Amara menelan makananya.
" Ya, mau gimana. Selera Bunda kan sederhana. Nggak biasa makan yang beginian."" Ah, Bunda nggak gaul."
" Memang Bunda harus gaul? Bunda ini udah tua nggak cocok gaul gaul kayak anak muda lagi."
" Bunda mah gitu selalu merendah. Padahal banyak yang deketin Bunda. Padahal Axi sudah nggak sabar mau punya Ayah yang kaya dan tampan."
" Belum ada yang cocok," Axi menatap Amara lekat.
" Atau Bunda mau nunggu Ayah kembali?"
Deg
Suapan Amara terhenti di udara. Ia menatap Axi yang santai mengunyah makanannya.
" Kenapa Axi ngomong begitu?"
Axi mengangkat bahu. " Ya kan mana tahu. Bunda lagi nunggu Ayah yang nggak pernah datang."
Amara mengambil minum dan meneguknya. Lalu ia menatap Axi.
" Jika Ayah kembali Axi mau apa?"
Axi menggeleng. " Nggak tahu."
" Tidak kangen Ayah?"
" Kangen ke ayah iti rasanya gimama, Bun? Secara Axi belum pernah ketemu. Cuma lihat foto nya aja."
Amara terdiam. Ia tidak tahu mau menjawab apa.
" Udah. Lanjutkan makannya!"
Amara kembali melanjutkan makannya. Rasanya tidak lagi sama. Namun Amara tetap menghabiskan karena ia tidak suka membuang-buang makanan." Takoyaki nya tinggal satu. Bunda mau?"
" Nggak. Axi saja yang makan."
Amara sudah kenyang. Ia tidak lagi bernafsu makan.
****
" Cuci muka, cuci kaki. Sikat gigi!"
" Iya, Bunda. Axi ingat. Axi udah besar nggak perlu di ingetin lagi."
" Mana tahu lupa kan?" Ujar Amara menyimpan sepatu nya di rak khusus sepatu.
" Mana bisa lupa kalau tiap malam Bunda ingetin," Axi mencebik. Amara terkekeh.
" Selamat malam, Bunda!"
" Malam, sayang. Nice dream!"
Axi menutup pintu kamarnya. Amara pun berlalu ke kamarnya dan bersih-bersih sebelum tidur.
Amara keluar dari kamar mandi dan sudah berganti pakaian dengan gaun tidur.
Amara naik ke atas tempat tidur dan merebahkan tubuhnya. Matanya menatap langit-langit kamar. Pikirannya jauh menerawang.
Amara tidak mau membuang waktu dan pikirannya hanya untuk mengenang masa lalu yang akan membuat nya kembali sedih dan terpuruk.
Amara kembali bangkit mematikan lampu kamar dan menggantinya dengan lampu tidur. Ia kembali merebahkan tubuhnya dan menutup mata bersiap untuk tidur.
******
" Baru pulang, Mas?" Shanum menghadang Wilaga yang baru pulang kerja.
" Hm."
" Kamu akhir-akhir ini sering pulang larut. Kamu kemana dulu Mas? Nggak mungkin lembur kan?"
Wilaga menatap tajam Shanum
" Jam berapa pun saya pulang Tidak ada hubungan nya dengan kamu. Jangan terlalu melampaui batas Shanum. Sudah berapa kali saya ingatkan!" ukar Wilaya tegas.
" Tapi aku ini istri kamu, Mas. Aku berhak tahu!" Shanum menunjuk dirinya yang mulai emosi.
" Istri? Bukankah kamu tahu kalau saya tidak pernah menganggapmu istri?" Wilaga tersenyum sinis. Ia berlalu ke kamar meninggalkan Shanum yang mengepalkan tangan menahan amarah.
Tbc!
23/07/23
Langsung up sekali dua nih. Jangan lupa di follow dan dinmasukkan ke dalam library nya ya.
Vote dan komen di perlukann gaess
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara Cinta
Romansa15 tahun sudah berlalu. Bukan waktu yang singkat untuk bisa melupakan semua tentang mu. Hati ini tak mau menurut sesuai kehendakku. Ia terus dan terus berjalan menatap ke arah mu. Aku harus apa? semua cara sudah ku coba untuk melupakan sosok dirimu...