Johan mendobrak pintu gudang basket kasar, mendapati dua orang temannya sedang menghisap rokok dengan santainya, melihat pemandangan itu Johan segera berjalan cepat menghampiri mereka berdua.
"Bego!" Satu pukulan mendarat tepat disudut bibir Danu, Radit menarik tangan temannya itu berusaha menahan perbuatan kasar yang akan diperbuatnya lagi. "Lo goblok banget jadi orang, ngapain lo sebar foto nude Rika??!!"
Danu menyeka darah segar akibat pukulan Johan, ia meringis kesakitan. "Anjing, lo. Luka dari Gio aja belum sembuh malah lo tambahin."
"Jo, tenangin diri lo." Radit membuka suara, menarik Johan agar duduk tepat didepan Danu. "Sekarang lo berdua ngomong, harus tanpa emosi karena kita temenan udah lama."
"Jo, gue nggak tahan lihat Rika karena dia nolak gue terus." Danu menarik nafasnya. "Jadi sebagai balasannya gue sebarin aja biar doi kapok."
"Tapi enggak gitu juga, bangsat!" Johan melayangkan pukulan lagi dipelipis Danu, refleks Danu melindungi kepalanya sendiri dengan tangannya.
"Apa yang udah terjadi yaudah, lah." Radit berdiri diantara mereka berdua berusaha menengahi. "Danu juga udah dapat konsekuensinya."
"Konsekuensi apa?" Tanya Johan menoleh pada Radit.
"Danu sama Rika dikeluarin dari Sekolah."
"Sialan! Lo juga bodoh banget, apa lo nggak pernah mikirin kedepannya apa?"
Danu berdiri dari bangkunya, memicingkan matanya tajam pada Johan. "Lo tau semua ini karena siapa? Karena lo! Lo yang ngajarin gue kalo mau punya cewek yang nurut harus simpan foto pribadinya."
Johan ikut berdiri dengan perasaan yang semakin menggebu-gebu. "Lo kok jadi salahin gue, hah?! Gue nggak pernah ngajarin lo untuk nyebar foto pribadi cewek, gue cuma bilang simpan foto pribadinya biar dia nggak bisa pergi!"
"Lo nggak pernah sadar juga ya atas kelakuan lo?" Danu menunjuk wajah Johan dengan jari telunjuknya. "Lo harusnya sadar, tanpa itu Mila juga udah ogah sama manusia bangsat kayak lo!"
"Anjing!" Johan melayangkan satu tinju sebagai tambahan memar pada pelipisnya, kemudian ia menarik kerah baju Danu dan menggoyangkan badannya kasar. "Lo nggak usah bawa-bawa Mila!"
Danu yang tak mau kalah menghempas tangan Johan kasar, ia turut membalasnya dengan melayangkan tinju pada pelipis Johan. "Mila itu udah benci banget sama orang kayak lo! Harusnya lo sadar!"
Melihat perseteruan kedua sahabatnya yang kian memanas, Radit memungut dua balok kayu yang terletak di lantai, ia mengangkat balok kayu itu seraya berteriak dengan lantangnya. "Ayo silahkan lanjut terus!!! Kalo bisa pake balok kayu ini sekalian biar pada mampus lo berdua!"
Johan menarik nafasnya kemudian refleks menghentikan pergerakannya, Danu juga ikut terdiam memandangi Radit yang sekarang tengah membuang kasar balok kayu itu ke lantai.
"Kita temenan udah lama, memangnya lo berdua nggak bisa selesaikan masalah ini dalam keadaan kepala dingin?"
"Asli gue nggak ngerti lagi sama jalan pikiran ini orang." Johan mendaratkan pantatnya pada bangku dibelakangnya. "Kalo gini ceritanya, lo itu ibaratnya lagi kecebur ke dalam lubang buaya. Setelah ini lo mau ngapain lagi coba gue tanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARMILA
Teen FictionKata siapa jatuh cinta itu akan terus terasa indah? Armila Eliana berani bertaruh bahwa cinta tidak selamanya indah. Dibalik setiap senyum manisnya, tersimpan rasa takut yang kerap kali menghantuinya. Sejauh apapun dirinya mencoba berlari pada akhir...