"Astaga! Ada yang pingsan."
Gio tersadar mendapati seorang gadis yang belakangan ini menarik perhatiannya tengah jatuh pingsan diantara kerumunan orang-orang yang menyaksikan dirinya bertengkar dengan Danu. Pak Asep—penjaga sekolah langsung menyergap Danu diikuti dengan para guru dibelakangnya.
Gio langsung menghampiri tubuh Mila yang terbaring lemah di aspal itu. "Cowok kayak apaan lo pada, gak ada yang nolong cewek pingsan??!!" Teriak Gio seraya mengangkat tubuh Mila lalu membopongnya ala bridal style.
Banyak pasang mata yang memperhatikan tingkah Gio, bahkan ada yang berani memotret momen mereka berdua secara terang-terangan, Gio tak mengindahkannya asal gadis yang dibawanya sekarang selamat.
Tiba-tiba saja dari jauh Nindy berlari menghampiri Gio dengan ekspresi terkejutnya. "Astaga, Mila."
"Nin, cepat buka pintu UKS itu." Titah Gio menunjuk pintu UKS dengan dagunya.
Nindy terperangah mendengar Gio menyebut namanya, ini merupakan kali pertama dalam hidupnya seorang Gio memanggil namanya.
"Buruan." Perintah Gio lagi dengan raut wajah kesalnya. "Lo mau Mila mati disini?"
Sesaat Nindy tersadar, dengan gerakan cepat ia langsung membuka pintu UKS sesuai dengan intruksi Gio, mereka masuk ke dalam kemudian Gio membaringkan Mila ke salah satu ranjang UKS tersebut. Untungnya didalam ada Suster Ani yang sigap mengecek keadaan Mila, di Sekolah mereka ini memang disiapkan seorang perawat agar siswa yang sedang sakit dapat ditangani langsung oleh ahlinya.
"Mila baik-baik aja kan, Sus?" Tanya Gio dalam keadaan gusar.
"Gapapa, dia cuma syok aja kok." Suster Ani mengoleskan minyak kayu putih ke segala sisi badan Mila. "Kamu buatin teh manis hangat untuk Mila ya, Nindy."
Nindy mengangguk paham, ia langsung mengerjakan perintah dari Suster Ani sementara Gio terpaku pada luka memar di lengan Mila yang sedang diolesi minyak kayu putih oleh wanita itu, luka memarnya terlihat seperti luka baru.
"Saya udah cek kondisi Mila, semuanya normal, nggak ada yang perlu kamu khawatirkan." Ucap Suster Ani seraya tersenyum ke arah Gio. "Kamu sehat, kan? Udah lama nggak ketemu kamu."
"Kenapa, Sus?" Tanya Nindy yang baru saja datang membawa satu gelas teh manis hangat, ia langsung melatakkan teh hangat itu ke atas meja tepat di sebelah Mila yang sedang berbaring. "Emangnya sebelumnya pernah ketemu?"
"Saya cuma nanya aja, soalnya dia sering masuk ke UKS, tapi sekarang nggak pernah ketemu lagi." Suster Ani mengalihkan pandangannya dari Gio, beralih menatap Nindy. "Memangnya saya nggak boleh nanya begitu?"
"Boleh, Sus. Memang Nindy aja yang agak ribet." Sela Gio sebelum Nindy menjawabnya.
"Tuh, Mila mulai sadar." Tunjuk Suster Ani mengalihkan perhatian mereka berdua, mereka mendapati Mila mulai menggerakkan jari telunjuknya dengan pelan, bersamaan dengan itu bel masuk terdengar berbunyi. "Nindy kamu masuk aja, saya yang akan jagain Mila."
"Gio, lo ikut masuk juga, kan?" Tanya Nindy melihat perubahan wajah Gio yang terlihat antusias setelah mendapati Mila mulai sadar dari pingsannya.
"Gue mau ke ruang guru, lo duluan aja."
"Sus, sebenarnya aku pengen jagain Mila." Ucap Nindy memberengut. "Biarin aku disini dong, Sus."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARMILA
Genç KurguKata siapa jatuh cinta itu akan terus terasa indah? Armila Eliana berani bertaruh bahwa cinta tidak selamanya indah. Dibalik setiap senyum manisnya, tersimpan rasa takut yang kerap kali menghantuinya. Sejauh apapun dirinya mencoba berlari pada akhir...