"Lo cewek yang dijembatan itu, kan?"
Mila berbaring di ranjangnya seraya menatap langit-langit kamarnya, pertanyaan yang dilontarkan cowok itu terus menerus terngiang dipikirannya. Ia yakin tak ada yang salah dengan pendengarannya, cowok itu benar-benar mempertanyakan hal itu.
Mila sangat yakin yang menolongnya pada malam itu bukan Gio, cowok itu mungkin hanya pernah melihat dirinya berjalan di jembatan itu dan hal itu menjadi sebuah kebetulan belaka.
Sekelebat kejadian malam di pinggir jembatan itu terlintas kembali didalam pikirannya, ia tak bisa mengingat bagaimana rupa cowok yang menolongnya itu karena keadannya sangat gelap. Tapi yang pasti, Mila ingat betul cowok itu terlihat dewasa—mengenakan tuxedo lengkap dengan sepatu pantofel, terlihat mapan dan sangat berbeda jauh dengan Gio yang masih anak sekolahan.
Kehadiran Bibi Dena yang baru saja masuk ke dalam kamarnya sukses membuyarkan lamunannya, Mila terlonjak kaget dan bangkit dari posisi tidurnya. "Astaga, Bi. Aku kaget banget, kok pintunya nggak di ketuk dulu, Bi?"
"Maaf, Nak. Udah Bibi ketuk dari tadi cuma nggak ada sahutan dari kamu." Ucap Bi Dena seraya melangkahkan kakinya masuk lebih dalam. "Bibi cuma mau kasih tau, transferan dari Mr. X udah masuk."
Cewek itu menganggukkan kepalanya. "Makasih ya, Bi."
Bi Dena merupakan Asisten Rumah Tangga di keluarga Mila sejak ia masih duduk dibangku SMP. Bi Dena merupakan satu-satunya pekerja yang selalu setia mengabdi pada orangtuanya. Dulu, sebelum Mr. X rutin mengirim mereka uang, keuangannya sempat turun drastis karena Ayahnya meninggal dunia, hanya Bi Dena lah yang setia bekerja untuk mereka tanpa diupah selama 6 bulan lamanya.
Mila tak bisa mengungkapkan betapa sayangnya ia pada Bi Dena, seorang wanita berusia sebaya dengan Ibunya itu bekerja dengan ikhlas tanpa pamrih. Pada saat Mr. X mulai memberinya uang, disaat itulah Mila bisa membalas jasanya dengan membayar Bi Dena 10x lipat dari sebelumnya dan membelikannya rumah lengkap dengan kendaraannya di kampung halamannya.
Menurut Mila, selagi ia mempunyai uang yang banyak, nominal segitu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan jasa besar yang diberikan Bi Dena kepada mereka. Wanita itu tulus merawat ia dan Ibunya. Mila juga tidak pernah membatasi akses Bi Dena, bahkan ia mempercayakan sepenuhnya kepada wanita itu untuk mengelola keuangannya.
Berbicara tentang Mr. X, Mila sama sekali tidak mengetahui siapa dibalik orang yang rutin mengirimkannya uang sebesar 200 - 500 juta tiap bulannya. Dirinya sudah berupaya mencari tahu dengan melacak alamat pengirim uangnya namun pihak Bank berkata bahwa tidak bisa mendapatkan identitasnya.
Sangat tidak masuk akal dalam pikirannya.
Mila tahu persis pasti sosok dibalik itu adalah orang yang sangat berkuasa akan uang, ia dapat membeli dan menutup mulut siapa saja menggunakan uangnya. Sampai saat ini, Mila tidak tahu apa tujuan sosok itu mengiriminya uang perbulan sebanyak itu.
Bukannya Mila tak bersyukur, ia teramat sangat bersyukur karena dengan uang itu dirinya bisa melanjutkan sekolah dan membiayai perawatan serta pengobatan Ibunya yang didiagnosa lumpuh selepas kepergian Ayahnya.
Entah sampai mana Mr. X akan berhenti, namun firasat Mila mengatakan Mr. X itu akan berhenti sampai saat ia selesai dengan pendidikannya dan mulai bisa menghidupi keluarganya sendiri.
Jangan tanya Mila darimana Mr. X itu mengetahui nomor rekeningnya, ia juga tidak tahu apa-apa. Pertama kali menerima uang sebesar itu dirinya gemetaran, ia takut uang itu merupakan hasil transaksi gelap dan hal itu kedepannya akan merugikan dirinya. Mila tak mau memakai uang itu dan berencana akan memblokir rekeningnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARMILA
Fiksi RemajaKata siapa jatuh cinta itu akan terus terasa indah? Armila Eliana berani bertaruh bahwa cinta tidak selamanya indah. Dibalik setiap senyum manisnya, tersimpan rasa takut yang kerap kali menghantuinya. Sejauh apapun dirinya mencoba berlari pada akhir...