"Phi aku harus pulang,"
"Nanti saja Gulf, baru jam tujuh,"
"Tapi sedari tadi Bunda menghubungi ku terus,"
"Kau bilang saja, sedang mengerjakan tugas di rumah teman mu,"
Saat ini Gulf tengah ikut Kao bertemu dengan teman-temannya, awalnya Kao mengajak Gulf hanya sebentar itu sebabnya Gulf ingin ikut namun semua tak sesuai yang di ucapkan oleh Kao.
Saat tengah kalut tiba-tiba ponselnya berdering dan ternyata Ayah nya yang menghubunginya.
"A-ayah!"
"Cepat pulang, jika tidak kau akan tau akibatnya,"
"Maaf yah, Gulf sedang di rumah teman ada tugas yang harus Gulf selesaikan,"
"Kau mau mencoba membohongi ku?"
"Ti-tidak yah!"
"Apa kau tau? Karna sikap mu ini Bunda mu harus di rawat di rumah sakit, apa kau belum puas membuat Bunda mu seperti ini? Sekarang lakukan apa yang membuatmu senang jika perlu jangan pulang,"
Tutt..tutt..
Pangilan terputus dan seketika tubuh Gulf merosot, dia menangis sedih karna sikapnya Bunda nya harus di rawat.
"Hikss..Gulf minta maaf Bun,"
"Gulf, ada apa?"
"Phi, aku harus pulang karna Bunda masuk rumah sakit,"
"Ayo aku antar,"
Akhirnya Kao mau mengantar Gulf pulang, dan saat sudah berada di halaman rumah sakit Gulf langsung berlari ke arah kamar di mana Bunda nya di rawat.
Brukk..
"Awww..!"
"Gulf!"
"Kau, sial sekali hidupku bertemu dengan mu,"
"Jaga ucapanmu, karna kau yang ceroboh,"
Setelah mengatakan itu Mew pergi dari hadapan Gulf, dia tidak perduli Gulf masih dalam posisi jatuh terduduk, sedangkan Gulf lekas berdiri dan mengikuti kemana Mew pergi.
"Mew, kenapa kau lama?"
"Maaf paman, tadi Mew harus keluar rumah sakit untuk mendapatkan buburnya, kebetulan sebagian kantin sudah tutup,"
"Terimakasih Mew, karna kau sudah mau mencarinya,"
"Tidak masalah Bun, ayo sekarang Bunda makan dulu,"
"Bunda mau di suapi sama kamu, kau tidak keberatan kan?"
"Bunda, biar Ayah saja kasihan Mew sudah lelah mencari bubur dan sekarang bunda Minta di suapi,"
"Mew tidak keberatan Paman, ayo Bunda duduk dulu supaya enak makanya,"
Dengan telaten Mew menyuapi Namtan, sedangkan Gulf hanya bisa melihat dari balik pintu bagaimana perhatiannya Mew terhadap Bunda nya.
"Gulf!"
"Mama!"
"Kenapa kau di luar? Kenapa tidak masuk?"
"Tidak apa-apa Ma, Gulf juga baru datang,"
"Ya sudah ayo masuk,"
Akhirnya Gulf masuk setelah hampir dua puluh menit di luar, beruntung Tuan Jong dan istrinya datang jika tidak mungkin Gulf akan tetap berdiri di luar hinga besok pagi.
"Selamat malam semua?"
"Malam Jong, kau datang kesini? Bukanya kau tengah sibuk mencari Mansion,"
"Aku sudah dapat, dan tidak jauh dari kantor,"
"Syukur lah kalo begitu, lalu kapan kalian akan menepatinya?"
"Mungkin lusa, karna aku harus mengisi barang terlebih dulu,"
"Nanti rumah ku akan terlihat sepi, jika kalian meninggalkan rumah ku,"
"Kami akan berkunjung ke rumah mu semingu sekali,"
"Kalian berdua malah ribut tentang Mansion, aku sedang sakit kepala,"
"Bagaimana keadaan mu jeng?"
"Masih belum baik-baik saja, dan mungkin masih harus di rawat disini sampai aku benar-benar pulih,"
"Apa yang sebenarnya kau pikirkan? Jika Gulf tidak ingin menikah dengan Mew lebih baik perjodohan ini kita batalkan, aku tidak ingin memaksa putra mu untuk menjadi pendamping untuk Mew karna paksaan,"
Gulf melihat wajah Bunda nya dengan sedih, lihatlah wajah kecewa itu terlihat begitu jelas di wajah Bunda nya, bahkan Bunda nya tidak ingin menatapnya
"Baiklah, jika itu keputusan yang terbaik kita batalkan semuanya, maafkan aku jika selama ini aku terkesan memaksa mu,"
"Tidak apa-apa, yang terpenting hubungan pertemanan kita akan tetap terjalin,"
Namtan membelai wajah Mew, dia sangat sedih karna cita-citanya gagal memiliki menantu seperti Mew.
"Mew, semoga kau bisa menemukan seseorang yang jauh lebih baik, maafkan Bunda jika Bunda terlalu memaksa mu untuk menerima Gulf, mulai sekarang Bunda tidak akan pernah memaksa lagi,"
"Sudah Bun jangan menangis lagi, untuk saat ini yang terpenting Bunda sehat kembali dan melakukan aktivitas seperti semula,"
"Terimakasih Mew, kau memang orang yang sangat baik dan kau pantas mendapat yang jauh lebih baik,"
"Sama-sama Bun, baiklah karna sudah malam lebih kami pulang, jika Bunda ingin sesuatu Bunda bisa menghubungi Mew,"
"Iya jeng kami pamit pulang, jika ada yang di butuhkan katakan biar besok kita bawakan,"
"Hati-hati di jalan, Mew bawa mobilnya jangan ngebut,"
"Iya Bun!"
Mew pergi keluar lebih dulu dan berpapasan dengan Gulf, saat Gulf tersenyum Mew tidak merespon sama sekali membuat Gulf tidak percaya.
Setelah keluarga Jong pergi suasana di dalam menjadi hening, Gulf yang sedari tadi hanya diam kini mulai menghampiri Bunda nya, namun tentu saja Bunda nya tidak ingin melihatnya Namtan berpura-pura tidur sedangkan tuan Alex duduk di sofa merebahkan diri.
"Bunda!"
Tidak ada jawaban membuat Gulf benar-benar sedih.
"Maafkan Gulf Bun, sunguh tidak ada niatan Gulf membuat Bunda seperti ini, Gulf sangat menyanyangi Bunda dan Gulf pun merasa sangat hawatir dengan keadaan Bunda,"
"Kau tidak perlu menghawatirkan keadaan ku, jika kau ingin bersenang-senang lakukan aku tidak akan perduli, bukankah ini yang kau inginkan?"
"Tidak Bun, maafkan Gulf hiksss.."
"Kau tidak perlu menangis, bukankah aku sudah membebaskan mu jadi lakukan apa yang ingin kau lakukan, Kau tau Gulf? aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu padamu kau bergaul terlalu bebas di luaran sana bahkan aku tidak tau kau selalu pergi dengan siapa, jika terjadi sesuatu dengan mu siapa yang akan bertanggung jawab dan siapa yang akan aku tuntut, Bunda mohon Gulf Bunda hanya ingin kau menurut namun jika tidak tak mengapa,"
"Jangan lakukan itu Bun, Gulf mohon,"
Bukankah itu sangat menyakitkan saat seorang Ibu memohon pada anaknya, Gulf tidak pernah terpikir jika dia akan menyakiti Bunda nya, namun tetap saja Gulf tidak ingin jika di jodohkan dengan Mew.
Bersambung
❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Dipaksa Nikah (END) PDF
General FictionBunda, Gulf tidak mau menikah dengannya," "jangan membantah Gulf, kalo tidak lebih baik kau tingal di kampung bersama nenek mu," "Bunda jahat sekali, sudahlah Gulf mau pergi ke kampus saja,"