two; cautious prince

614 123 40
                                    

"Maaf ... aku ini telanjang."

Aether sempat terkejut mendengar penyataan gadis kiriman itu, langsung menjadi sadar atas tindakannya yang tanpa berpikir panjang. Ia telah menodongkan pedang pada seorang gadis yang tengah mandi.

Namun, hal ini tak menghentikan sang pangeran Abyss.

Aether akan mematuhi peraturannya sendiri, mengeksekusi setiap orang yang mencurigakan masuk ke istana.

Tak terkecuali calon istrinya sendiri.

Maka genggaman Aether terhadap pedangnya semakin erat, semakin maju menyentuh kulit [N]. Tak goyah, dia kembali membuka mulut.

"Katakan," tatapan Aether tajam, "mengapa mereka mengirimmu ke sini?"

Hening.

Tidak ada jawaban.

Yang sang pangeran dapatkan hanyalah tatapan malas dari kedua mata sayu si gadis. Ia nampak tak tertarik, setengah mengantuk, dengan kedua tangan yang masih memeluk tubuh sendiri. Membuat Aether tak dapat menebak isi pikirannya.

Aether menunggu hingga detik berlalu, [N] tetap tak bersuara sedikitpun. Tak nampak takut secuil pun.

Hingga, tiba-tiba dia menghela napas.

"Bisakah kalau mau bicara ... biarkan aku berpakaian dulu?"

Aether ... tertegun.

Benci diakui, ternyata si gadis kiriman cukup rasional. Dia lebih memilih kehormatan dirinya daripada nyawa sendiri. Dia lebih memikirkan kondisinya yang memalukan dibanding pedang mematikan milik Abyss. Dia ... mementingkan harga diri.

[N] baru saja menunjukkan sebuah kehormatan berarti.

Sang pangeran menelan ludah pahit, menurunkan senjata dari leher [N], memasukkan pedang itu kembali ke sarungnya. Tanpa lanjut berkata, ia berbalik, berjalan melawan air, dan turun dalam keadaan setengah tubuh basah.

Para Abyss Mage menyambut dengan membungkuk, begitu pula pelayan-pelayannya. Mereka membuka jalan untuk Aether yang menuju ke luar ruangan, diikuti oleh beberapa bawahan.

Tetapi tepat di depan pintu keluar, langkahnya terhenti.

"Berpakaianlah. Temui aku secepatnya."

Pesan ia tinggalkan sebelum benar-benar pergi.

...

..

.

Aether duduk termenung di kamarnya.

Sebuah ruangan lebar, yang mana bisa memuat satu gajah di dalam. Ruangan tersebut memiliki beberapa jendela besar yang masing-masing punya tirai emas. Karena ini sore menuju malam, tirai-tirai itu telah terlepas dari ikatannya dan menutupi ruangan dari cahaya matahari terbenam. Ada balkon berpintu kaca di sisi barat kamar, sedangkan kasur tidur di sisi timurnya. Terdapat pula lemari dan rak buku sebagai pelengkap. Meja serta kursi dan karpet hangat ikut hadir. Lampu lilin, dengan anak-anaknya menambah hias.

Tak lupa sebuah penyangga pedang yang menempel di dinding, tempat Aether menyimpan senjata kesayangannya.

Di kamar semewah itu, sang pangeran tengah dikelilingi kebingungan. Lebih tepatnya, ketidak-pastian.

Seminggu yang lalu, ia mendapat kabar mengejutkan dari Sembilan Menteri.

Sebuah hadiah.

Hadiah atas kepemimpinan mutlaknya terhadap Teyvat.

Mereka menghadiahkan seorang gadis dari sebuah desa terpencil di dekat Dragonspine. Gadis yang dijuluki "Malam yang Tertidur", karena kecantikannya dan ketenangannya terhadap segala situasi. Kabar burung mengatakan ia begitu tenang, lembut dan indah layaknya langit malam yang hening di bawah bintang.

In Your Epoch | Abyss! AetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang