Sudah terjadi yang kedua kalinya. Mengapa mereka selalu saja berakhir dalam posisi kabedon ala manga-manga shoujo? [N] sebenarnya tidak peduli, tetapi lama kelamaan rasanya menjengkelkan juga ditindis seseorang. Lupakan tubuh pendek si karakter utama Genshin itu, Aether ternyata cukup berat!
"Bangun. Lepaskan aku," ujarnya malas.
Otomatis Aether mendadak bangun, menjauh dari [N], plus mengalihkan pandangannya. Ada dengan dia? Tiba-tiba Aether memiliki aura ingin jauh darinya.
Semuanya berawal dari beberapa menit lalu. [N] terbangun di kamar bertirai emas itu, tetapi kali itu ada Aether yang sibuk membaca buku. Singkat cerita, karena gabut dan bosan tidur, berakhirlah Aether mengabulkan permintaan sang gadis tua untuk dibawa ke perpustakaan.
Perpustakaannya luas. Sangatlah luas. Kira-kira setengah tubuh dari Azdaha bisa masuk ke dalam sini. Itupun, perpustakaan ini hanyalah khusus istana. Tambah, tirai yang berwarna sama seperti manik sang pangeran menjadi simbol khusus istana. Tirai-tira emas yang menggantung, bersama karpet merahnya dan rak-rak buku berkayu kualitas tinggi, [N] merasa benar-benar kembali ke masa lalu—mencium aroma kayu dari perpustakaan bergaya bangsawan klasik tersebut.
[N] meminta sebuah novel, kisah fiksi, dan entah mengapa Aether begitu penurut ingin mengambilkannya sendiri. Ia naik ke atas tangga, tangganya kurang berfungsi, dan BRUK! Seenaknya saja [N] menjadi ambalan penerima sang pangeran yang jatuh.
[N] lelah berpikir, oleh karena itu ia berhenti mengingat masa lalu. Kini tatapannya terarah pada salah satu buku yang berserakan di lantai.
Tanpa memedulikan Aether sama sekali, [N] pun mulai masuk terhuyung-huyung ke dalam ribuan kata sejajar, perlahan dunia nyata di sekitarnya menjadi buram—digantikan permainan khayalan, yang menyatukan susunan kalimat menjadi gambaran.
***
Hari-hari telah berlalu.
Di kehidupan keduanya ini, [N] merasa seperti di surga. Ketika mandi, kau akan diurusi belasan pelayan dan rendaman air panas beraroma. Menjadi istri sang pangeran pun bisa tidur kapan saja, makan makanan mewah tiap hari, melakukan apa pun yang [N] suka. Kerjanya semenjak disini hanyalah tidur, makan, dan baca buku. Hanya tiga tempat yang menjadi andalannya—kamar, taman, dan perpustakaan. Tak pernah sekalipun dia menginjakkan kaki keluar istana.
"Kak [N] baca apa hari ini?" Suara seorang gadis muda membuyarkan lamunannya. [N] menoleh, mendapati Lumine dan si teman kecil bersayap mendekatinya.
Entah sejak kapan, Lumine serta Paimon bertemu si gadis tua. Mereka sering bolak-balik istana, mungkin karena itu tak jarang pula bertemu dengan mereka. Yang berawal dari sapaan kecil, lama-kelamaan [N] mulai terbiasa dengan kehadiran adik dari Aether itu. Dia pun tak mempermasalahkannya, karena mereka tak mengganggu waktu tenang [N].
Setidaknya selain Amber, dia punya teman bicara lain di istana sepi ini.
"Tentang penyihir," balas [N] acuh tak acuh.
"Penyihir?"
"Tentang gadis muda yang punya sihir, diangkat menjadi murid oleh seorang penyihir hebat, tapi gurunya itu bohong cuman mau membunuh si murid karena diam-diam muridnya ini bermasalah sama masa lalunya," jelas lanjut [N], disimak baik-baik oleh Lumine. Sedangkan Paimon diam-diam menjauh dari mereka berdua, sibuk dengan buku pilihannya sendiri.
"Terus?" Tanpa sadar, Lumine pun sudah ikutan duduk di samping [N].
"Huh?"
"Lanjutlah bercerita. Aku suka dengerin cerita kak [N]."
Betapa manis dan polosnya anak muda itu.
Sayang sekali, kebetulan [N] hanya ingin irit kata hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Epoch | Abyss! Aether
FanficREWRITE version dari [I WANT A REDAMANCY]. - Bisa dibaca tanpa membaca versi lamanya - [N] = [Name] _____________________________ Sang Pangeran Abyss yang ditusuk dari berbagai arah, mencoba memimpin dan menyelamatkan Teyvat menurut pemikirannya. Di...