WARNING! Buku ini akan mengandung kata kasar, kekerasan, non-explicit mature themes, blood and non-heavy murder. Also spoilers from genshin lore[?]
____________________________
Nyata.
Begitu nyata, membuat [N] mempertanyakan dunia.
Surai pirang dan manik emas yang bergelimang di bawah lampu lilin, menatapnya bagai elang yang waspada. Pedang tajam berkilau segar, ujung besi tepat bersentuhan dengan lehernya. Jika dia bergerak sedikit saja—bak mandi yang ditempatinya akan menjadi kolam darah.
"Katakan," Aether tanpa goyah menekan senjata pada kulit [N], "Mengapa mereka mengirimkanmu ke sini?"
Hening.
Tak ada jawaban.
[N] hanya diam, tanpa suara, bersama mata sayu ia tidak berekspresi, tidak tertarik dan tidak peduli. Sang gadis tua terus memandang wajah sang pangeran tanpa segan, tanpa acuh bahwa pencapaiannya selama 43 tahun ini bisa berakhir satu tebasan.
Lagi pula, [N] juga telah bodo amat terhadap hidup.
Hidup telah memberikannya terlalu banyak, ataukah hanya [N] saja yang sudah kehilangan minat? Dia tak pernah "hidup" lagi, semenjak menginjakkan kaki di umur remaja.
Hambar, bukan manis bukan pula pahit.
Jika pandangannya menjadi sebuah film, mereka akan melihat drama hitam putih yang berputar lambat. [N] berjalan pelan, takkan khawatir kehilangan arah, sebab ia memang tak memiliki tujuan. Dia telah kehilangan dirinya sejak lama.
Sampai satu warna emas membuatnya tertegun.
Warna emas, di dunianya yang tak berwarna.
Semua itu dimulai dari—
...
..
.
"Mati aja deh, kalau gini."
"[N] ... jaga ucapanmu. Bersabarlah."
"Saya hanya bercanda, Ketua. Bukankah itu yang dikatakan setiap karyawan kalau lembur? Saya hanya mengikuti bicara mereka."
[N] melemparkan tatapan malas pada bosnya, seorang pria gagah dengan sedikit keriput di wajah. Ia duduk tegak di kursi, fokus menatap layar komputer dan tak menjawab si lawan bicara.
Tidak seperti [N] yang duduknya lemas, bersandar pada kursi kantor dengan tangan bagai mi basah. Wajahnya menghadap pada langit-langit kantor, cahaya lampu yang menyilaukan bukanlah tandingannya. [N] begitu selama lima menit, pikiran kosong hingga akhirnya ia menghela napas.
"Kerja ...."
Di meja itu tidak hanya ada komputer dan tumpukan kertas. Melainkan juga boneka-boneka dan figur-figur mini yang berasal dari karakter game. Salah satunya gadis rambut ikat dua dengan topi penyihir, anak perempuan bertelinga kucing, pemuda berambut merah yang selalu kelihatan cemberut, atau wanita serba ungu dengan pedang di dada, dan banyak lainnya. Di dekat layar milik [N] pun ada sebuah tanaman plastik, bunganya merah dan berbentuk seperti kincir angin. Kemudian hadirlah pelat nama bening dengan tulisan perak,
Asisten Produser
[N] [L/N]
Tak lupa juga di wallpaper desktop miliknya menampilkan seorang anak kecil rambut putih, bersayap, dan di atas kepalanya terdapat sebuah halo serta teks raksasa bertuliskan,
GENSHIN IMPACT✧
Jujur, [N] bosan melihat nama itu selama dua ribu hari berturut-turut. Tak ada perubahan, kata yang sama, warna yang sama, dan yang paling mengesalkan ... Paimon yang sama. Entah mengapa senyuman Paimon di layar utamanya seolah-olah mengejek [N], "Ketemu aku lagi! Jadi budak kerja lagi! Ehe~!"
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Epoch | Abyss! Aether
Fiksi PenggemarREWRITE version dari [I WANT A REDAMANCY]. - Bisa dibaca tanpa membaca versi lamanya - [N] = [Name] _____________________________ Sang Pangeran Abyss yang ditusuk dari berbagai arah, mencoba memimpin dan menyelamatkan Teyvat menurut pemikirannya. Di...