Seminggu yang lalu.
"Jangan khawatir, Lumine dan Rex Lapis sudah mengatasinya. Retakannya nggak parah, kok. Kecil banget malahan." Venti mencoba menenangkan mereka bertiga yang kelihatan panik. Ia menaikkan kaki kirinya ke atas kaki kanan, dan bersandar pada tepi jendela dengan santai.
[N] pun maju, masih terlukis kekhawatiran di wajahnya. "Mengapa tiba-tiba sekali? Kenapa 'alarm'nya tidak kita rasakan?"
"Cuman Aether dan Lumine yang merasakannya," Venti mengendikkan bahu, "dan ya, masalah itu juga. Kayaknya bakal di bahas rapat siang ini. Entah apa penyebabnya, yang jelas pasti akan dibahas sampai tuntas."
Dia tidak menjawab, membiarkan ruangan didatangi kesunyian. [N] terlarut dalam pikirannya sendiri, melamun mempertanyakan kesalahannya dalam "meramal".
Perhitungan waktu miliknya selalu benar.
Entah itu mengenai waktu ramalan sang putri Dragonspine mengenai Durin, kapan jatuhnya Skyfrost Nail, terjadinya Cataclysm, setidaknya perkiraan hitungan waktu milik [N] selalu dekat dengan peristiwa kejadian. Contohnya saja dia berani mengambil resiko dengan prediksi satu bulan kemarin, dan lihatlah! Benar-benar satu bulan.
Sungguh sesuai satu bulan untuk membuat Aether jatuh pada perangkapnya.
Namun mengapa perhitungan soal retakannya salah? Ah ... kalau dipikir-pikir, wajar saja. [N] terhubung dengan waktu Teyvat, dan hal diluar Teyvat sudah lepas dari tangan si gadis waktu.
"Lagipula, tidak ada definisi waktu tetap di Sea of Quanta. Ngapain repot-repot memikirkannya?" pikir [N], sadar diluar retakan hanyalah "monster" tak menentu dan kacau-balau dalam waktu. Ia tidak bisa ditebak, apalagi diperhitungkan.
Hal ini justru menambah kegelisahan [N].
Kalau begitu, bukankah berarti akhir dari Teyvat bisa terjadi kapan saja sekarang? Retakan Gerbang Kedua adalah tanda pertama, dan itu terjadi lebih cepat, seolah-olah mengingatkan mereka untuk segera bergerak.
"[N]?" Tiba-tiba pundaknya ditepuk.
"Apa kau baik-baik saja? Kamu melamun cukup lama ...," tanya Furina, tanpa disadari dia telah berada di samping [N] entah sejak kapan, begitu pula Nahida. Dengan Venti di depan, mereka menatap sang putri tidur khawatir.
"Hei, setidaknya terselip kabar baik disini!" Dewa Mondstadt itu berkacak pinggang dan tersenyum, angin sepoi-sepoi sedikit menampar pipi [N] yang bersedih. Menyebabkan [N] memusatkan perhatian padanya.
"Sebentar lagi kau akan menguasai istana!"
[N] tidak mengerti maksud perkataan Venti. Namun dilihat dari gerak-geriknya dan cengiran usil itu, pasti terjadi sesuatu diluar sana yang membuat sang Barbatos senang. Kali ini berita apa yang dibawa angin?
Bertepatan, portal lain terbuka.
Tanpa ba-bi-bu, [N] langsung menghilangkan dirinya dari pandangan, menyadari kedatangan orang luar. Seorang gadis bersurai pirang, manik emas, dengan bunga di rambut pendeknya. Dia datang dengan goresan muka tak tenang, sembari memainkan tangan gelisah.
Lumine mendekati ketiga dewa—ya, baginya disini hanya ada tiga, menandakan persembunyian [N] begitu sempurna. Nahida pun langsung menyapanya.
"Ada apa Lumine?"
"Aether ... Aether jatuh sakit ...."
Otomatis semua termasuk [N] kecuali Venti, terbelalak.
Oh. Kabar ini tidak masuk ke dalam perhitungan sang gadis waktu.
Aether ... sakit?
Ternyata begitu. Maksud dari "Menguasai istana".
...
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Epoch | Abyss! Aether
FanfictionREWRITE version dari [I WANT A REDAMANCY]. - Bisa dibaca tanpa membaca versi lamanya - [N] = [Name] _____________________________ Sang Pangeran Abyss yang ditusuk dari berbagai arah, mencoba memimpin dan menyelamatkan Teyvat menurut pemikirannya. Di...