fourteen - my home,

466 88 0
                                    

"Lihatlah. Dunia dalam bahtera kecil ini. Cantik, bukan?"

Dia berkata dengan lembut, hangat seperti matahari dan indah layaknya bulan.

"Suatu saat nanti ... kalian akan menggantikanku memimpin pelayaran kita. Aku harap kalian tumbuh sehat, dan jadilah harapan bagi mereka."

Dia mengelus kepala keduanya, berbisik pelan.

"Ketika masanya datang, akan jadi masa-masa terberat kalian. Oleh karena itu, kalian ada untuk satu sama lain. Aku menciptakan dua dari kalian, bukan satu. Jangan pernah berpisah, dan selalu berjalanlah bersama."

Dia menjulurkan tangannya ke langit penuh bintang, dan seketika langit itu bergerak. Suara menggelegar pelan terdengar ke penjuru negri, bintang-bintang nampak berguncang ribut, sedangkan bulan sedikit meredup dan turun. Langit menjadi hampir menyentuh tanah, membungkuk hormat pada mereka bertiga. Kedua anak hanya bisa memandang takjub, lalu menoleh pada dia yang ikutan membungkuk pada kedua anak tersebut.

Tak lama, disusul oleh orang-orang yang berada di bawah mereka. Lautan manusia itu serempak membungkuk, satu tangan di dada dengan kepala menunduk.

Dia pun mendeklerasikan dengan tenang, tetapi suaranya mencapai semua orang.

"Langit dan surga tunduk padamu. Untukmu yang akan menjadi masa depan dunia kami, aku menyatakan, dengan saksi ketiga bulan, bahwa kalian ..."

Cahaya silau timbul mengelilingi kedua anak.

"Aether dan Lumine, akan menjadi—"

CRACK

"AKH ...!"

Seketika Aether meringkuk, mencengkram baju bagian dada. Tetesan keringat muncul di pelipisnya, bibir memutih, mata tertutup bersama wajah yang mengerut kesakitan.

Rasanya sulit bergerak. Sangat sulit.

Bahkan membuka mata saja mustahil.

Darahnya terasa seperti dibakar, jantung bagai dipecahkan, tulang-tulangnya mendadak retak secara serempak. Rasa ngilu dan sakit luar biasa memenuhi seluruh tubuh, membuat dirinya kaku dan hanya bisa bergetar dingin. Ini adalah rasa sakit terparah yang ia rasakan setelah racun [N] di malam itu. Namun Aether tahu jelas, ini bukanlah percobaan pembunuhan atau apa.

Ia tahu jelas apa penyebabnya.

Oleh karena itu ia menunggu dalam hening.

Membiarkan dirinya merasakan sakitnya sekarat untuk sementara.

... barulah setelah beberapa detik, rasa sakit itu mereda hebat.

Langsung saja, tanpa ba-bi-bu Aether bangun dan turun dari kasurnya, tidak peduli dengan penampilan acak-acakannya setelah bangun tidur. Ia segera menggerakkan tangan dan aura gelap mengiringinya. Tak butuh hitungan waktu, sebuah portal pun muncul.

...

..

.

Gelap dan dingin. Hampa.

Untuk ruang kosong yang hanya berisi sisa-sisa distorsi waktu dan dimensi ini, tidak banyak yang dapat dijelaskan secara rinci.

Aether yang baru tiba, sudah melihat dua orang berada di depan sana, kedua tangan mereka menempel pada dinding tak kasat mata. Gadis dengan bunga di rambutnya menyalurkan cahaya putih, sedangkan pria tinggi berambut coklat mengeluarkan cahaya emas. Aether menyaksikan mereka berdua dari jauh, masih dengan rasa kaget yang besar.

In Your Epoch | Abyss! AetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang