twelve - buried emotions,

505 105 5
                                    

Ranting-ranting pohon itu bergerak, mengeluarkan cahaya yang tak lama kemudian menjadi sebuah layar. Tangan Aether tak beranjak dari batangnya, daun-daun bagaikan lampu menerangi jalan gelap tersebut. Akar-akar raksasa bergerak perlahan, membisikkan suara gelegar dan mendatangkan getaran gempa untuk sesaat. Sang pangeran Abyss tetap tidak berkutik, kokoh berdiri dan mata terus fokus pada layar yang kian membesar.

Setelah beberapa saat, situasi kembali tenang. Akar yang muncul ke permukaan menjadi diam, daun yang awalnya menari gelisah kembali menggantung pasrah. Cahaya silau itu pun redup, tetapi tak mati, masih mampu menyinari langit jingga yang ditutupi kegelapan.

Di saat itulah Aether akhirnya melepaskan tangannya, turun berpijak pada salah satu akar dan menyembunyikan sayapnya. Hanya dia seorang diri yang hadir di lingkup ini, menyaksikan bagaimana Irminsul menerima permintaannya agar menunjukkan pengetahuan yang ingin dia ketahui.

"[N] ...."

Layar raksasa yang membentang di langit itu menunjukkan sebuah gambar bergerak. Gambar seorang gadis dan dirinya, di kamar yang sangat ia kenali.

"Aslinya baik. Tipe soft boy, gentle, dan mungkin bottom. Entahlah, di setiap penpik yang kubaca, nggak pernah ada top atau seme Aether. Mungkin karena sifatmu yang uwu. Bahkan di versi Abyss pun, Aether adalah kakak yang baik."

[N] berbaring santai di atas kasur, menatap sang pangeran dan sesekali menguap. Aether yang ada di gambar pun tidak menjawab, nampak hilang dalam lamunan. Oleh karena itu, [N] segera menegurnya.

"Aether? Kenapa melamun?"

"Bahasamu terlalu rumit. Gunakan bahasa sederhana."

"Haha, lucu sekali. Kamu pikir aku mau repot-repot jelasin?"

Aether berdiri menyaksikan si layar terus menunjukkan peristiwa itu. Keningnya mengernyit hebat, menatap lekat-lekat hal yang ditampilkan oleh Irminsul.

"Lakukan hobi?"

"Tiduran dan mager adalah hobiku."

"Memasak?"

"Kau mau dapurmu kebakaran?"

"Terus maunya apa?"

"Terserah kamu aja, sih."

Ia dilanda kebingungan. Semakin ia menonton apa yang ada di depan, semakin ia dicekik oleh keraguan.

Kenapa ada ingatan seperti ini?

Dirinya dan [N] ada dalam satu kamar, berbincang santai, dan [N] aktif berbicara? Apa-apaan ini?

Bukankah hal seperti itu tak pernah terjadi?

Aether ... bingung. Ia memejamkan mata sejenak, sementara Irminsul memutar kejadian itu berulang kali. Sang pangeran mencoba mengingat-ingat sebulan ini, semenjak pertemuannya dengan si putri tidur di sauna.

Malam pertama, [N] cuek dan tidur begitu saja, lalu Aether terkena racun yang hampir membuatnya sekarat. Racun itu dideteksi oleh seorang dokter Khaenri'ah, ia berkata bahwa sebuah sihir membuat racun yang bisa mencampuri udara yang dihirup. Jika dalam dosis kecil hanya akan ada efek ringan, tetapi jika terlalu banyak bisa melayangkan nyawa archon sekalipun. Oleh karena itu ia pertama kali mencurigai sang istri. Tidak ada yang masuk ke kamar kecuali ia dan [N], dan Aether pula menghabiskan semalam membiarkan [N] tidur nyenyak. Semalam itu lebih dari cukup untuk menghirup racun dalam jumlah kecil yang lama-kelamaan menumpuk jadi banyak.

In Your Epoch | Abyss! AetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang