9

768 103 11
                                    


TW // blood, rape, mention of violence.

Selamat membaca!

.


.


.


Heeseung terdiam kala mendengar semua cerita dari Jaeyun. Dirinya menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin dia salah.

"kenapa? tidak percaya?! Apakah kau gila!"

Dengan cepat Jaeyun melayangkan sebuah anak panah tepat di samping kaki Heeseung. Tidak kena, busur itu memang hanya ditujukan untuk tidak melukai kaki sang polisi. Hanya menggertak saja.

"tidak. kau tidak mungkin archery. Kau hanya ingin membalaskan dendammu"

Jaeyun mengigir bibir dan mengepalkan tangannya, "bajingan gila! kau tidak menerima kenyataan timmu membunuh orang yang salah? Bahkan kau tidak memberitahu dunia bahwa kalian juga membunuh seorang anak pada malam itu hah?!"

"jaeyun... kamu hanya dendam bukan?"

Mendengar cicitan Heeseung itu membuat Jaeyun tertawa, "hei bodoh. Pelaku utamanya adalah aku, bukan sunghoon"

Melihat Heeseung yang masih menggelengkan kepalanya membuat Jaeyun memandang lelaki itu dengan tajam. Dirinya memilih untuk duduk bersila di hadapan Heeseung dan mengelus kaki itu sebelum menusukkan salah satu anak panahnya ke kaki itu hingga empunya berteriak kesakitan.

Dengan kasar Jaeyun menarik anak panahnya hingga darah mulai bercucuran ke lantai disertai ringisan Heeseung dan suara tawa Jaeyun.

"dari awal bukan sunghoon pelakunya, polisi bodoh. Tapi aku"

Menahan rasa sakitnya, Heeseung menggelengkan kepalanya, berusaha untuk tidak percaya apa yang tengah dilihatnya, "kkenapa? Kenapa kau melakukan itu semua?"

Terdengar tawa Jaeyun yang dipaksakan, namun Heeseung dapat merasakan bahwa tawa itu terdapat rasa sakit di dalamnya.

"kau ingin tahu?"

Baru kali ini Heeseung mendapati ekspresi wajah Jaeyun yang terlihat sangat terluka. Dengan perlahan tanpa keraguan di dalamnya Heeseung menganggukkan kepalanya.

"pertama-tama, aku lebih tua dari mu"

Heeseung tercengang mendengar penuturan Jaeyun untuk sekian kalinya. Sejauh mana lelaki manis itu membohonginya?

Tapi, bukankah semua yang ditunjukkan oleh Jaeyun adalah kebohongan?

"AARGHH!!"

Teriakan kesakitan itu terdengar kembali kala Jaeyun kembali menusukkan anak panahnya ke kaki Heeseung satunya lagi. Dengan santai pula Jaeyun menarik anak panah yang ditusukkannya itu.

"aku dulu seorang polisi, sama seperti kau"

.

.

.

Jaeyun merapikan seragam yang diimpi-impikannya sejak masa sekolah. Akhirnya dia mencapai mimpinya. Iya, mimpinya untuk menjadi seorang polisi.

Dengan senyuman yang merekah, Jaeyun menuju ruangannya bersama rekannya yang lain. Sudah hampir enam bulan dia bekerja di salah satu distrik kepolisian di kotanya.

Mungkin pada awalnya banyak yang meremehkan Jaeyun. Karena dari rupanya saja Jaeyun itu jauh dengan rekannya yang lain, wajahnya cenderung manis, belum lagi badannya yang termasuk mungil itu.

ARCHERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang