7

732 99 9
                                    


Selamat membaca!

.

.

.

"gimana kalau nanti kita ke kota sama-sama?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh Heeseung itu membuat Jaeyun menolehkan kepalanya. Saat ini dirinya tengah berada di kamar Heeseung dan sedang memainkan handphone lelaki itu.

"huh?"

"iya gimana?"

Heeseung menarik tubuh kecil Jaeyun untuk duduk di pangkuannya dan dirinya menaruh kepala di leher Jaeyun.

"hmhh.... gimana ya kak"

Mendapati Jaeyun yang kebingungan itu membuat Heeseung mengusap lengan si cantik, "gak apa-apa sayang, kalau kamu belum siap jangan dipaksa"

"iya, nanti aku pikirin ya kak"

Heeseung menganggukkan kepalanya dan menciumi leher Jaeyun. Dan saat itulah dirinya baru sadar, jika Jaeyun mengenakan kalung. Jemari Heeseung menelusuri kalung itu, namun yang membuatnya terkejut adalah Jaeyun yang langsung menepis tangannya.

"sayang?"

Heeseung sampai memegangi lengan Jaeyun yang sedikit gemetar itu, entah karena apa.

"sayang kenapa?"

Heeseung membalikkan badan Jaeyun untuk menghadapnya dan hanya mendapati Jaeyun yang menunduk sembari menggelengkan kepalanya.

"maaf kak, refleks ajaa"

Mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Jaeyun membuat Heeseung sedikit tidak percaya, namun sikap Jaeyun yang kembali memeluknya itu membuat fokusnya teralihkan.

"cantik, kamu cantik pake apa aja"

"kalau gak pake apa-apa?"

"jaeyun?!"

Heeseung menjentikkan jarinya di dahi Jaeyun membuat empunya meringis.

"huh! Salah apa aku, bukannya kakak suka aku gak pake apa-apa"

"ya jangan gitu juga sayang"

Heeseung membawa tubuh mungil Jaeyun untuk saling mendekap sembari dirinya menidurkan diri di tempat tidur.

.

.

.

Dengan perlahan Jaeyun turun dari tempat tidur, menolehkan kepalanya dan memastikan bahwa Heeseung masih berkelana di dalam tidurnya. Setelah memastikan hal itu dengan cepat Jaeyun mengambil handphone Heeseung dan menelusuri semua hal.

Tak ada yang penting.

Setelah itu dengan hati-hati dia membuka seluruh laci di kamar itu dan jantungnya hampir merosot kala melihat beberapa butir peluru. Namun, yang membuatnya lebih terkejut karena butir peluru itu berlambangkan Archery.

Sialan.

Kenapa dia bisa menemukan ini semua?

Jaeyun memilih untuk menutup laci itu kembali dan duduk di kursi yang ada sembari memikirkan semuanya.

.

.

.

"jaeyun, gimana kalau kakak tinggal di sini aja?"

Saat ini keduanya tengah berada di kamar milik Jaeyun. Tubuh yang saling mendekap tanpa helai benang yang menempel di tubuh keduanya.

Mendengar pertanyaan Heeseung itu membuat Jaeyun mendongakkan kepalanya, "loh kok gitu?"

ARCHERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang