10

1.5K 117 24
                                    




Selamat membaca!

TW // blood, mention of suicide


.

.

.


Heeseung masih menatap Jaeyun dengan harapan dia dapat menemukan sedikit kebohongan saja di wajah itu. Namun, di wajah itu hanya ada kesedihan dan amarah yang terpendam.

"kau tak tahu bagaimana rasanya cita-cita yang sudah kau gapai dihancurkan begitu saja. bukan hanya cita-citaku namun diriku juga!!"

Jaeyun menatap nyalang ke arah Heeseung yang otaknya masih mencerna semua ini, "kenapa? tidak percaya? Seharusnya kalian sedikit pintar! Yang kubunuh itu semuanya adalah pejabat polisi dan pemerintahan, kenapa? karena mereka semua melakukan pelecehan kepada bawahannya! Kalian tidak bisa menyimpulkan itu semua?! Oh, tentu saja tidak bisa, kalian kan bodoh!"

"kenapa hanya diam!!"

Jaeyun mendorong-dorong bahu Heeseung menggunakan anak panah miliknya, "polisi bawahan seperti kalian tidak akan menduga ketua kalian berlaku kejam seperti itu bukan? oh tidak, itu adalah kelakuan sampah!!"

"lalu kau membunuh seseorang untuk itu? kenapa tidak—"

"kau diam sialan!!"

Kala Heeseung melihat Jaeyun yang jatuh terduduk dan menundukkan kepalanya bahkan dirinya dapat mendengar isak tangis lirih yang keluar dari lelaki cantik itu membuat Heeseung sadar, meski semua yang ada pada Jaeyun itu kebohongan, kisah yang diceritakan Jaeyun padanya malam ini adalah sebuah kebenaran, tidak ada kebohongan sama sekali.

"apa kau tahu aku sudah melaporkannya ke komite? Apa yang kudapatkan? Semuanya mencemoohku. Saat aku sudah keluarpun, aku masih menuntut keadilan dengan melaporkannya. Tentu saja aku melaporkannya pada kepolisian. Bodohnya aku harus percaya dengan itu semua, yang kudapatkan adalah ibu dan ayahku mendapat kabar bahwa aku diberhentikan karena menggoda pejabat polisi yang sudah mempunyai istri!! Kau tidak tahu betapa aku ingin marah, aku hanya ingin keadilan tapi kenapa orang yang seharusnya memberi keadilan kepadaku tidak memberikannya?!!"

Ingin sekali rasanya Heeseung menghapus air mata Jaeyun yang berjatuhan ke lantai itu. Namun dirinya tidak bisa. Lidahnya saja kelu sekarang memikirkan bahwa semua yang Jaeyun katakan itu bisa saja benar.

"aku tidak ingin melanjutkannya lagi. Aku mengasingkan diri dari keluargaku dan aku memulai hidupku sendiri, di situlah aku bertemu dengan sunghoon. kau tahu? adiknya adalah seorang polisi wanita, dan adiknya juga mengalami hal yang sama sepertiku! Bajingan!!"

"itulah pembunuhan pertamaku, pelaku yang melakukan pelecehan seksual terhadap adik sunghoon adalah pembunuhan pertamaku"

Mendengar itu membuat Heeseung terdiam, apa lagi fakta yang didengarnya ini? Namun, dia teringat beberapa tahun lalu adik tingkat di kepolisiannya itu memang ada yang berhenti, tapi dia tidak mengikuti gossip yang beredar. Hingga beberapa bulan kemudian setelah itu terror pembunuhan pejabat di kepolisian dan pemerintahan tersebar luas.

"setelah itu aku selalu ditemui oleh orang yang dilecehkan oleh petinggi tak berkelas itu! kau tahu, bahkan mereka ada yang dahulu mencemoohku, namun setelah terjadi pada dirinya sendiri mereka mendatangiku!! Kenapa tiap tahun para bedebah itu tak pernah berubah!!"

Jaeyun sampai memukul-mukulkan kedua tangannya di lantai kamar miliknya itu membuat Heeseung panik, "Jaeyun, jangan sakiti dirimu"

"aku sudah sakit!! Apalagi yang kau harapkan dariku hah!"

Kemudian Jaeyun mengakkan dirinya sembari menghapus jejak air mata yang ada di wajahnya. Lama dia menatap Heeseung yang juga menatapnya.

"aku akan menyelidikinya, semua kasus pelecehan seksual yang terjadi di badan kepolisian dan pemerintahan"

ARCHERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang