Box of memories

23 3 6
                                    

Satu bulan telah berlalu dan ketiga gadis tersebut tidak merasa kesusahan dalam memahami pelajaran. Bahkan jadwal padat pun tidak bersrti bagi mereka karena sebelumnya pun mereka terbiasa dengan jadwal yang padat dan istirahat yang tidak teratur.

Waktu menunjukkan pukul delapan pagi saat semua santri sudah dalam posisi ready duduk di dalam kelas. Jovanka duduk bersama Jennie adapun Eloise duduk sebangku dengan Lami dan terlihat sedang membuka catatannya dan kembali mengulang membaca defenisi yang telah ia catat. Terkadang ia meminjamkan padaa Lami saat Lami membutuhkan mencatat bagian yang kurang lengkap.

"Assalamu'alaikum.." "Wa'alaikumussalam warahmatullah.."

Pintu terbuka dan menampilkan Arfa memasuki ruangan dan kemudian disusul oleh Annisa di belakangnya.

"Perasaan aku doang apa gimana ya, tiga jadwal utadz Arfa kok mba Annisa terus yang selalu jadi pendampingnya?" Lami sedikit berbisik pada Eloise namun gadis itu hanya menggeleng dan terlihat tak peduli.

Annisa menduduki kursi yang tersedia bagi pendamping pengajar yang berada di ujung yang berseberangan. Ia melihat Eloise yang terlihat sedang mencatat sesuatu pada bukunya. Lami memperhatikan tatapan Annisa yang menurutnya aneh, tatapannya tajam dan sedikit membuat Lami merasa tidak enak.

Annisa melihat kepada Arfa yang tengah membuka buku dan mencari halamannya dan ia tersenyum sangat tipis namun hal yang membuatnya sedikit terkejut adalah saat ia menatap kepada santri di hadapannya ia melihat Jennie dan Jovanka yang menatapnya lurus namun terlihat mengintimidasi. Padangan kedua gadis itu seakan menantangnya dan ia harus akui kalau ia sedikit merasa tertekan namun ia tepis dan ia membuang pandangannya saat Arfa mulai bersuara dan membuka pelajaran dengan do'a pembuka majelis.

"Kita masuk ke bab baru buka di halaman lima belas." Terdengar suara kertas buku bergerak lalu mereka mulai fokus saat suara Arfa terdengar lantang saat memulai bab pembahasan.

"Al-bahs. Al af'alul madhiyah as sittatul ula tsalatiyah mujarrodah, wa awwalu kulli minha maftuh.." penjelasan nahwu terus terdengar dan disimak dengan serius oleh para santri.
.
.

.
.
.
Kelas pertama selesai pada pukul setengah sepuluh pagi. Kini waktu istirahat selama tiga puluh menit digunakan untuk sekadar menidurkan kepala di meja, ke kantin untuk membeli camilan atau seperti Jennie dan Jovanka yang berkeliling sebentar untuk meregangkan badan. Adapun Eloise, ia tetap di dalam kelas seperti biasa.

Bersyukur pesantren memiliki perpustakaan yang sangat besar begitu juga koleksi bukunya sangat banyak. Eloise merasa bisa mengisi waktu luangnya dengan membaca terlebih membaca adalah hobi barunya akhir-akhir ini.

Bila waktu istirahat tiba Ia akan menggunakan airpods pada telinga kirinya dan mendengarkan percakapan bahasa arab agar bahasa tersebut menyerap kedalam alam bawah sadarnya, ia sengaja hanya menggunakan satu karena ia tetap ingin fokus pada bacaan ditangannya juga.

Eloise fokus dengan bukunya dan tidak menyadari Arfa kembali ke dalam kelas untuk mengambil sesuatu. Lelaki itu melihat Eloise hanya sendirian di kelas dan terlihat fokus pada bacaannya bahkan tidak menoleh sedikitpun pada suara yang dihasilkan olehnya.

Untuk beberapa saat Arfa terdiam memperhatikannya namun seakan tersadar ia segera membuka laci dan menagmbil sebuah map lalu menutup lacinya kembali.

Ia Menoleh saat mendengar pintu terbuka dan Jennie serta Jovanka masuk sembari membawa air mineral. Eloise masih bergeming dan kedua gadis itu menatap kepada Arfa dan sedikit mengangguk juga tersenyum kecil. Arfa membalas serupa lalu berjalan menuju pintu dan keluar dari kelas tersebut.

Jennie meletakkan air mineral di meja Eloise dan Eloise hanya melirik sesaat sebelum kembali fokus pada bukunya.

"Lo sadar gak? Ustadz Arfa kadang curi pandang ke Elle?" Bisik Jovanka sepelan mungkin.

MENCINTAIMU KARENA ALLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang