Collaps

28 3 2
                                    

Setelah menyimpan kembali kotak miliknya dan setelah pelajaran selesai Eloise memilih pergi ke kebun hydroponik di dekat saung. Sembari membawa buku sketsa miliknya ia mengamati kebun pada bagian bunga.

Bunga-bunga yang indah dan banyak yang mekar membuat Eloise mengangkat buku sketsanya saat ia melihat lili putih yang sedang mekar.

Ia mendudukkan dirinya pada sebuah bangku bambu dan mulai menggambar sketsa lili. Tiga puluh menit ia habiskan untuk menggambar lili tersebut dan saat ia melakukan finishing pada gambarnya ia merasa ada seseorang yang datang. Ia yang tadinya fokus pada bukunya menatap kesamping ketika merasa orang tersebut duduk beberapa jarak darinya, tidak terlalu jauh namun tidak terlalu dekat juga.

Disana Arfa duduk dengan menumpu sikunya pada kedua pahanya sembari menggenggam jemarinya dan menatap kedepan ke arah pot bunga yang berjejer. Eloise tidak mengatakan apapun ia hanya melanjutkan menggoreskan pensilnya untuk menambahkan detail.

"Apa.. kamu terganggu dengan perkataan Zunairah tadi, Elle?" Arfa berkata sembari menoleh ke arah Eloise yang masih mengerjakan sketsanya. Namun setelah pertanyaan itu, ia menghentikan gerakannya.

Menoleh kepada Arfa dengan tersenyum tipis. "Seharusnya tidak, tapi seperti sudah terekam jelas di alam bawah sadar reaksi saya akan selalu sama saat orang mengatakan saya begitu mirip dengannya." Eloise mengalihkan pandangan menatap kedepan.

"Karena nyatanya, sejauh apapun saya berlari dan berusaha lepas dari bayangannya, setiap saya menatap kearah cermin hanya ada garis wajah dan sebagian besar dirinya tercetak jelas pada diri saya."

Arfa menghela nafas setidaknya ia tahu Eloise bukanlah sakit hati atas ucapan Zunairah.

"Syukurlah kalau begitu." Eloise hanya diam meresponnya.

"Belakangan ini saya lihat kamu sering menggambar sketsa ya?" Eloise mengangguk.

"Saya hanya melatih kemampuan saya lagi, ada hal yang saya rencanakan untuk menjadi pekerjaan saya suatu saat nanti." Eloise merobek buku sketsanya perlahan dan memberikannya kepada Arfa.

"Ustadz mau menyimpan ini? Sebagai kenangan karena kita pernah kenal, mungkin?" Arfa mengambil lukisan bunga lily yang baru saja Eloise kerjakan.

Arfa tersenyum sembari mengambil lukisan tersebut dan menatap lembut lukisan di tangannya. Namun ia memberikannya lagi dan mengatakan, "tolong tulis dari kamu untuk saya. Pakai nama saya jangan pakai embel ustadz."

Eloise menatap terdiam sebentar. Namun setelah itu ia tertawa yang membuat Arfa tersenyum dan merasa tenang melihatnya.

Eloise kembali mengambil gambarnya dan menuliskan dibawah gambarnya.

Made by million of love, just for you, Arfa.

Arfa tersenyum senang melihatnya saat Eloise memberikan kertasnya kembali.

"Akan saya simpan dan saya jaga, terimakasih Elle." Eloise mengangguk dan membalas senyumannya namun kali ini Arfa melihat senyumnya berbeda dengan yang biasanya, terlihat lembut dan sedikit lebih lepas dari biasanya, begitu juga dengan tawanya.

"Kamu bahagia disini, Elle?" Pertanyaan Arfa diangguki pelan oleh Eloise.

"Hal pertama yang saya dan Jov serta Jennie syukuri saat hari pertama disini adalah bisa tidur siang." Eloise tertawa kecil di akhir kalimatnya dan tawanya menular pada Arfa yang semakin tersenyum melihatnya.

"Setelahnya, semua hal yang ada disini. Ketertibannya, keluguan anak-anak santri terlebih teman sekamar saya, begitu juga teman sekamar Jennie yang suka merusuh di kamar saya dan tidak membiarkan saya tenang, mereka selalu punya cara membuat saya tertawa. Saya bersyukur sekali, saya merasa dihargai dan diinginkan."

MENCINTAIMU KARENA ALLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang