DORR...!Van tersentak kaget mendengarkan suara tembakan itu. Badannya bergetar. Ia takut, pikirannya berjalan kemana - mana memikirkan konsekuensi terburuk.
'Apa yang terjadi...bagaimana keadaan Alex...? Apa...apakah dia tidak apa - apa...?'
Semua hal itu terus melintas di kepala Van. Van kembali menempelkan telinganya kearah dinding kamar mandi tersembunyi itu. Mencoba mendengarkan lagi, namun kali ini sepertinya suara tembakan itu menghilang dan tak terdengar lagi.
Sementara itu, Alex mendekap Zero dari belakang. Menodongkan sebuah pisau dapur kearah lehernya, sementara Zero mengarahkan pistol yang ia pegang kearah kepala Alex.
2 tembakan dari Zero sebelumnya dapat di tangkis oleh Alex, namun tembakan terakhir Zero mengenai bahu bagian kirinya.
Zero tertawa, "Boleh juga kamu, bocah!"
Alex mengeratkan pisau miliknya semakin dekat dengan Leher Zero lalu terkekeh rendah.
"Bocah? Saya pikir itu adalah anda," Alex berbisik tepat di telinga Zero dengan nada remeh.
Zero yang merasa harga dirinya sedang di injak - injak itu, mengeratkan genggaman pada pelatuk pistol miliknya. Zero tertawa nyalang, ia tak habis pikir bahwa lelaki yang ia hadapi ini memang berpenampilan seperti seorang Anak sekolahan yang baru menginjak masa pubertas. Namun, skill yang barusan di tunjukkannya itu bukanlah skill seorang anak remaja yang baru memegang pisau. Gayanya saat bertarung, itu mirip sekali seperti seorang professional.
"Sialan juga ya kamu," Ucap Zero masam. Posisi mereka tak banyak berubah dan tetap sama. Ini hanya penentu saja. Ketika Alex akan bergerak menebas leher Zero, maka Zero akan menarik pelatuk pistol miliknya dan mengenai kepala Alex.
Saat Zero terdiam, ia tak sengaja melihat sebuah tatto berbentuk pena dengan huruf L pada lengan Alex yang menodong pisau kearahnya. Zero tersenyum licik, memikirkan sesuatu kejam. Ia juga teringat akan sesuatu,
"Ah~ ternyata kamu juga seorang pendosa ya?" Zero terkekeh rendah.
Alex menyerngit dan makin mengeratkan dekapannya. Hal itu membuat Zero berdecak kesal lalu kembali berkata dengan nada sarkas.
"Heyy! Hey! Ayolah, Saya tau bahwa kamu adalah seorang Leorions. Melihat tatto milikmu saja sudah menjadi sebuah tanda bahwa kamu juga salah satu dari mereka."
Alex tak mendengar atau sekalipun menjawab perkataan Zero dan lebih fokus mengeratkan dekapannya.
"Tch, Saya akan beritahu satu hal. Lepaskan saya, maka engkau akan baik - baik saja. Saya mengenal para petinggi disana. Kamu tidak ingin terkena masalah oleh atasanmu kan?" Zero nampak mencoba bernegosiasi kepada Alex. Alex terdiam, ia lalu melepaskan dekapannya dan berjalan menjauh.
Zero tampak memberikan sebuah seringai. Ia menyimpan pistolnya kedalam jas miliknya dan merapikan jasnya. Zero tau bahwa berurusan pada Leorions hanya akan membawa dirinya kepada malapetaka. Sekalipun orang itu adalah bawahan paling rendah mereka.
"Jadi, bisakah kamu memberitahu diriku dimana El sekarang?" Zero menatap Alex dengan seringai diwajahnya.
"...." Lagi - lagi Alex hanya diam dan mengisyaratkan agar mencari sendiri. Zero nampak tak masalah dengan jawabannya tidak memuaskan Alex.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid Love
Fiksi Remaja[Boys Love] Alexander kendric. Dia adalah seorang CEO dari Perusahaan Alkendric dan sekaligus ketua- tidak. Bos Mafia yg dikenal dengan nama Leo. Mafia yang dikenal Kejam nan Sadis. Vandra Casstiello. Seorang siswa sekolah biasa yang menjalani keseh...