Seokjin melangkah lebar menuju ruang kerjanya. Dari perawat ia mendapatkan sebuah paket dan seseorang menunggunya di ruang kerja.
Sudah 6 tahun semenjak perginya Jimin. Seokjin benar-benar mewujudkan diri menjadi psikolog.
Pintu abu-abu nya terbuka menampilkan seorang pria tengah duduk santai. Seokjin masuk dan menyapa ramah pria tersebut. Bahkan mereka berbagi ciuman mesra.
"Ada apa?" tanya Seokjin pada Namjoon yang tengah melepaskan kacamata.
"Hari yang sibuk, Nyonya Kim? Kau bahkan susah diminta ketemu," gurau Namjoon.
Seokjin terkekeh. Tunangan sekaligus sahabatnya ini memang suka berlebihan. "Ada pasien baru dan dia masih anak sekolah."
Namjoon tersenyum lembut. Bisa dilihat wajah Seokjin berubah sendu. "Semua baik, Sayang, kau akan menyembuhkannya."
Seokjin mengangguk. "Mama baik?" Namjoon mengangguk.
"Mama merindukan menantunya untuk acara masak bersama," ucap Namjoon.
"Oh, astaga! Aku akan mengunjungi Mama minggu depan," sahut Seokjin.
"Sepertinya tidak bisa, Sayang."
"Kenapa?" Seokjin melihat kilat jahil di mata Namjoon.
"Mama akan ke luar negeri untuk menghadiri pernikahan. Kau mau menemani Mama?"
"Kau kenapa tidak menemani Mama?" tanya Seokjin curiga.
Namjoon terkekeh. Dikecupnya bibir Seokjin lembut. "Janji tidak menangis atau memukul?"
Seokjin menyambut hari kelingking Namjoon. "Janji."
Namjoon memberikan sebuah undangan berwarna emas dan hitam. Undangan pernikahan yang sederhana namun elegan. Seokjin menerimanya lalu membaca undangan tersebut.
"Hadiri pemberkatan pernikahan Min Yoongi dan Park ... Jimin?" Seokjin menatap Namjoon dengan air mata menggenang. Tidak salahkah ia? Atau Namjoon sedang jahil? Bagaimana bisa temannya yang sudah tiada melakukan pernikahan? Namjoon bercanda.
"Kau?" Seokjin membuka undangan. "Min Yoongi putra dari pasangan Min Yeehi dan Min Nara. Park Jimin putra dari pasangan Park Cheolsoo dan almarhum Park Shinbi."
Seokjin tergugu. Ia menangis kencang. Mustahil. Mustahil. Itu benar nama Papa Bear, berarti Jimin selama ini masih hidup. Lalu, kenapa ada pemakaman?
"Kenapa?!" Seokjin melempar undangan ke wajah Namjoon.
"Hey, tidak boleh memukul!" peringat Namjoon.
Seokjin menangis. "Kau berhutang penjelasan padaku, sialan!"
***
Hobi berlari dari mobil menuju kantor. Seseorang dari agensi terkenal katanya menunggu di kantor. Hobi tidak bisa menahan senyum saat karyawan menyapanya ramah.
Pintu ruangan ia buka. "Hobi!" Jungkook berserta Taehyung memeluk dirinya.
"Hai, artis," sapa Hobi jahil. Mereka tertawa.
"Bagaimana kabar kalian?"
"Baik," sahut Jungkook. Ia bahagia bisa bertemu teman lama. Jadwal mereka padat namun mereka tengah hiatus menunggu waktu comeback.
"Kemari." Hobi meminta sekretarisnya memesan kopi untuk mereka berbincang santai.
"Ini, Pak." Sekretaris menyerahkan 3 kopi dan sebuah undangan hitam di samping kopi Hobi. "Pak tadi seorang pria menitipkan ini di lobi untuk Bapak. Nama pengirimnya Kim Namjoon."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anxiety | YoonMin [✓]
FanfictionBagaimana rasanya dijauhi karna memiliki penyakit mental? YOONMIN AREA "Aku mencintaimu" "Jimin bunuh diri" WARNING AREA THIS IS STORY ABOUT BOYSLOVE AND 100% FICTION