Jimin mendudukan dirinya di dekat jendela. Menatap salju yang terus turun menutupi jalanan. Udara dingin berhembus tipis melalui celah jendela. Jimin didalam balutan piyama memeluk dirinya sendiri guna menghangatkan diri.
Sedikit mengejutkan sepasang lengan melingkari tubuhnya dan membubuhkan kecupan hangat di pipinya. Jimin tersenyum dan membalik tubuh.
Suaminya, Yoongi, tengah memeluk dirinya. Lelaki yang awalnya hanya seorang teman sekolah bahkan dituduh sebagai terapis kini menjadi suaminya. Lelaki yang akan terus bersamanya. Lucunya takdir keduanya.
Yoongi mengecup bibir Jimin.
"Apa yang dipikirkan, Sayang?"
Jimin menggeleng. Membawa dirinya ke dalam pelukan Yoongi. Merasakan dada bidang itu berdetak kencang. Sama seperti dirinya.
"Hm? Tidak mau bicara?"
Yoongi membawa wajah Jimin sejajar dengan wajahnya. Keduanya saling tatap dengan senyum tipis.
Yoongi yang memulai. Mengecup belah merona Jimin mengubahnya menjadi sesapan. Membelai tubuh halus Jimin dengan telapak tangan lebarnya.
Jimin melenguh pelan. Membiarkan tubuhnya di gendong menuju peraduan. Perlahan punggungnya menyentuh lembutnya ranjang. Menatap sayu Yoongi yang berada di atasnya.
"Atas izin Tuhan aku akan menjadikan dirimu milikku sepenuhnya," ucap Yoongi kemudian mengecup dahi Jimin.
Pelan dan penuh kelembutan Yoongi memasuki Jimin bahkan diam untuk sesaat saat melihat wajah Jimin memerah menahan sakit.
Yoongi meraih tangan Jimin, menyatukannya. Merasakan mereka saat sekolah dulu dimana saat masih ada Jimin Kecil. Jimin tersenyum, merasakan cinta Yoongi yang meledak untuknya.
"Bergerak, Sayang," ucap Jimin.
Yoongi mengangguk. Menyatukan keduanya dalam hentakan demi hentakan yang membawa lenguhan nikmat serta geraman duniawi.
Hingga saat salju terakhir jatuh. Yoongi mengecup dahi Jimin. Mengucap doa pada Tuhan agar menjaga pemilik hatinya sebaik mungkin.
"Aku akan terus mencintainya, Tuhan, bahkan saat ragaku tidak ada disini untuk bersama nya. Tolong jaga ia dalam tidurnya," bisik Yoongi.
Jimin sayup mendengar tak lama jatuh tertidur.
***
Yoongi bangun lebih dulu. Menyiapkan air hangat untuk Jimin. Membawa segelas air agar Jimin dapat meminumnya saat bangun.
Jimin tepat membuka mata saat Yoongi menyibak gorden.
"Pagi, Sayang. Ada yang sakit?" Yoongi membantu Jimin untuk minum. Membubuhkan satu kecupan di dahi lelaki manisnya.
Jimin menggeleng.
"Ayo mandi sekarang." Yoongi meraih tubuh Jimin untuk digendong.
Jimin sigap mengalungkan tangannya dan mengecup pipi Yoongi sebagai kegiatan rutin pagi nya.
*
Luna menyiapkan sarapan saat melihat Jimin dituntun perlahan oleh Yoongi. Senyumnya mengembang serta membantu menarik kursi.
"Apa sebentar lagi akan ada Yoongi kecil?" bisik Luna.
Jimin memerah. "Ah, Noona."
"Duduklah. Yoongi panggilkan Papa, ya."
Yoongi mengangguk. Memastikan penghuni rumah itu ikut bangun selain Papa. Mereka bergerak menuju meja makan. Menikmati makanan yang sama dengan tadi malam namun rasanya tetap sama nikmatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anxiety | YoonMin [✓]
FanfictionBagaimana rasanya dijauhi karna memiliki penyakit mental? YOONMIN AREA "Aku mencintaimu" "Jimin bunuh diri" WARNING AREA THIS IS STORY ABOUT BOYSLOVE AND 100% FICTION