Rumah batu dengan 2 lantai bercat biru muda dengan furniture putih serta hitam membuatnya terlihat eye-catching. Rumah nyaman dengan perapian yang selalu menyala menghantarkan rasa hangat. Beberapa kue kering serta camilan selalu tersedia di atas meja bahkan sekarang pemilik rumah tengah mengadon sesuatu di dapurnya. Menikmati tangan lihainya mengulen, menggilas, dan memotong adonan menjadi bentuk lucu lalu memasukkannya ke dalam loyang yang telah dialasi baking paper kemudian memanggang hingga adonan berubah menjadi kue yang wangi dan renyah.
"Kenapa tidak tidur siang, Sayang?"
Jimin mengalihkan pandangannya dari adonan menuju suaminya yang tengah melepaskan dasi di pintu dapur. Jimin bergegas mencuci tangannya lalu menghampiri Yoongi.
Suaminya tersenyum lembut lalu membubuhkan satu kecupan di bibir istrinya. Keduanya saling melempar senyum.
"Kau pulang lebih bahkan terlalu cepat. Ada sesuatu?" tanya Jimin sambil membantu Yoongi melepaskan dasinya.
"Kau tidak senang aku di rumah, Sayang?"
Jimin terkekeh. Wajah cemberut yang dibuat-buat Yoongi membuatnya geli. Diusapnya lembut pipi suaminya.
"Bukan begitu, Sayang. Hanya penasaran. Siapa yang tidak senang suaminya di rumah?"
Yoongi tersenyum malu. Di sembunyikan wajahnya yang memerah di bahu kecil Jimin. Tangannya memeluk erat pinggang Jimin.
"Sebentar lagi Natal, Sayang, jadi musim dingin semakin mengerikan dan jam kerja dipangkas hingga pulang lebih awal," jelas Yoongi.
Jimin mengusap punggung Yoongi. "Baiklah. Kau sudah makan siang? Mau makan siang bersama?"
***
Salju pertama turun menandakan musim dingin telah di mulai. Yoongi bersama Jimin sibuk menyiapkan pohon Natal di rumah Papa. Bahkan saat Natal masih lama Papa sangat gembira menyambutnya. Luna berserta Namjoon ada di sana membantu.
"Apa Namjoon akan kembali ke kota Natal tahun ini?" tanya Papa.
Namjoon menggeleng. Pria itu sibuk menggantung aksesoris pohon dengan bantuan tangga.
"Luna?" Gadis itu ikut menggeleng.
"Papa tau kan Luna sudah mendaftar di rumah sakit di sini!" Luna bersidekap dada ala mengambek.
Papa terkekeh. "Maaf. Papa hanya memastikan kalian bersama Papa saat Natal. Rasanya rumah ini terlalu besar untuk sendiri."
Jimin segera menghambur ke pelukan Papa. Senyum paling manis ia torehkan. "Jimin ada di sini, Pa. Kapanpun Papa butuh Jimin, Jimin akan segera ke rumah. Selama Natal Jimin akan menginap di sini. Janji!"
Papa membalas pelukan Jimin. Dikecupnya kening putra kesayangannya itu. Senyum Papa melebar saat merasakan Luna ikut memeluk Papa bahkan Yoongi dan Namjoon juga memeluk Papa.
***
Denting gereja meriah menyambut Natal. Salju boleh menumpuk di sisi jalan hingga membuat kita berjalan seperti pinguin namun itu tidak menyurutkan semangat Papa, Luna, Namjoon, Jimin, dan Yoongi untuk menghadiri acara Natal di gereja.
Bersama mereka menggantung mantel pada gantungan yang telah di sediakan, lalu segera menuju meja dan ikut melaksanakan setiap panjatan doa, nyanyian dan khotbah dari pendeta.
Acara di gereja berakhir bukan berarti Natal berakhir. Rumah Papa penuh akan hiasan Natal. Jimin bersama Luna menyiapkan meja makan. Yoongi dan Namjoon memastikan jalanan di halaman tidak terlalu licin untuk di lalui.
Satu-persatu warga yang mengenal akrab mereka berkunjung. Menikmati jamuan dan berbincang santai kemudian pulang. Tak terasa waktu berlalu hingga jam 5 sore. Luna lebih dulu pamit untuk mandi. Jimin berjaga di dapur jika ada tamu berkunjung.
"Minnie," panggil Namjoon saat memasuki dapur. "Mereka sudah di bandara. Rose dan Lucas yang menjemput mereka."
"Aku akan siapkan teh kalau begitu," sahut Jimin riang.
Keempat sahabat mereka yang ada di kota diundang Namjoon untuk berkunjung. Dan disinilah keempat pria dengan kesibukan masing-masing itu berkumpul di ruang tamu Papa sambil menikmati kue kering dan teh hangat. Rose dan Lucas ikut bergabung.
"Hai semua!" sapa Luna riang. Senang melihat sahabat adiknya berkumpul bahkan ada Rose disana bersama tunangannya.
"Apa ingin makan sekarang? Biar kuhangatkan supnya," ucap Luna.
"Ayo saja kalau aku," sahut Jungkook.
"Kau harus diet, Kookie, sebentar lagi comeback dan ada acara awards yang harus dihadiri," peringat Taehyung.
"Ish!" gerutu Jungkook sambil melahap kue nastar.
"Ayo saja, sebentar lagi juga waktu makan malam," ucap Papa.
Luna bergegas menuju dapur disusul Jimin dan Rose. Mereka menyiapkan meja makan lalu yang lain menyusul. Dengan dipimpin doa makan oleh Yoongi serta beberapa doa untuk keberkahan serta kelancaran pekerjaan untuk mereka semua akhirnya mereka menyantap hidangan yang tersaji.
Jungkook lahap menyantap ayam panggang serta pangsit. Taehyung sibuk menambah sup kacang dan udang tempura. Yoongi menyantap sup labu dengan roti. Namjoon menikmati daging panggang buatannya. Luna bersama Papa menikmati udang garam, lebih tepatnya Papa membukakan kulit udang untuk Luna. Seokjin menambah sayur asin pada dagingnya. Hobi menyantap bolognese dengan wine tua. Rose bersama Lucas mencicipi semua hidangan yang ada di meja dengan lahap.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Anxiety | YoonMin [✓]
FanfictionBagaimana rasanya dijauhi karna memiliki penyakit mental? YOONMIN AREA "Aku mencintaimu" "Jimin bunuh diri" WARNING AREA THIS IS STORY ABOUT BOYSLOVE AND 100% FICTION