Bab V

307 27 2
                                    

Nara meletakkan berkas Jimin di meja. Sudah 2 bulan masa terapi yang Jimin lakukan namun terasa sia-sia. Sosok ciptaan Jimin tidak bisa Nara lenyapkan seperti banyaknya teman imajiner pada pasien sebelumnya.

'Dia bukan teman imajiner. Itu lukanya, Ma'

Nara mengusap wajahnya kasar. Hatinya semakin hari semakin sakit saat mendengar tutur demi tutur dari Jimin kecil soal masa lalu mereka yang membuatnya ingin mengutuk mati orangtua Jimin. Bagaimana bisa orangtua menunjukkan hal seperti itu ke anaknya?

Ketukan di pintu membuat Nara mendongak. Berjalan perlahan membuka pintu. Disana sosok pria berdiri dengan wajah tegas dan mata serius. Wajah panik.

"Masuk."

Nara membiarkan mereka bicara di sofa. Matanya melirik boneka bebek Jimin kecil di ranjang. Lagi dirinya merasa sesak.

"Apakah dia bisa sembuh?"

Nara menatap rambut hitam halus yang ia turunkan pada putranya. Sosok pendiam namun penuh perhatian ini adalah putranya, Min Yoongi.

"Harus bisa, Nak." Nara menghela napas. Ia ragu.

"Harus minta bantuan dengan psikiater lain?"

Nara menatap Yoongi lembut. Benar itu satu-satunya jalan.

"Kira-kira kau punya kenalan?"

Yoongi mengangguk. Sebuah map terulur tanpa Nara sadari daritadi Yoongi memegang benda itu.

"Luna Kim. Psikiater lulusan terbaik di Oxford. Dia kakak perempuan teman beda kelasku, Ma."

Nara membaca serius biodata serta kemampuan Luna. Senyumnya mengembang saat melihat Luna pernah menjalani kelas terapi yang lebih tinggi darinya soal duality disorder.

"Ayo buat janji temu dengan Luna."

***

Suasana tenang dengan lampu kristal dan ribuan cahaya lilin menerangi setiap sudut beraroma teh. Ini adalah salah satu tempat minum teh termewah di kota. Yoongi bersama Nara mengikuti pelayan yang akan mengantarkan mereka ke meja yang telah di reservasi.

"Silahkan." Pelayan menyerahkan buku menu.

Nara terdiam, dia biarkan saja Yoongi yang memesan untuk dirinya. Matanya sibuk menatap interior bercahaya disetiap sudut resto.

"Terima kasih, Tuan, silahkan menunggu." Pelayan pergi.

Yoongi meraih ponsel untuk melihat jam, ia lupa pakai arloji. Nara berdiri membuat Yoongi mengikuti. Disana seorang gadis dengan kacamata dan rambut digelung datang lengkap dengan mantel putih. Senyum Luna mengembang saat Yoongi dan Nara menyambutnya.

"Aku datang bersama adikku. Tidak apa?" tanya Luna saat dipersilahkan duduk.

"Tentu! Kami sudah memesan untuk 4 orang," jawab Nara.

"Luna Kim. Spesialis duality disorder dan psikiater." Luna memperkenalkan diri sopan.

"Nara Min, psikologi, dan ini putraku. Min Yoongi." Nara tersenyum hangat melihat wajah ramah Luna.

Seorang lelaki menghampiri meja mereka. Dalam setelan kemeja putih ia duduk sopan saat dipersilahkan.

"Ini adikku. Kim Namjoon."

***

Suasana kelas cukup hening dikarenakan jam pelajaran terakhir merupakan sejarah. Jungkook dan Hobi sudah terlelap di meja belakang. Pasti saat sejarah mereka akan pindah tempat duduk.

Namjoon mencatat setiap ucapan guru dengan tenang dan Taehyung di sebelahnya asik menonton dengan earphone yang tersembunyi dibalik kupluk.

Seokjin menyantap camilan coklat yang ia sengaja beli di kantin. Perlahan mengunyah terkadang menawarkan pada Jimin, namun Jimin lebih fokus pada awan yang menggantung di langit.

Anxiety | YoonMin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang