2. Dia Tidak Sempurna

81 6 0
                                    

Ruang kelas duabelas Ips 1 saat ini sangat ramai, dikarenakan sekarang sedang jam kosong yang memudahkan para murid untuk melakukan kegiatan mereka.

Misalnya make up bersama untuk para gadis, bermain game online, bermain catur dan kartu, menceritakan kisah-kisah horor hingga kisah-kisah kelam para siswa siswi, atau kerap disebut dengan bergosip.

Seperti apa yang sedang dilakukan oleh Jihoon, Junkyu, Haechan dan Sanha saat ini. Keempat siswa itu sedang membicarakan siswi kelas sebelah yang rumor nya tengah mengandung anak dari mantan kekasih nya.

"Iya, anjir. Gue liat kemaren perutnya melendung." Celetuk Haechan dengan nada julid untuk membalas perkataan Jihoon yang membawa berita yang sedang panas-panas nya itu ke dalam topik pembicaraan mereka.

Junkyu menatap kedua nya bergantian. "Jangan-jangan bener lagi di akun base sekolah yang katanya tuh cewek tekdung sama mantan nya?"

Sanha mengangguk menyetujui ucapan Junkyu. "Kakak sepupu gue kan temen nya tuh cowok, katanya sih tuh cowok juga sering curhat masalah mantan nya yang ngaku lagi tekdung."

"Gila tuh anak. Anak orang dimainin, anjir. Kek ganteng-ganteng aja." Nyinyir Jihoon dengan wajah julid membuat ketiga kawan nya mengangguk dengan tampang jijik.

"Udah fix sih tuh ce--

"Woy! Ghibah ya lo pada?! Cepetan bantuin gue, berat ini! Si Soobin juga mana sih?! Dasar ketua kelas gak guna!"  Gerutu Hyunsuk yang datang dari luar sambil membawa tumpukan buku, dengan pedasnya.

Keempat remaja itu segera membubarkan diri dari perkumpulan, dan melakukan kegiatan mereka masing-masing. Sedangkan Jihoon dan Junkyu berjalan menghampiri Hyunsuk yang terlihat kesusahan sambil tertawa lepas.

"Ya ampon bang. Lo gak nambah pendek kan?"

"DIEM LO BERDUA! DASAR KINGKONG!"































Malam ini yang ikut berkumpul di warung Mpok Siti hanya empat orang, antara lain Jihoon, Jaehyuk, Doyoung dan Jeongwoo.

Sebenarnya tadi mereka sudah mengajak kawan mereka yang lain, namun sayang nya kedelapan orang lain nya sedang sibuk dengan urusan masing-masing.

Hyunsuk sedang sibuk dengan pekerjaan nya.

Yoshi sedang ada acara keluarga.

Junkyu sedang bekerja.

Mashiho sedang sibuk di rumah.

Asahi sedang tidur.

Yedam sedang belajar.

Haruto sedang boker.

Junghwan sedang nonton upin ipin.

Begitulah kabar yang disampaikan kedelapan cowo tampan itu. Dan mereka berempat pun tak bisa memaksa meskipun sebenarnya agak jengkel dengan alasan bodoh yang dikeluarkan oleh beberapa anggota.

"Kira-kira kak Cio sibuk ngapain yah di rumah? Kok sampe gabisa ikut kumpul di warung Mpok Siti. Padahal mendoan favorite dia tuh disini." Celetuk Jeongwoo tiba-tiba yang membuat ketiga kawan nya yang lain meledakkan tawa mereka.

"Iya anjir! Dulu pernah sampe minta resep nya lagi, hahahahah!" Sambung Jihoon ngakak sampe keluar air mata.

"Pake tanya garam nya berapa sendok lagi, hahaha!" Timpal Jaehyuk ngakak sampe muka nya merah.

"Hadeh, kak Cio kak Cio." Ucap Doyoung sambil geleng-geleng kepala lalu kembali menyeruput kopi nya.

"Kak Junkyu biasanya pulang kerja jam berapa sih, bang?" Tanya Jaehyuk pada Jihoon yang sedang kepedesan setelah makan mendoan campur lombok.

"Aslinya sih dah sekitaran jam tujuh tadi, tapi kan dia kerja di dua tempat. Jadi di tempat yang kedua dia jam tujuh sampe jam duabelas malam." Terang Jihoon panjan lebar.

"Pantes, kalo kumpul cuman bisa pas Minggu doang."  Balas Jaehyuk.

"Kak Yedam apa ngga stres ya, belajar terus, gak pernah istirahat." Celetuk Jeongwoo.

"Pastinya sih cape. Tapi ya mau gimana lagi, itukan pengen nya Yedam sendiri. Jadi ya, udahlah."

Jeongwoo hanya diam saja mendengar balasan dari Jihoon.
























Plak

"Sudah berapa kali Mama bilang?! Jangan main hp kalo lagi belajar!"

Yedam hanya bisa menunduk kan kepala nya sembari terdiam, tak berani untuk membalas bentakan marah sang Mama. Ia mengaku salah, karena berani melanggar larangan keras dari Mama nya.

"Jawab kalo Mama lagi ngomong! Bisu kamu?!" Bentak Mama nya, sembari meletakkan ponsel Yedam di atas meja belajar dengan kasar sehingga menimbulkan bunyi gebrakan cukup kuat.

"I-iya, Ma. Yedam m-minta maaf." Ucap remaja tujuh belas tahun itu dengan terbata. Tangan nya tergerak untuk membenarkan kacamata yang biasa ia pakai ketika belajar dengan gugup.

"Sekarang, kamu selesaikan semua soal yang ada di tiga buku paket ini dengan benar! Kalau ada satu soal yang salah, maka jangan harap kamu bisa keluar main sama temen-temen berandalan kamu itu!"

"Temen-temen Yedam bukan berandalan, Ma!" Bantah Yedam refleks menaikkan nada ucapan nya satu oktav.

Brak

Wanita yang menjabat sebagai ibu kandung Yedam itu kembali memberi gebrakan pada meja belajar sang putra tunggal nya.

"Berani melawan kamu?!"

Yedam segera menggelengkan kepala nya ribut. Ia merutuki kebodohan mulut nya yang tidak bisa di ajak bekerja sama, namun memang terdapat setitik rasa tak terima bahwa teman-teman nya di sebut sebagai berandalan oleh sang Mama.

"Mama keluar dulu." Tepat setelah mengatakan hal itu, terdengar suara kunci yang diputar dari luar. Yedam menghela nafas pasrah, Mama nya kembali mengunci nya di dalam kamar. Lalu ia mengalihkan perhatian nya ke arah tiga tumpuk buku paket yang berada di hadapan nya.

Kalau begini cerita nya, bagaimana ia bisa bertemu dengan teman-teman nya dalam waktu singkat?

==========

12 DiamondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang