Brak
"WOI! KELUAR LO SEMUA, ANJING!"
Ketujuh anggota Dream yang sedang bercanda, sontak terdiam seketika kala mendengar suara menggelegar milik Jihoon dari luar sana. Tak hanya itu, dapat mereka dengar, suara deru beberapa motor yang seperti mengelilingi markas mereka.
"Bangsat, ancaman mereka beneran anjing." Umpat Jeno.
Mark menjadi yang pertama berdiri, "Ayo kita keluar, jangan jadi pengecut." Setelah itu ia dan anggota nya yang lain berjalan berurutan menuju pintu masuk.
"Ayo Chan, jangan diem aja. Takut lo?"
Haechan mendelik, mendengar penuturan Jaemin yang terdengar menyebalkan di telinga nya. "Yakali, anjir."
Brak
"WOI! BUKA SEKARANG ATAU GUA JEBOL PINTU MURAHAN LO INI?!"
Tak lama kemudian pintu markas Dream terbuka. Belum sempat Mark menangkap keberadaan mereka, tubuhnya sudah terhuyung ke samping akibat tinjuan dari Jihoon yang tak main-main.
Tanpa aba-aba Jihoon segera memukul Mark dengan membabi buta. Para anggota Dream yang melihatnya pun tak terima, hendak membantu sang ketua namun sayangnya dari arah luar, masuk lah beberapa pemuda yang dikuasai oleh amarah dan menarik mereka satu-persatu.
"Anjing lo semua! Berani-beraninya curangin adek gua!" Teriak Jaehyuk marah sembari terus melayangkan pukulan bertubi-tubi pada Chenle yang sudah lemas karena belum siap menerima serangan tiba-tiba.
"Cuman segini kekuatan lo hah? Baru gini aja uda mau mati, apalagi kalo lo ngerasain apa yang dialamin sama Haruto?!" Bentak Mashiho sembari membenturkan kepala Haechan ke dinding.
Dari pojok ruangan terlihat Jeongwoo dan Jisung yang sedang saling mencekik dengan posisi Jisung yang terpojok ke dinding.
"Lepasin gua anjing!" Bentak Jisung yang kini memegangi tangan Jeongwoo yang masih mencekiknya.
Jeongwoo tertawa sinis, "Dih, enak bat lu bilang begitu hah?! Liat aja, bakal gua bikin lo jadi manusia paling lemah yang pernah ada!"
Bugh
"Gue emang lebih muda dari lo, tapi bukan berarti gue gabisa bikin lo sekarat, ya tai!" Sinis Doyoung pada Renjun yang kini sudah terbatuk-batuk di lantai dengan muka yang penuh lebam, hasil karyanya.
"C-cukup, Doy. G-gue minta maaf."
"Apa? Gue gak denger. Coba ulangin sekali lagi." Titah Doyoung sembari menendang perut Renjun untuk yang kesekian kalinya.
Dugh
Srett
"Aarghh! Sialan lo Yedam, anjing!" Teriak Jaemin kesakitan kala Yedam menendangnya hingga terbentur dinding lalu menghimpitnya dengan meja.
"Hahahahah! Bodoamat, yang penting gue bahagia."
Bugh
Bugh
Bugh
Dari sekian pertarungan satu lawan satu dari teman-teman nya yang lain, hanya pertarungan antara Jeno dan Junkyu lah yang terlihat seri. Keduanya saling memberikan pukulan, tendangan dan bahkan tarikan pada kaki maupun dorongan pada bahu.
"Gue ga akan segila ini kalo bukan lo sama temen-temen lo yang mulai." Ujar Junkyu di tengah pertarungan keduanya, dan tidak ditanggapi apapun oleh Jeno.
"Sorry kalo bikin kerusakan yang parah buat markas ama fisik temen-temen lo, tapi gue sama yang lain ga akan nyesel. Itu semua balasan buat lo sama yang lain karena udah bikin salah satu dari kami koma di rumah sakit. Tenang aja, mereka ga akan mati, temen-temen gue masih tau batasan." Jelas Junkyu dengan nafas yang terengah-engah.
"Gue harap, setelah kejadian ini, lo sama temen-temen lo bukan nya makin dendam, tapi justru minta maaf ke kami. Karena hal gila yang kalian lakuin itu dapat menyebabkan kematian."
Bugh
Tap
Tap
Tap
Atensi keempat lelaki yang sedari tadi hanya duduk diam di depan ruang ICU tempat Haruto dirawat, teralihkan kearah tujuh lelaki lain nya yang baru datang.
Hyunsuk segera berdiri dengan tatapan yang menyiratkan kekhawatiran. "Kalian gapapa kan? Anak Dream gada yang mati kan?"
Jaehyuk tampak mendelik ke arah Hyunsuk, "Duh bang, kita masih waras kali. Kalo mereka mati, yang ada kita juga yang kena masalah."
Hyunsuk menghela napas lega, Doyoung yang mengerti apa yang dirasakan oleh sahabat tertuanya itu pun menepuk bahu Hyunsuk beberapa kali. "Tenang aja bang. Kalo mereka tuntut kita ke pihak berwajib, kita gantian tuntut mereka atas kasus percobaan pembunuhan yang Haruto terima."
Hyunsuk mengangguk, seraya mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Ya bagaimana tidak khawatir coba? Salah satu adiknya baru saja dikabarkan koma, lalu beberapa adiknya tiba-tiba pergi begitu saja untuk memberi pelajaran pada seseorang yang membuat Haruto koma, dengan keadaan masih emosi. Bisa saja kalau mereka kelepasan nanti malah berakhir dengan berita kematian dari geng sebelah.
Huh, membayangkan nya saja Hyunsuk sudah merinding.
"Eh btw, ini kita ga ngabarin orang tuanya si Tono?" Tanya Yedam yang berhasil membuat teman nya yang lain teringat. Astaga, bagaimana mereka bisa lupa untuk mengabari kedua orang tua Haruto?
"Ada yang punya nomer ortu nya Haruto?"
"Gue ada, bentar, gue kirimin ke elo ya bang." Balas Jeongwoo.
"Lah, kenapa lo ngga telpon sendiri?" -Yoshinori.
Jeongwoo menatap abang nya itu, lalu berbicara pelan. "Nyokap nya si Tono sensian, bang. Kagak berani gue."
"Alah, yaudah kalo gitu buruan kirim ke gue." Sahut Mashiho yang langsung dilaksanakan oleh Jeongwoo.
Tut tut
"Permisi, apakah benar dengan ibu dari Watanabe Haruto?" Tanya Mashiho sembari me-loudspeaker panggilan keduanya.
"Ya, benar. Maaf, ini siapa ya?"
Mashiho kembali mengulas senyum nya, "Saya Mashiho, Tante. Salah satu teman dekatnya Haruto. Sebelumnya saya mau minta maaf karena mengganggu waktunya, tapi Haruto baru saja terlibat kecelakaan, dan sekarang Haruto nya sedang berada di rumah sakit."
"HAH?! APA KAMU BILANG?! ANAK SAYA KECELAKAAN? BAGAIMANA BISA?! SEKARANG KASIH TAHU SAYA DIMANA RUMAH SAKIT TEMPAT ANAK SAYA DIRAWAT!"
Refleks Mashiho menjauhkan ponselnya dari jangkauan mereka, bahkan Junghwan pun sekarang sibuk dengan telinga nya yang terasa berdengung saat mendengar teriakan dari ibu Haruto di seberang sana.
"Haruto di rawat di Staysafe Hospital, kamar nomor 434, lantai 4--
Tut
Mashiho dan kesebelas kawan nya saling melempar tatap. Kemudian, hanya satu kata yang berhasil keluar dari mulut mereka semua secara bersamaan.
"Bjir."
==========