4. Kita Berbeda

56 6 0
                                    

Apa yang lebih sakit dari dibanding-bandingkan?

Tidak ada.

Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Jeongwoo saat ini.

Hidupnya penuh tuntutan, penuh persaingan, bahkan antara ia dan sang kakak kandung. Hubungan kedua nya dulu sangat dekat, namun itu hanya terjadi hingga Jeongwoo berumur enam tahun.

Begitu ia masuk sekolah dasar, entah mengapa perangai sang kakak terhadap nya seolah menganggapnya sebagai saingan yang harus selalu dijatuhkan dan selalu berada di bawah nya.

Mereka bersaing secara nilai akademik, maupun non akademik. Dan sayang nya, kakak nya lebih unggul di kedua bidang tersebut. Membuatnya selalu dipandang buruk oleh seluruh anggota keluarga nya.

Jika boleh jujur, ia ingin sekali berteriak bahwa ia membenci kedua orang tua nya. Mereka lah yang membuat kakak nya menjadi seperti monster yang haus akan pujian dan nilai. Mereka lah yang membuat hubungan persaudaraan kedua putra nya memburuk.

Mereka lah yang membuat Jeongwoo harus menerima segala kekerasan dari mereka sejak kecil. Dan harus rela dicaci maki oleh mereka karena tak bisa memenuhi kriteria putra impian kedua orang tua nya.

Sakit hati? Sangat.

Ia sangat sakit hati, saat mendapat perlakuan tak adil yang diberikan oleh ibu maupun ayah nya. Ia iri, melihat kedekatan sang kakak dengan kedua orang tua nya.

Ia juga ingin dipeluk saat tidur, di bisiki kata-kata penenang saat sedih, selalu di turuti keinginan dan keputusan nya. Namun Jeongwoo bisa apa? Ia tak bisa apa-apa.

Terkadang ia merasa iri dengan Yedam yang selalu mendapat peringkat satu di angkatan nya. Ia juga ingin, karena sejujurnya ia selalu belajar, baik itu materi lampau, saat ini maupun yang belum diterangkan.

Namun hasil nya masih sama saja. Apa yang harus Jeongwoo lakukan agar bisa diperlakukan selayaknya anak pada umum nya?

Ia memperhatikan interaksi sang kakak dengan kedua orang tua nya di ruang tengah, dari arah dapur karena ia mendapat hukuman membersihkan dapur jika tak ingin dikurung karena gagal mendapat nilai memuaskan untuk ujian dadakan hari ini.

"Yah, coba liat deh itu lucu banget."

"Yang mana?"

"Itu loh Yah, yang berdiri paling pojok, cantik deh."

"Wah wah wah, anak laki-laki nya Bunda udah tau mana cewek cantik ya."

"Ya iya dong Bundaaa, kakak kan udah besar. Udah kuliah loh, Bun." Balas kakak nya itu yang langsung mendapat pelukan hangat dari sang ibunda. Dan setelah itu terdengar suara gelak rawa dari arah ruang tengah.

Lagi-lagi Jeongwoo harus menekan rasa iri nya, ia berusaha menulikan kedua telinga nya agar tidak semakin sakit hati mendengar keharmonisan keluarga nya yang bahkan tanpa eksistensinya di sana.

Ia masih ingat dengan jelas perkataan sang ayah tadi. "Kalau kamu ingin saya dan istri saya perlakukan seperti Junseo, maka raihlah peringkat satu, jika terlalu sulit untuk satu angkatan, minimal peringkat satu di kelas unggulan lah."

Dan dari sana Jeongwoo dapat mengerti, bahwa ia tak cukup pantas untuk duduk bersama amggota keluarga nya yang bahkan dijuluki dengan sendok emas.
























"Sayang, kamu kemana aja?"

"Kok aku telponin engga dijawab?"

"Kamu ga ada masalah apa-apa kan?"

"Sayang?"

"Say--

"Cukup, Jae! Aku pusing tau ngga, dengerin celotehan kamu terus!" Sentak perempuan itu dengan nada tinggi yang mampu membuat Jaehyuk terdiam.

Ia memutar bola mata nya malas, "Tadi aku ada kerkom sama Guanlin. Kamu gak usah ribet gitu deh, cuman gak di kasih kabar tiga hari aja cerewet banget!"

Jaehyuk hanya bisa mengulas senyum manis nya pada sang kekasih, meskipun dari dalam hati nya ia terluka atas ucapan sang kekasih. Namun lagi-lagi ia mencoba untuk paham.

"Iya, Sayang. Tapi lain kali kalo ada apa-apa jangan lupa kabarin aku ya, biar aku nya juga engga khawatir." Ujar nya lembut, berusaha memberi pengertian pada sang pujaan hati.

Perempuan itu, Kim Minju, mendengus sebal. "Dasar lebay, emang karena kita pacaran, kamu harus tau apa aja yang aku lakuin?"

Mendengar balasan dari sang kekasih, Jaehyuk dibuat gelagapan. "Bukan, bukan gitu maksud aku. Maksud nya tuh kamu--

"Oke fine! Aku bakal turutin permintaan kamu, udah kan?" Jaehyuk tersenyum mendengarnya.

"Iya." Dan setelah itu keheningan melanda kedua nya, hingga akhirnya suara Jaehyuk mengembalikan pembicaraan kedua nya.

"Sayang, sesuai janji kamu minggu lalu, hari ini kita jalan yuk, mumpung malem minggu, itung-itung buat ganti minggu-minggu sebelum nya yang gak jadi jalan." Ajak Jaehyuk pada Minju yang bahkan hanya fokus pada ponsel nya saja.

"Say--

Drttt drttt

Ucapan Jaehyuk terpotong oleh suara dering ponsel Minju pertanda terdapat panggilan masuk. Sekilas sebelum kekasih nya itu mengangkat panggilan nya, dapat Jaehyuk lihat kontak siapa yang menghubungi kekasih nya.

'Guanlin Lai <3'

Apa maksudnya?

Kenapa harus dengan emoji seperti itu dalam menamai kontak Guanlin?

Ada apa antara Guanlin dan Minju?

Pertanyataan demi pertanyaan terus bermunculan di kepala Jaehyuk, hingga akhirnya suara Minju kembali menyadarkan nya.

"Jae, aku ada urusan nih. Maaf ya, kayaknya kita minggu ini gak jadi jalan dulu. Aku harap kamu ngerti." Ucap perempuan itu lalu mengambil tas nya dan hendak berlalu dari sana, namun tangan Jaehyuk mencekal lengan nya.

"Penting banget ya?"

"Iya."

"Lebih penting mana sama aku?"

"Apaan sih, Jae?! Ini nih yang engga aku sukain dari kamu! Suka gak jelas pertanyaan nya. Padahal tadi aku udah bilang kalo urusan aku ini penting banget, kamu gak usah lebay gitu deh!" Bentak Minju sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan Jaehyuk seorang diri di sana.

Jaehyuk kembali mendudukkan diri nya di bangku taman. Ia menghela nafas lelah, apa yang sebenarnya dilakukan oleh kekasih nya itu?

Sepenting apa urusan dengan Guanlin sehingga harus menunda kembali waktu mereka untuk yang kesekian kali nya?

Drttt drttt

Suara getar dari ponsel nya mengalihkan perhatian nya. Ia menggeser tombol hijau lalu menempelkan ponsel nya pada salah satu telinga nya.

"Ada apa ibu?"

"Kamu cepatlah pulang! Sebentar lagi keluarga Lee akan datang untuk membahas pertunangan mu dengan putri mereka!"

"Tapi bu--

"Tidak ada tapi-tapian! Dalam waktu 10 menit, kamu harus sudah sampai!"

Tut--

Lagi-lagi Jaehyuk harus menghela nafas lelah. Ia menatap arah kepergian Minju yang kini sudah tak terlihat, sebelum akhirnya mengubah pandangan nya menatap langit biru yang kini terlihat agak mendung.

Kini, apa yang harus di lakukan oleh nya?

==========

12 DiamondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang