Plak
"Sudah berapa kali saya bilang! Donorkan jantung mu untuk Sunoo! Dasar bodoh!"
Doyoung hanya bisa menunduk dan tidak melakukan perlawanan sedikit pun terhadap sang ibu ketika dahi nya di dorong menggunakan telunjuk oleh sang ibu.
Ia membiarkan air mata nya menetes di kedua pipi nya, sembari terus memandangi lantai dingin yang berada di bawah nya.
"Tapi ibu, Dobby masih pengen hidup. Dobby masih pengen main sama temen-temen Dobby. Lagipula bukankah pendonor jantung dicari seseorang yang sudah tidak bernyawa? Dobby masih sehat ibu..." Lirih nya seraya memandang sang ibu dengan penuh harap.
Kedua mata anak itu sudah memerah, namun ia mencoba untuk tersenyum sembari mengutarakan kalimat permohonan kepada sang ibunda yang sangat ia sayangi.
Brukk
"Saya tidak peduli! Kalau tidak bisa dari seseorang yang masih hidup, maka kamu yang akan saya bunuh!" Bentak ibu nya seraya menunjuk tepat di depan wajah Doyoung yang sudah duduk di lantai setelah ia dorong dengan keras.
"Lihat! Karena mu, putra saya terbaring lemah di dalam sana! Sunoo saudara kembar kamu, Doyoung... Apa kamu tidak kasihan dengan nya? Dimana belas kasihan mu terhadap saudara mu sendiri?" Tanya sang ibu dengan nada yang lebih lembut dan mengandung permohonan yang membuat Doyoung terdiam sembari menangis.
Ia menyayangi Sunoo, karena Sunoo itu saudara kembar nya. Tapi ia juga masih ingin hidup, ia masih ingin bermain dengan teman-teman nya. Ia merasa sangat terpojok dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh sang ibu pada nya.
Doyoung juga sakit, batin nya yang sakit. Ia lelah terus-terusan di desak oleh kedua orang tua nya agar mau mendonorkan jantung nya untuk Sunoo. Bukankah ia juga memiliki hak untuk hidup? Kenapa mereka bertingkah seolah ia tidak memiliki impian yang harus diwujudkan?
Masih banyak hal yang ingin dilakukan oleh Doyoung di luaran sana, di masa depan nanti. Namun ia juga tidak tega melihat saudara kembar nya sendiri sering sakit-sakitan karena penyakit yang bersarang di tubuhnya selama ini.
Doyoung sudah terlalu banyak mengalah kepada Sunoo dalam hal apapun selama ini, namun kali ini menyangkut hidup seseorang. Semua orang memiliki hak untuk hidup. Tapi mengapa hal itu seperti tidak terjadi pada Doyoung?
"Ibu, Dobby mohon jangan seperti ini. Dobby sayang sama Sunoo, tapi maaf, Dobby juga masih ingin hidup. Ini menyangkut hidup seseorang, ibu. Masih banyak hal yang ingin Dobby lakukan di masa depan nanti."
Ibu nya kembali terbakar amarah ketika mendengar balasan dari Doyoung. "Lalu kau pikir Sunoo tidak memiliki keinginan yang ingin dia lakukan di masa depan nanti?!"
"Ayolah Doyoung! Jangan egois! Sunoo sudah banyak menderita selama ini! Kali ini saja kau berkorban untuk hidupnya, kenapa susah sekali?!"
Sudah cukup, Doyoung tidak kuat lagi.
"Tumben banget malem-malem gini Doyoung kagak ikut kumpul, biasanya tuh anak jadi yang paling semangat kalo kumpul-kumpul gini." Celetuk Jihoon sembari menyeruput pop ice yang ia beli di pinggir jalan tadi.
"Tau tuh, sok sibuk banget anjir. Padahal kerjaan nya paling ya cuman makan, tidur, makan, tidur doang." Balas Haruto yang sedang mabar bersama Jeongwoo dan Junghwan.
"Ya ga ada yang tau. Kali aja Doyoung emang lagi ada urusan, udah ga usah julid gitu, kerjaan lo aja juga cuman makan, tidur, berak, makan, tidur, berak sama jarang ngumpul, Doyoung juga kagak julid tuh." Sahut Hyunsuk membela adik kesayangannya.
Melihat Haruto yang mencebik kan mulut nya, Jaehyuk yang sedang dalam mode jahil pun melemparkan kulit pisang yang tadi ia makan tepat di wajah tampan teman nya itu.
"YEAY! GUE MENANG ANJAY!" Pekik Jeongwoo yang sudah jingkrak-jingkrak di lantai.
"Bang Jae goblok! Kan jadi kalah gue nya!" Geram Haruto seraya membanting ponsel nya di sofa, iya lah di sofa, kalo di lantai bisa rugi besar nanti.
"Btw kan yang jarang kumpul bukan gue, tapi bang Junkyu." Sambung nya lalu ikut bergabung dengan Mashiho yang sedang makan kacang.
Puk
Mashiho yang mendengarnya pun melemparkan kulit kacang tepat di wajah Haruto. "Bang Junkyu kan kerja bego! Lo kira elo yang kerjaan nya cuman makan, tidur, berak mulu?"
"Yaudah selow dong, Bang! Kek ngajak tempur aja lo!" Kesal Haruto yang wajah nya sudah dua kali ditimpuk kulit buah.
Junghwan yang melihat nya pun hanya bisa menggelengkan kepala nya, heran dengan kelakuan teman-teman nya yang makin hari makin nyeleneh.
"Gue cabut dulu, mo tidur di rumah." Junghwan beserta teman-teman nya yang lain mengalihkan pandangan mereka pada Asahi yang sudah berdiri sembari mengenakan jaket kulit dengan lambang duabelas bintang yang membentuk berlian di sisi punggung nya.
"Dih, tumben jam segini dah mau tidur, Sa?" Tanya Jaehyuk yang merasa aneh dengan teman robotnya itu.
"Ngantuk, nying. Dah lah, kalo gitu gue pulang dulu." Pamit nya lalu berjalan keluar dari basecamp mereka.
"Hati-hati, bang!"
"Yoi!"
"Eh iya, bang Yoshi kok tumben engga ikut kumpul?"
Tak terasa Asahi sekarang telah sampai di garasi rumah nya. Setelah memarkirkan sepeda motornya, lelaki itu pun berjalan menuju pintu utama rumahnya.
Cklek
Pyarr
Baru saja ia membuka pintu, sebuah vas bunga terlempar mengenai dinding yang berada tepat di sebelah nya. Ia terdiam sebentar melihat kedua sejoli yang asik beradu argumen di depan sana.
Hingga akhirnya ia memilih untuk melanjutkan langkah nya menuju ruang kamar nya yang berada di lantai atas, tanpa mempedulikan apa yang terjadi di ruang tamu rumah nya yang kini sudah seperti kapal pecah.
"SUDAH KUBILANG JANGAN PULANG LARUT MALAM HAMADA ALARA!"
"AKU ADA URUSAN DENGAN PEKERJAAN KU! KAU TIDAK BERHAK MENGATUR!"
"AKU SUAMI MU! JANGAN MENJADI ISTRI DURHAKA, WANITA SIALAN!"
"SIAPA YANG DURHAKA?! KAU SAJA YANG BERLEBIHAN!"
Samar-samar kedua telinga Asahi dapat menangkap beberapa kalimat yang saling di teriakkan oleh kedua orang di bawah sana.
Namun lagi-lagi Asahi memilih abai dengan apa yang sudah sering ia jumpai ketika berada di rumah. Ia tetap memasuki ruang kamar nya, tak lupa untuk mengunci pintu, lalu merebahkan diri di atas kasur dan menutupi seluruh tubuh nya menggunakan selimut.
Biarkan ia istirahat, ia sudah lelah.
==========