Langkah panjang Hyunsuk menyusuri lorong rumah sakit yang menjadi tempat seseorang yang sangat dicintai nya berada, ia berlari agar sampai dengan cepat menuju tempat tujuan.
Ia menghentikan langkah nya, begitu sampai di depan salah satu ruangan yang bertuliskan 'IGD'. Jantung nya berpacu dengan cepat kala mendengar suara pintu yang terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya dengan jas putih kebanggaan nya.
Tak mempedulikan nafasnya yang tersendat-sendat akibat berlari di sepanjang lorong, Hyunsuk segera bertanya kepada dokter yang menangani.
"Dokter, bagimana keadaan ibu saya? Ibu saya baik-baik saja kan? Apakah ada hal yang perlu dikhawatirkan?" Tanya Hyunsuk beruntun, membuat sang dokter tersenyum, Hyunsuk yang melihatnya segera menyadari perbuatan nya.
"Ah, maafkan saya, dok."
"Tidak apa-apa, saya mengerti apa yang kamu rasakan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari pasien, hanya saja luka tusukan yang cukup dalam pada lengan nya membuat pasien kehilangan cukup banyak darah. Mungkin ketika beliau sadar, akan merasa lemas untuk sementara waktu. Ya sudah kalau begitu, saya pamit dulu ya." Jelas sang dokter dan ditanggapi dengan baik oleh Hyunsuk.
"Oh ya, terimakasih. Silahkan, dok."
Hyunsuk membuka pintu IGD dengan pelan agar tak menimbulkan suara, lalu melangkah dengan perlahan dan duduk di kursi yang tersedia di samping brankar tempat dimana wanita paling dicintai nya terbaring.
Tanpa sadar setetes air mata turun dari kedua netra nya. Ia memegang salah satu tangan sang ibunda yang terbebas dari selang infus, lalu menempelkan punggung tangan sang ibunda pada kening nya.
Ia menangis sembari sesekali mencium punggung tangan ibunda nya. Hati nya sakit sekali melihat keadaan sang ibu yang terlihat sangat lemah.
Tiba-tiba saja terbayang di kepala nya, saat ia mendengar kabar dari salah satu suster rumah sakit jiwa yang mengabarkan bahwa ibu nya kembali menyakiti diri nya sendiri menggunakan pisau, hingga harus dilarikan ke IGD.
"Ibu, apakah sakit sekali?"
"Maafkan Hyunsuk ya, bu. Belum bisa menjadi anak yang berguna, yang bisa melindungi ibu dari segala mara bahaya."
"Maafkan Hyunsuk yang terlalu sibuk akhir-akhir ini ya, bu."
"Hyunsuk janji, setelah ini akan Hyunsuk pastikan ibu tidak akan pernah tidur di ruangan ini lagi."
"Sehat terus malaikat cantik nya, Hyunsuk."
Hyunsuk terus saja berbicara panjang lebar kepada ibu nya yang masih tidak sadarkan diri. Hingga tanpa diketahui oleh pemuda itu bahwa kini sang ibu sudah meneteskan air mata nya mendengar ucapan sang putra dari alam bawah sadar nya.
"Woy! Ngapain lu!"
Haruto yang sedang makan sate pun seketika tersedak mendengar suara mengejutkan yang datang dari arah belakang nya. Ia segera meminum es jeruk nya, lalu menoleh untuk melihat siapa pelaku yang membuatnya tersedak.
"Bang Junkyu bangke! Gue keselek anying!" Ucap Haruto ngegas. Junkyu yang melihat nya pun tertawa puas karena berhasil mengerjai adik kelas sekaligus sahabatnya itu.
Pemuda delapan belas tahun itu menepuk punggung Haruto beberapa kali.
"Iya-iya, sorry. Lagian lo ngapain tengah malem gini jajan sate? Enakan juga tidur di rumah." Kata Junkyu sembari meminum es jeruk milik Haruto dengan santai.
"Kampret! Es jeruk gue bego! Ganti gak?!" Kesal Haruto meratapi es jeruk nya yang kini tersisa gelas nya saja. Bahkan remaja itu tidak mengindahkan pertanyaan Junkyu sebelum nya.