Setiap detik yang Chang Mi rasa malam ini sungguh terasa berat, dadanya terasa berat nafasnya sesekali tersenggal, ia menatap langit-langit Rumah Sakit dengan penuh harapan, harapan akan ada berita baik di esok hari, harapan akan ada sesuatu yang indah yang dapat membuatnya tertawa kembali.
Hampir pukul empat pagi Chang Mi baru bisa memejamkan matanya setelah ribut di dalam kepalanya setelah rasa takut yang dapat ia redam. Ia berhasil meyakinkan dirinya sendiri bahwa hari esok akan baik-baik.
Namjoon menatap dalam wajah wanita yang ada di sebelahnya, menatapnya dalam diam hanya suara hembusan nafas yang ada saat itu sesekali ia mengusap kening Chang Mi dan mengecupnya.
Beberapa jam berselang seorang petugas medis masuk dan membangunkan Chang Mi dari tidurnya. "Nona, sudah waktunya kau harus menjalani beberapa pemeriksaan"ucapnya.
Chang Mi yang dibantu oleh Namjoon kini duduk diatas kursi roda mengikuti langkah petugas medis tadi melawati lorong demi lorong Rumah Sakit yang hening.
"Sayang, apakah nanti akan sakit?"tanya Chang Mi parau.
Namjoon menghentikan kursi roda yang ia dorong lalu mengubah posisinya di hadapan Chang Mi sambil sedikit membungkukkan tubuh tingginya hingga tatapnya saling bertemu. "Sayang kau biasa melewati badai jadi tidak perlu khawatir hanya karena gerimis"
"Tapi gerimis pun dapat membuat kita basah, Namjoon"
"Aku, aku yang akan membawakan mu payung nanti. Kau tidak perlu khawatir. Aku tau kau pasti kuat menjalani apapun"bisik Namjoon lalu kembali mendorong kursi roda Chang Mi lalu memasuki suatu ruangan yang penuh dengan alat-alat medis.
Serangkaian pemeriksaan Chang Mi jalani dengan rasa takut, langkahnya gemetar, tangannya dingin berkeringat, sesekali perutnya sakit secara tiba-tiba, sementara di luar sana Jang Namjoon menunggu dengan penuh harap mungkin jika kalian bisa mendengar dari dinding Rumah Sakit banyak sekali terdengar doa-doa yang tulus. Ia menggenggam tangannya sendiri meyakinkan bahwa didalam sana kekasihnya akan baik-baik saja. Duduk kemudian berdiri lalu kembali duduk lagi Namjoon tidak bisa mengendalikan perasaannya sesekali ia mengintip Chang Mi melalui jendela kecil yang ada di pintu ruangan tersebut.
Klak....
Suara pintu terbuka Namjoon segera menghampiri Chang Mi yang didorong dengan kursi roda. "Biar saya saja yang dorong"ucap Namjoon kepada petugas medis tersebut.
Hening selama perjalanan ke kamar Chang Mi.
"Biar aku bantu"ucap Namjoon memegang tangan Chang Mi lalu mendudukkannya di atas ranjang. "Bagaimana tadi? Tidak sakit kan?"
Chang Mi menoleh ragu, "Kapan hasilnya keluar?"
"Satu atau dua hari sayang. Kau mau makan apa? Biar aku pesankan"sambung Namjoon.
Chang Mi merebahkan tubuhnya. "Kata dokter aku belum boleh makan makanan dari luar Rumah Sakit padahal aku ingin sekali makan ramen pedas dan telur setengah matang diatasnya"
"Ah aku lupa, nanti kalau sudah sehat kau bisa makan ramen sebanyak apapun yang kau mau. Sekarang makan makanan ini dulu ya, kelihatannya enak"
Namjoon menyuapi Chang Mi sedikit demi sedikit sesekali Chang Mi tersedak dengan bubur yang ada di mulutnya. "Jangan terlalu banyak Namjoon-ah"cicitnya
"Minum dulu"ucap Namjoon seraya mengambil segelas air hangat.
"A----aku......"
Tiba-tiba seluruh isi perut Chang Mi keluar tanpa bisa ia tahan.
"Namjoon maaf, kau tidak boleh melihat ini, ini sangat menjijikan"ucap Chang Mi sambil berusaha meraih sekotak tissue untuk membersihkannya.
"Chang Mi berhenti, tidak apa-apa. Biar petugas yang membersihkannya"Namjoon menahan tangan Chang Mi lalu memeluknya. "Tidak apa-apa sayang kau tidak perlu khawatir semua akan baik-baik saja"
Tangis Chang Mi pecah lalu membalas pelukan kekasihnya dengan erat. "Namjoon aku takut, aku takut sayang--. Aku seperti tidak mengenal tubuhku sendiri. Aku takut"isaknya semakin kuat.
"Sayang, tidak apa-apa menangislah, genggam tanganku, peluklah aku jika kau membutuhkannya. Aku akan selalu ada disisimu apapun keadaanmu. Aku menyayangimu Ahn Chang Mi"
Namjoon mengurai peluknya, "lihatlah dirimu kau telah sampai sejauh ini kau dapat bertahan melalui hal-hal yang kau pikir tidak dapat kau lakukan, bahkan nanti ketika perjalanan ini terlihat berbeda dari yang kau kira aku harap kau selalu mengingat masih ada waktu untuk berada di tempat yang kau inginkan. Maka jangan biarkan matamu basah tanpa henti. Tidur saja ya saat kau bangun semua akan baik-baik saja, hm ini bukan apa-apa".
***
"Kau belum makan apapun dari kemarin sayang"ucap Namjoon."Aku suapi yah"
Chang Mi menggeleng. "Aku bosan bisakah kau mendorong kursi rodaku untuk berjalan-jalan ke taman?
"Tentu sayang"
Baru saja keduanya akan keluar kamar tiba-tiba petugas medis datang dan bertanya siapa wali dari pasien ini.
"Saya, ada apa?"jawab Namjoon.
"Hasil pemeriksaan Nona Ahn Chang Mi sudah keluar, bisakah kau menuju ruangan dokter biar saya antar"ucap petugas medis itu.
Kedua tatap Namjoon dan Chang Mi bertemu, tatap yang berbalut rasa takut. "Aku ikut"sahut Chang Mi.
"Sebaiknya satu orang saja dan Nona lebih baik kau beristirahat ya"sahut petugas tadi.
Setelah berhasil meyakinkan kekasihnya Namjoon segera berjalan keluar kamar rawat Chang Mi dan berjalan menuju ruangan dokter, di dalam hatinya tidak lain dengan Chang Mi ia pun laki-laki yang kalah dengan rasa takutnya saat ini.
Duduknya gemetar saat berhadapan dengan dokter yang menangani Chang Mi sesekali ia menggoyang-goyangkan kaki nya untuk mengurangi rasa takutnya.
"B-bagaimana hasil pemeriksaannya?"
Mimik wajah dokter itu penuh dengan kekecewaan saat membuka dan membaca selembar kertas putih dari dalam amplop.
Sepersekian detik Namjoon sempat memohon Tuhan tolong jangan lakukan itu sebab ku sayangi dia, sebab aku belum sempat mengukir banyak senyum dibibir indahnya, sebab belum sempat aku membuatnya bahagia. Tuhan apa yang akan dokter ini katakan, apa hasilnya?
Kalut dan berisik didalam kepala Namjoon, hingga dokter itu membuka mulutnya dan menjelaskan apa yang Chang Mi derita.
"Jikalau memang harus kualami duka....."kata-kata Namjoon terputus. "Dokter apakah Chang Mi akan sembuh?"
Air mata Namjoon lolos dari pelupuk matanya, ketakutannya terjawab sudah. Sekarang isi kepalanya adalah bagaimana memberi tau kekasihnya tentang kenyataan pahit ini.
Ia berjalan gontai menuju kamar Chang Mi sesekali ia menyandarkan tubuhnya di dinding Rumah Sakit dan mengambil nafas lalu melajutkan lagi langkahnya. Tiba didepan pintu kamar Chang Mi dengan tangan gemetar ia mendorong pintu tersebut Namjoon tersenyum nanar melihat kekasihnya sedang melamun menghadap ke jendela menatap bebasnya dunia luar.
Menyadari ada seseorang yang masuk Chang Mi memutar tubuhnya.
"Sayang, sejak kapan kau disana? Kau habis menangis? Matamu merah"tanya Chang Mi.
Namjoon mengusap matanya. "Ah tidak, ini kena debu sedikit perih"jawabnya gamang.
"Tadi dokter bilang apa? Kapan aku bisa pulang?"
Tanpa menjawab Namjoon menarik Chang Mi kedalam peluknya. "S-sayang...."
"Jang Namjoon, dokter bilang apa tentang sakit yang aku derita? Jujurlah sayang, ada apa dengan diriku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest In Love [ Namjoon ] [END] ✔️
Fanfic[Idol Life] [Sebagian chap diprivate follow dulu baru bisa baca] Menghilanglah sementara, jika tidak ada yang mengkhawatirkanmu maka hilanglah selamanya. Ahn Chang Mi, seorang wanita yang rela menukar masa mudanya demi sang Ayah hingga akhirnya mamp...