Di sebuah ruangan yang dominan berwarna putih, Chang Mi sudah terkulai lemah dengan beberapa selang yang disematkan pada beberapa bagian tubuhnya. Diiringi suara alat kesehatan yang membuat suasana hati Namjoon begitu teriris.
"Aku sudah menerima takdirku... Hidup berjalan ke arahku, dan kematian juga berjalan ke arahku, dari mulai kehidupan sampai kematian menghampiri, aku sudah merasa lelah untuk berjuang. Aku tidak bersedih aku juga tidak gembira. Aku berusaha menerima apa yang sudah ditakdirkan untukku...."
Samar-samar suara Chang Mi terdengar pilu isakan tangisnya yang membuat ia semakin sulit untuk bernafas.
Namjoon yang lelah serta merta menyandarkan tubuhnya di dinding Rumah Sakit segera menghampiri Chang Mi menggenggam tangan wanitanya yang sepertinya sudah tidak dialiri darah. Pucat dan begitu dingin.
"Apa yang kau katakan sa-sayang?"ucapnya parau.
"Na..Namjoon, kekasih yang begitu aku cinta, laki-laki yang aku cintai melebihi aku mencintai diriku sendiri. Ku rasa ini saat yang tepat aku akan mengatakannya"jawab Chang Mi begitu lemah suaranya pun nyaris tak terdengar lagi, hanya gadis ini tetap berusaha untuk mengungkapkan isi hatinya.
"Sayangku..Namjoon, kau berhak bahagia kau berhak mendapat yang lebih baik dari diriku. Hiduplah sampai seratus tahun lagi sampai rambutmu memutih, sampai membungkuk tubuh gagahmu. Hiduplah dengan wanita yang cantik dan sepadan dengan mu wanita yang bisa memberimu kebahagiaan, wanita yang bisa memberimu anak-anak kecil yang lucu. Berjanjilah sayang kapanpun aku pergi kau harus bahagia. Mungkin awalnya akan terasa sulit tapi aku yakin lambat laun kau akan bisa melupakanku, melupakan kenangan tentang kita. Namun sayang walaupun aku telah pergi untuk selamanya yakinlah cinta dan sayangku akan sebesar dunia dan luas seperti lautan untukmu..."ucapnya terhenti untuk mengambil nafas lebih dalam, tubuhnya mengejang seketika yang membuat Namjoon memanggil dokter yang tidak jauh dari ranjang Chang Mi.
Air matanya berderai hebat, dadanya sesak bukan main. Rasanya dunia Namjoon runtuh saat itu.
"Biarkan aku disini Dok, untuk menemani kekasih... Ah bukan untuk menemani pasangan hidupku"ucap Namjoon terbata.
"Kami akan melakukan tindakan medis, akan lebih baik jika anda menunggu diluar. Kami akan memanggil jika keadaannya sudah memungkinkan"jelas Dokter ruangan saat itu.
Beberapa Dokter serta perawat menutup tirai yang ada pada ranjang Chang Mi, mereka terlihat sibuk menolong Chang Mi yang semakin kesulitan bernafas. Beberapa lagi mendorong alat medis ke arah ranjang Chang Mi.
Doa yang paling dalam Namjoon ucapkan dilubuk hatinya, memohon agar Chang Mi diberi kesempatan untuk hidup. Kali ini ia lebih takut akan kematian Chang Mi daripada kematiannya sendiri.
Ia mengepal-ngepal tangannya dengan kuat hingga kemerahan air mata terus menetes deras, hati terus mengiba agar ia masih bisa mengukir hal indah bersama Chang Mi, gadis yang ia kenal tanpa sengaja, gadis manis yang ternyata kuat walau ia hampir menyerah.
Dddrrrrtttt.....ddddrrrtttt
Ponsel Namjoon bergetar membuat Namjoon merogohnya tergesa.
"Hyung....Kau dimana? Bukankah kita harus menghadiri talkshow malam ini. Jangan membuat masalah, segeralah datang kami menunggumu"suara Kim Jungkook terdengar kencang dan bersemangat diseberang sana.
"Ta-tapi Jung----"
Belum lagi selesai bicara Jungkook sudah menutup sambungan ponselnya.
Namjoon tidak bergeming, matanya terus menatap nanar pada ranjang yang di tutupi tirai, di dalam sana ada belahan jiwanya yang sedang berjuang antara hidup dan mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest In Love [ Namjoon ] [END] ✔️
Fiksi Penggemar[Idol Life] [Sebagian chap diprivate follow dulu baru bisa baca] Menghilanglah sementara, jika tidak ada yang mengkhawatirkanmu maka hilanglah selamanya. Ahn Chang Mi, seorang wanita yang rela menukar masa mudanya demi sang Ayah hingga akhirnya mamp...