Begitu Mila masuk kembali ke dalam mobil, Zeck pun langsung bergegas menghidupkan mesin mobilnya untuk segera pergi dari tempat persembunyiannya. Tapi semua itu tertahan, begitu Mila menunjukkan papan tulis kecil berisikan tulisannya.
'Kau akan pergi membawaku kemana lagi?'
Zeck terdiam sejenak, kemudian sigap membalasnya.
'Kemana pun. Ke tempat yang ingin kau kunjungi. Sekalipun ke toko membeli barang yang ingin kau beli. Ke restoran memesan makanan kesukaanmu. Atau kemana pun itu. Katakan saja semuanya padaku! Aku akan mewujudkan semuanya!'
Bagai kejatuhan bulan, Mila tak pernah menduga hal semacam ini akan ia alami. Semenjak kepergian ayahnya, Mila memang mempunyai keinginan dapat mengunjungi tempat-tempat yang dulu pernah dikunjunginya bersama mendiang ayahnya. Namun sayang, kendala ekonomi dan waktu, menjadi salah satu alasan dirinya tak dapat mewujudkan keinginannya itu.
Lantas kini, seorang pria misterius datang dengan membawa segala keberuntungan padanya, sampai-sampai berencana untuk mewujudkan semua keinginannya--tentu hal itu membuat senyum mengembang di pipi Mila, tak dapat disembunyikan lagi.
Mila sangat senang. Karena adanya pria misterius ini, rindu yang sudah lama ia bendung pada mendiang ayahnya, satu per satu dapat terbayarkan. Mungkinkah pria ini adalah sang malaikat penyelamat yang dikirimkan oleh ayahnya?
Mila tak tahu. Mungkin saja ini adalah pertolongan dari Tuhan, yang selalu ia harapkan setiap harinya. Ya. Yang pasti kejadian ini, sudah menjadi suratan tangannya.
'Jadi, tempat mana yang ingin kau kunjungi lebih dulu?' Seolah sudah terbiasa dengan kegiatan menyampaikan pesan lewat tulisan ini, Zeck menyodorkan papan tulis kecil berisi tulisan tangannya kepada Mila.
Tak langsung menjawab pertanyaan dari Zeck, Mila justru terdiam. Rekaman-rekaman yang tersimpan di kepalanya kembali terngiang, mengenang masa lalu bersama sang ayah.
Taman bunga di tengah kota, air terjun di dalam gedung yang selalu di promosikan di siaran televisi--dimana mendiang ayahnya pernah berjanji--suatu hari nanti akan membawanya ke sana, tak ketinggalan kedai ice cream di pinggir sungai yang dulu pernah Mila kunjungi bersama mendiang ayahnya juga masuk ke dalam list tempat yang akan diwujudkan semuanya oleh malaikat penyelamatnya, Zeck.
Tapi dari semua itu, ada satu tempat yang jaraknya tak begitu jauh dari gedung tua ini, dan Mila ingin sekali mengunjunginya. Yakni Library Cassio di kota Cassiopeia. Sebuah perpustakaan besar di ujung kota inilah, yang menyimpan buku kenangan seluruh masyarakat Cassiopeia.
Zeck terangguk, begitu membaca tulisan Mila yang ingin mengantarkannya ke perpustakaan itu. Perpustakaan yang sudah tak asing bagi masyarakat di kota ini. Banyak orang berbondong-bondong datang, hanya untuk mengabadikan kenangan mereka di sebuah buku besar dan tebal yang tersimpan di dalam perpustakaan itu. Buku kenangan yang akan menjadi buku sejarah di masa depan.
•°•°•
Library Cassio
Cassiopeia CityDengan antusiasnya, Mila menunjuk ke arah sebuah gambar yang tertempel di buku besar itu. Gambar itu adalah hasil coretan tangan Mila, yang melukiskan dirinya bersama keluarga kecilnya. Ayah, ibu, dan juga kakak perempuannya nampak senantiasa memeluk dirinya penuh kasih sayang.
Saat itu Mila membuatnya ketika berusia empat tahun. Hanya gambaran itulah, satu-satunya kenangan yang terabadikan di perpustakaan ini.
Zeck juga pernah mengabadikan keluarganya di dalam buku ini. Kenangan berupa potret foto, menampilkan dirinya sewaktu kecil, bersama kedua orang tuanya. Perlukah Zeck mengembalikan halaman sebelumnya itu lebih jauh lagi, untuk menunjukkan kenangannya pada Mila?
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks, KIDNAPPER
Short StoryMila tak tahu jika saat ini, dirinya sedang dalam masalah besar. Pria berambut pirang itu, mempunyai niat buruk padanya. Ia akan menyerahkan Mila pada seorang yang memimpin sebuah komunitas ilegal dan tersembunyi. Dan Mila, sama sekali tak tahu akan...