-CAHAYA PENGETUK PINTU HATI-

67 1 0
                                    

Bigmall Waterfallshop Cass (BWC)
Cassiopeia City

Zeck dan Mila berada di tengah kumpulan para tamu terhormat, yang sedang melakukan kunjungan ke gedung BWC. Mereka sedang bersiap, menunggu para pengawal untuk mengantarkan mereka masuk ke dalamnya.

Meski bingung, tapi Zeck dan Mila harus berusaha terlihat tenang dan bahagia di tengah kerumunan itu. Mereka bisa saja dicurigai kapanpun, jika memberikan ekspresi wajah yang gelisah.

Zeck dan Mila harus meyakinkan semuanya, bahwa mereka juga bagian dari para tamu terhormat itu. Dengan mengenakan kemeja dan jas, juga sepatu kulitnya, ditambah sebuah kacamata hitam yang dikenakannya, cukup meyakinkan setiap orang yang melihat penampilannya.

Tak kalah meyakinkannya juga dengan penampilan Mila. Ia mengenakan dress pink dengan kelap-kelip glitter di bagian roknya yang meluncur mengikuti liukkan tubuh Mila. Tak ketinggalan riasan make-up yang cukup tebal, bulu mata lebat, lipstik merah yang diperpadukan dengan blush on nude, berhasil mengubah Mila dari gadis SMP menjadi seorang wanita dewasa yang sangat berkharisma.

Baik Zeck maupun Mila, keduanya berusaha untuk menghindari kontak komunikasi dengan orang-orang di kerumunannya. Mereka hanya akan memberikan kontak respon, seperti tersenyum dan juga tertawa.

Sekalipun ada yang mengajaknya untuk berbicara, dengan sigap Zeck akan mengalihkan pembicaraannya. Tentu saja, hal itu dilakukan untuk melindungi identitas keduanya. Untuk memperkecil rasa kecurigaan yang terasa. Agar, Zeck dan Mila bisa masuk ke sebuah tempat rahasia yang ditujunya.

Para pengawal sudah tiba, menjemput keberadaan Zeck, Mila dan sekelompok lainnya. Keduanya mulai menyibukkan diri, menempatkan keberadaannya di tengah kerumunan itu, agar para pengawal tak dapat mencurigainya.

Sembari melangkah maju menuju pintu masuk ke dalam gedung, sepanjang itu pula Mila menggenggam tangan Zeck begitu erat. Jantungnya berdegup kencang, seolah degupnya akan merobek dadanya.

Ketegangannya semakin meningkat, saat pintu masuk berada di hadapannya sangat dekat. Hal itu benar-benar membuat Mila kesulitan mengatur nafasnya. Namun Zeck takkan membiarkan rencananya gagal.

Zeck merangkul Mila ke dekapannya. Pandangannya langsung mengitar begitu mereka telah masuk ke dalam gedungnya. Keduanya langsung terpukau dengan pemandangan seisi gedung yang megah.

Air terjun dan suara gemuruhnya yang menenangkan, benar-benar memikat perhatiannya. Mereka terpana untuk beberapa saat, hingga tak sadar, Zeck dan Mila sudah terpisah dengan gerombolan lainnya.

Sebelum keberadaannya dicurigai, lantas Zeck segera berlari--membawa Mila mencari tempat untuk bersembunyi.

'Kau tahu dimana ruang VIP itu berada?' Zeck menyodorkan papan tulis kecil, yang selama ini disimpannya di dalam jasnya.

Dengan penuh kewaspadaan, Zeck terus mengamati keadaan sekitar--selagi keberadaan mereka tengah bersembunyi di bawah tangga eskalator.

'Aku masih mengingat dengan baik, ruangan itu berada di lantai 50.'

Menurut Zeck, tangga eskalator bukanlah jalan yang aman untuk mereka gunakan menuju ke lantai 50. Begitu juga dengan menaiki lift. Terdapat cctv di dalamnya. Jika rencanya gagal dan wajahnya tertangkap oleh kamera pengintai itu, maka tamatlah riwayatnya.

Satu-satunya cara agar mereka bisa sampai menuju ke sana, yakni dengan menaiki tangga darurat. Selain jarang dipakai, tangga itu menjadi satu-satunya jalan yang paling aman untuk mereka lalui.

Lantas mereka langsung bergegas menuju tangga darurat. Tak peduli jika mereka harus menaiki ratusan anak tangga. Keduanya rela melakukannya. Zeck, demi mewujudkan keinginan Mila. Dan Mila, demi melunasi rindunya pada mendiang sang ayah.

Thanks, KIDNAPPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang