Mereka masuk ke dalam lautan air yang gelap dan dingin. Keduanya hanyut dalam aliran airnya yang deras dan besar. Sekalipun keduanya dapat berenang, sangat sulit untuk mereka melakukannya--apalagi mencoba untuk melawan arusnya.
Mila masih bertahan dalam pelukan Zeck, meski kesadaran Zeck sepertinya mulai hilang. Tentu saja, Zeck membiarkan tubuhnya dahulu yang tercebur kasar ke dalam sungai dan sempat terbentur ke bebatuan besar di dasarnya.
Mila berharap, semoga benturannya tak berakibat fatal pada Zeck. Ia terus berdoa, mengharap keselamatan dari Tuhan, walaupun kini mereka masih terombang kesana-kemari terhanyutkan.
•°•°•
"Ed, apa yang telah kau lakukan? Kau lupa dengan semua pesan Ibu?"
Zeck terbelalak. Mengambil beberapa kedipan seolah memastikan dengan apa yang tengah dilihatnya.
"Mengapa kau melakukan ini, Ed? Mengapa kau menjadi seperti ini?"
Ia membisu dan kaku. Rasanya, Zeck tak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan semua pada ibunya.
"Kau bilang akan menjadi pahlawan untuk Ibu, kan? Lalu kenapa, kau malah memilih menjadi penjahatnya?"
Wanita dengan gaun putih yang dianggapnya ibu mendekati keberadaan Zeck. Menyentuh pundaknya yang lebar. Anehnya, sentuhan itu sama sekali tak dapat Zeck rasakan.
Zeck menangkap tatapan dari sang netra rona biru. Jelas menunjukkan ratapan kekecewaan, lengkap dengan genangan air mata di kantung matanya.
"Ibu sangat berharap kau tumbuh menjadi pria dengan kelembutan hati dan kasih sayangnya yang besar, Ed." terang ibunya, tangannya membelai paras Zeck. Sesekali mengusap rambut pirangnya dengan penuh kelembutan.
"Tapi nyatanya, kau memilih tumbuh dengan kejahatan. Dimana hati nuranimu, sampai-sampai kau buta membedakan perbuatan baik dan buruknya?" Nadanya kian menaik, membuat rasa penyesalan Zeck semakin bertambah.
Zeck tahu, perbuatannya ini salah. Seiring dirinya bertumbuh, semakin ia melupakan pesan-pesan ibunya. Termasuk cita-citanya, yang ingin menjadi pahlawan untuk sang ibunda.
Lantas kenapa? Kenapa ibunya baru menunjukkan wujudnya sekarang? Disaat Zeck sudah terlanjur terjerumus dalam kehidupan yang gelap dan jahat?
'Kenapa ... kenapa ibu meninggalkanku dulu?' gumam Zeck lirih dalam hatinya.
Diantara ribuan pertanyaan yang menggulung pikirannya, hanya pertanyaan itulah yang sangat mewakili dari semua pertanyaan yang ingin ditanyakannya.
Andai Zeck mampu untuk mengatakannya, mungkin kini dirinya sudah mendapatkan jawaban dari ibunya. Jawaban mengenai alasan, kenapa ibunya memilih untuk meninggalkan dirinya.
Jujur saja, Zeck sangatlah kecewa pada pilihan sang ibu. Yang lebih rela mengorbankan dirinya demi uang dan perhiasan--yang memuaskan sesaat. Seperti itukah kasih sayang seorang ibu yang sebenarnya?
Atau mungkin, Zeck bukanlah siapa-siapa mereka. Mungkin pula dia bukan ibundanya. Mungkin saja, keberadaan Zeck tak diharapkan siapapun. Mungkin, sebaiknya Zeck tak perlu lahir ke dunia ini.
"Ibu rindu padamu, Ed. Ibu mohon pulanglah!"
Zeck menengadah, menatap ibunya yang mulai berdiri di hadapannya. Ibunya sedang bercandakah? Lantas, siapa yang ada di hadapannya ini kalau bukan dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks, KIDNAPPER
Historia CortaMila tak tahu jika saat ini, dirinya sedang dalam masalah besar. Pria berambut pirang itu, mempunyai niat buruk padanya. Ia akan menyerahkan Mila pada seorang yang memimpin sebuah komunitas ilegal dan tersembunyi. Dan Mila, sama sekali tak tahu akan...