Gym | Jeongharu.

938 33 0
                                    

Cerita ini berisi 2.700 word, dengan gambar serta video yang di sertakan untuk lebih menunjang imajiasi semata. Di harapkan bijak dan skip aja ya kalau emang gak suka, dan tentu aja kaya biasanya versi lengkap cuman ada di karyakarsa.

SPOILER!!!




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ternyata tidak jauh berbeda dari Arunda yang merasa tertarik dengannya, Jagat juga merasakan hal yang sama. Sebab harus ia akui, wajah Arunda itu begitu menawan sampai pada titik terlihat terlalu cantik untuk ukuran seorang lelaki.

Tubuhnya tinggi semampai, kurus, dengan kulit putih mulus. Mata besar berwarna coklat yang indah dengan bulu mata lentik, hidung mancung, bibir tipis berbentuk hati yang sedikit basah oleh lip balm.

Pakaian yang di gunakannya hanya berupa kaos hitam sedikit besar, serta celana sangat pendek berwarna senada. Sehingga ketika kaki jenjang itu ia naikkan di atas pahanya, serta mulai memijat pelan pergelangan kaki Arunda.

Jadi matanya sesekali sedikit melirik bagian dalam celana, dimana ternyata Arunda tengah menggunakan g-string berenda hitam yang terlihat sangat kontras dengan kulitnya. Sehingga tentu saja Jagat bisa melihatnya secara jelas, dan jadi ikut merasa terangsang dan semakin menaikkan pijatannya sedikit.

"Nghhh...," dan Arunda juga tidak bodoh ia tahu betul tatapan seseorang yang tengah bergairah, terutama karena dirinya sejak tadi ia memang membayangkan seperti apa tatapan tajam Jagat akan memiliki kilat gairah seperti itu.

Oleh karena itu dengan begitu berani kini ia juga semakin memajukan kakinya, lebih dekat ke arah selangkangan Jagat yang saat ini sudah menggembung. Membuat ia tercengang sebentar saat gembungan yang di lihatnya begitu besar, dengan ukuran yang sudah bisa dirinya bayangkan berada di atas rata-rata.

Sedangkan Jagat yang mendengar suara desahan dari Arunda kembali menatap sang empunya, dimana ia bisa melihat jika pandangan Arunda semakin sayu. Bibir bawahnya juga di gigit, dan ujung jari kakinya semakin di gesekkan dengan sengaja pada selangkangannya yang telah menegang tentunya menjadi jauh lebih berani.

Mengetahui jika Arunda juga telah merasa terangsang membuat Jagat tersenyum miring, kemudian segera menarik kaki jenjang Arunda lebih ke tengah dan tepat menginjak kejantanan miliknya yang telah menegang.

Benar saja tanpa penolakan sedikitpun Arunda meneruskan apa yang tengah ia lakukan, bahkan sampai mengeluarkan satu kakinya lagi yang masih berbalut sepatu. Tahu apa maksud jangan punya segera membuat Jagat ikut melepaskan sepatu milik Arunda, hingga sekarang kedua kaki jenjang itu tengah mulai menggesek selangkangan miliknya.

"Lihat siapa yang tengah bertindak nakal di sini, gue bahkan belum sedikit pun nyentuh lo lebih jauh. Tapi kayaknya lo udah sangat terangsang, selayaknya seorang jalang nakal," ejek Jagat yang mulai melirik ke sekeliling mereka, dimana suasana di dalam gym luas itu terasa sangat sepi jadi ia bisa mulai mengelus paha mulus Arunda.

.

.

.

.

.

.

"Oh tentu saja aku adalah jalang nakalmu tuan, tubuhku sangat sensitif hingga bahkan tanpa sentuhanmu pun hanya dengan melihat wajahmu saja aku bisa terangsang. Tapi lihatlah tuan disini bukan hanya aku yang terangsang, benda besar di selangkanganmu ini juga merespon dengan baik godaan dari jalang yang kau sebut nakal," ejek Arunda dengan nada formal yang mulai bermain seperti seorang jalang kelas atas.

"Penggoda ulung! Kemarilah duduk di atas pangkuanku, biarkan aku mencium bibir frontalmu itu," balas Jagat dengan tatapan tenang sembari duduk di atas lantai sepenuhnya, mengikuti perkataan formal yang di gunakan Arunda rasanya tidak buruk.

Permainan baru yang ternyata bisa merangsang dirinya lebih baik, dari pada perkataan non formal yang biasa dirinya gunakan. Bahasa tertata seperti ini ternyata cukup menarik, dan tentunya tidak ia sangka sama sekali juga akan bisa membuat gairahnya naik.

"Oh, biasakah dirimu berciuman tuan?" Tanya Arunda dengan tatapan sedikit meremehkan begitu ia dengan tenang mengangkang di atas pangkuan Jagat, duduk di antara paha kekar serta kejantanan kerasnya yang terasa jelas.

"Kenapa tidak coba kita buktikan, aku jamin kau akan mabuk kepayang karenanya jalang," balas Jagat tanpa tersinggung sama sekali, dan mulai memajukan wajahnya untuk memagut bibir tipis Arunda yang sudah sejak tadi menggodanya sedikit kasar dan menuntut.

Hal itu di buktikan dari bagaimana kedua lengan kekar Jagat telah memeluk erat pinggang ramping Arunda, mendekap sang empunya dalam pelukannya yang terasa hangat dan menekan lebih kuat sampai tidak ada jarak sedikitpun di antara mereka berdua.

Setelah itu lidah Jagat menyelusup paksa, masuk ke dalam mulut Arunda untuk memporak-porandakan semua yang ada di dalamnya. Terutama menghisap lidah Arunda yang tidak mau kalah, berusaha mendorongnya keluar dan ingin mendominasi ciuman di antara mereka.

.

.

.

.

.

.

"Kenapa tidak memanggilku tuan lagi? Ah- atau kau sudah mengaku kalah, hanya dengan dua jariku di dalam lubang lapar ini," tanya Jagat dengan bisikan pelan di telinga Arunda sembari menjilati leher jenjang berkeringat itu tanpa rasa jijik, kemudian membubuhkan tanda kepemilikan di sana.

"Tuan nghhh.. ahh.. enak hhh... ahh.. luu—baangku hh.. masih lapar nghh.. tambah lagi ahh...," desahan Arunda sungguh terdengar sangat menggairahkan, tubuh langsing di pelukan Jagat itu terus menggelijang penuh nikmat. Dari dua jari yang kembali di tambahkan oleh sang empunya, hingga sudah ada total 4 jari di dalam sana.

"Ohh.. jalang ini memang sungguh nakal, baru jariku saja tapi pinggulmu sudah bergerak liar seperti anjing haus birahi," ucap Jagat sembari terkekeh pelan saat Arunda mulai menggerakkan pinggulnya berlawanan arah, dengan kepala mendongak sedikit ke belakang dan mulut terbuka lebar sembari terus mendesah keenakan.


28 JULI 2023.

Karya aku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang