Daddy play with me.

1K 30 0
                                    

Boss Diktator telah selesai, dan tersedia di karyakarsa berupa cerita pendek| Spoiler. 

 Dengan total 24.500 word.

Chapter 1.

"Sekarang Aru coba rada berdiri dikit, kaya orang jongkok di atas sofa, sambil masih ngangkang di atas pangkuan Daddy," ucap Jagat mengajari Arunda yang segera menurut dan melakukan perintah sang ayah. "Nah bagus, terus pakein kontol Daddy sama lubricant dulu sampe bener-bener basah seutuhnya shh.. bener kaya gitu sayang, Aru pinter banget di ajarin langsung bisa."

Pujian itu jelas membuat Arunda merasa begitu malu, dan dengan tangan yang masih sedikit kaku mulai mengelus pelan kejantanan gemuk serta panjang yang urat-urat di sekelilingnya bisa jelas ia rasakan.

"Nah udah cukup, kontol Daddy udah basah banget sama lubricant. Sekarang kamu posisiin pantat kamu tepat di atas kontol Daddy, abis itu arahin kontol Daddy kelubang kamu. Bener kaya gitu sayang, nah udah gitu kamu baru mulai dudukin kontol Daddy dan terus dorong masuk," dengan begitu telaten dan penuh kesabaran Jagat mengajari Arunda untuk berhubungan seks pertama kalinya.

"Shhh... Daddy sakk—it, mau berhenti aja hiks.. gak kuat," ringis Arunda dengan mata yang kembali terlihat berkaca-kaca, tapi kecupan lembut di seluruh wajahnya. Serta suara penuh perhatian yang di ucapkan lelaki dewasa yang memangkunya itu, seolah telah berhasil membuatnya yang tidak pernah tahan akan rasa sakit jadi mau untuk meneruskannya.

"Aru anak pinter, kan? Jadi kesayangannya Daddy pasti bisa, coba lagi ya sayang nanti pasti bakal kerasa enak. Pelan-pelan aja, gak usah terlalu terburu-buru biar lubang kamu beradaptasi sama ukuran kontol Daddy," seperti selayaknya lelaki brengsek yang di balut dengan ucapan munafik, bukannya menyuruh berhenti ia justru malah terus memberi dorongan pada Arunda untuk terus melanjutkan dosa mereka.

Persis seperti penjahat yang tengah bermain-main dengan pikiran sang korban, memberikan bujukan dengan rasa enak setelah rasa sakit yang di rasakan. Bukan malah justru menghentikan semuanya, karena teringat jika apa yang mereka perbuat merupakan sebuah kesalahan serta tidak seharusnya di lakukan.

"Mngh.. Daddy hiks... sakit nghh.. mau berhen—nntii AKHHH..," karena merasa jika Arunda pasti tidak akan kuat untuk terus memasukkan kejantanan miliknya lebih dalam, Jagat jadi terpaksa mengambil alih dan menghentak lubang itu sampai membuat Arunda berteriak sangat keras.

"Daddy nghhh.. ahh..," tubuh kurus di atas pangkuannya itu terus naik turun, dengan tangan gemetar sang empunya menjadikan bahu lebarnya sebagai sarana tumpuan supaya bisa bergerak dengan lebih mudah.

Suara parau dengan isakan kecil, serta wajah cantik yang kini terlihat sembab di sertai penampilan berantakan dengan hanya sebatas baju piyama yang di gunakan sang pemilik. Pasti akan membuat semua orang yang melihat keadaannya sepakat, jika pemuda cantik itu terlihat begitu menyedihkan sekaligus menggairahkan di saat yang bersamaan.

Plak...

"AKH... Daddy hiks... ampun nghh.. maaf ha.. ahh... Arunda bakal nghh.. gerak terus hiks... jangan di pukul sakk—iit nghh..."

"Jangan nangis, katanya mau jadi pelacur kecil kaya yang kamu tonton tadi? Pelacur di ponsel kamu itu cuman ngedesah keenakan loh, bukan malah nangis kaya bocah begini," bisik Jagat yang membuat Arunda kini menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan isakan sembari terus naik turun di atas tubuh kekar sang ayah.

"T-tapi hiks... kontol Daddy lebih nghh.. gedd—e ahh.. di banding ughh... aktor cabul ahh.. itu, lubang Arunda sak—iit nghh.. rasanya penuh ha.. ahh..,"

Chapter 2.

"Slurp... selamat pagi Daddy mngh... ngh..," wajah cantik dengan kejantanan miliknya yang berada di dalam mulut sang empunya jelas berhasil membuat Jagat terdiam, matanya dengan cepat melirik panik ke sekeliling hanya untuk menemukan sang istri tidak lagi berada di sana.

"Sayang! Daddy kan udah bilang, jangan lakuin ini secara mendadak. Bunda kamu lagi ada dirumah, kalau kita ketahuan gimana?" Tanya Jagat dengan suara serak serta tatapan berkilat akan nafsu, tangan besarnya sekarang juga bukan mendorong kepala Arunda justru malah membelai lembut rambut halus putra tirinya itu dengan sayang.

"Bunda slurp... yang nyuruh bangunin Daddy mnghh... tapi Arunda baik, Arunda lihat dedek dah bangun jadinya mngh.. slurp.. Arunda kulum aja mngh.. biar dedeknya mandi," ucapan ceria dengan mulut kecil yang terlihat basah, serta sesekali menggembung penuh dengan kejantanan miliknya di paksa masuk oleh sang empunya itu jelas membuat nafsu Jagat semakin meninggi.

Chapter 3.

"Berbalik, dan angkat rok kamu," perintah Jagat dengan tatapan dingin yang membuat Arunda segera menurut, ia lekas berbalik kemudian mengangkat rok pendek yang di gunakannya hanya untuk memperlihatkan bagian pantatnya yang telah basah dengan dildo di lubangnya. "Siapa yang nyuruh kamu main sama benda kaya gini?"

"M—maaf Daddy Arunda nakal, abisnya Daddy lama pergi, sedangkan lubang Arunda dah pengen di isi mulu akhh.. Daddy sakit hiks.. maaf Daddy jangan Akhh sak—iit hiks..."

"Itu gak bisa jadi alesan kamu bersikap kaya pelacur begini, main sama dildo sampe lantai di kamar kamu jadi kotor dengan bau peju. Kamu sengaja mau bikin Daddy marah? Untuk Daddy yang masuk, gimana kalau Bunda kamu yang masuk mau ngomong apa kamu," dengan suara dingin Jagat terus memukul pantat berisi Arunda sampai sang empunya menangis memohon ampun.

"Akhhh.. Daddy hiks.. maaf hiks... jangan pukul lagi, Arunda salah Arunda janji ndak gitu lagi hiks..,"

"Anak nakal harus di hukum, kan? Tutup mulut kamu, jangan sampe Bunda kamu denger teriakan. Daddy bakal kasih apa yang kamu mau, sampe nanti kamu gak bakal pernah lagi nyoba masukin sesuatu selain kontol Daddy ke dalam lubang pelacur ini,"

"Eh Daddy lepasin dulu dildo—NGHHHH.."

Chapter 4.

"Akhhh.. Daddy nghh... mana enak ahh.. lubang Arunda atau memek Bunda? Ughh... ndak bol—eeh ahh.. cium Arunda nghh.. sebelum jaw—aab ughh..,"

"Enakan lubang kamu, lebih kerasa ngejepit kontol Daddy di banding memek Bunda. Arunda sekarang makin pinter ya muasin kontol Daddy, pijetan lubang kamu makin lama bukan makin longgar, malah jadi makin kenceng. Belajar dimana yang kaya gini sayang?"

"NGhh.. ha... ahh... temen Arunda di kasih ahh.. tahu pacarnya mnghh.. yang lebih tua ahh... kalau di suruh olahraga ke—nghhh gel mngh... jadi ughh.. Arunda ikut nghh.. biar Daddy makin puas ngewein Arundanya ahh... Daddy nghh pell—aan nghh.."

"Gimana Daddy bisa pelan kalau mulut kamu ngomong kaya tadi, nakal banget ya pelacur kesayangan Daddy ini. Makin ngebuat Daddy jadi hilang gairah sama Bunda kamu, sampe Daddy males ngewein memeknya yang udah becek mulu pengen di masukin kontol Daddy."

"Gak boleh ahhh... jangan nghh.. masuk ke memek Bunda ha.. ahhh.. kontol Daddy cuman punya Arunda, bukan ahh.. punya Bunda."

"Iya iya sayang, kontol Daddy cuman punya Arunda bukan punya Bunda. Ayo lebih kenceng lagi jepitnya, Daddy pejuin lubang nakal kamu biar nanti bisa segera punya adek kecil di dalam sini."

"NGH... Daddy ahhh.. enak ha... ahh.. terus mnghh..."

Chapter 5.

"Dad—nghhh.."

"Shh.. diem entar ada yang denger,"

"Ahh.. Daddy mngh... jangan di sini ughh... banyak or—aang ughh.. ahh.."

"Makanya kamu diem, jangan banyak ngedesah, kontol Daddy udah gak tahan pengen ngewein kamu yang lagi keringetan kaya begini. Itung-itung kasih ucapan selamat buat kemenangan kamu dah jadi kapten basket yang baik, hadiah lainnya menyusul ya."

"Kot—oor Daddy nghh ... jang—aan di jilat ahh.. ha.. nghh.."

"Gak kotor, keringet kamu masih wangi, Daddy suka."

Chapter 6.

Prank...

"Ahhh.. ha... nghh... Bunda ahh..."

"A—apa yang kalian lakuin?"

"Mnghh.. enak ahhh.. Daddy nghh penuh ha.. ahh.. Arunda mngh.. lagi di masukin kontol Daddy, enak Bunda ahh... lihat perut rata Arunda sampe nyembul mnghh.. di dalem sini nanti b—bukan cuman keliatan kontol aja mnghh... tap—iii dedek bayi jug—aaa nghh.. ahh.."

Karya aku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang