Tuan muda cantik | Jeongharu.

897 29 0
                                    

Cerita ini juga ada di twitter ya dengan judul yang sama, tapi menggunakan nama official Jagat dan Arunda. Sedangkan di sini menggunakan pengaturan seperti biasa, bagi kalian yang mau baca silahkan ke twitter aja atau lakukan pembelian di sini karena udah jadi versi pdf.


Spoiler!!! 🔥🔥🔥

Di luar dia selalu di kenal tidak pernah suka melihat Arunda menangis, dan pasti akan membuat siapapun yang berani membuat saudaranya itu bersedih berada dalam masalah.

Tapi lihatlah sekarang, jauh di dalam kamar mewahnya yang telah sengaja dia buat kedap suara. Tangisan menyedihkan Arunda yang tengah menungging di depannya terdengar keras, penampilan indah sang empunya yang selalu jadi anak polos telah dia hancurkan dengan begitu ganasnya.

Tubuh indah, dengan kulit putih, serta wajah rupawannya terlihat hanya mengenakan piyama tidur kotak-kotak. Dengan muka memerah, mata hampir terbalik, serta mulut kecil yang tengah mendesah keras di iringi oleh isakan tampak membuat suasana di dalam kamar itu hidup.

"Ahhh... Jagat nghh.. lebb—iih hh... ukhhh... pell—aaan akhh... aku tidak tahh—aaan nghh...," mohon Arunda sembari terus menangis, setengah wajahnya menempel erat dengan ranjang empuk di bawah mereka.

Manik coklatnya tampak berusaha menoleh ke belakang untuk meminta tolong, agar lelaki kuat yang tengah menghujamnya dengan benda tumpul itu jadi jauh lebih toleran.

Sayangnya bukannya merasa kasihan, bajingan tampan yang selalu memanjakannya dengan penuh perhatian itu justru malah merasa jauh lebih terangsang. Sehingga tangan kekar yang biasa mengelus lembut rambutnya, justru malah menjambak rambut sedikit panjangnya kuat dan mempercepat hentakan di lubangnya.

"AHH... Jagat NGHH...," untuk kesekian kalinya Arunda segera mencapai pelepasannya akibat tumbukan kasar tanpa jeda di titik prostatnya, yang membuat tubuhnya mengejang dan matanya kembali terbalik untuk sementara waktu.

"Kau sangat cantik, dan terlalu menakjubkan ketika menangis seperti ini," pujian lembut serta pelukan hangat yang akhirnya berhenti menghujam lubang belakangnya untuk sementara waktu, mampu membuat Arunda akhirnya bisa mengambil nafas pelan dan menyesuaikan diri lagi.

Setelah beberapa saat, walaupun di buat menderita sampai pinggangnya ngilu dan lubangnya kebas. Wajah sembabnya yang sejak tadi menangis hingga suaranya serak, berusaha tersenyum serta mulai menarik tengkuk Jagat pelan untuk mendaratkan kecupan kecil.

"Dan hal itu yang selalu membuatmu bergairah, bukan?" Tanya Arunda tenang dengan senyum kecil yang menambah daya tariknya, di saat tubuhnya telah di buat begitu berantakan oleh lelaki di belakangnya.

"Benar! Aku jadi tidak ingin membiarkan orang lain memilikimu, bahkan jika bisa aku ingin mengurungmu di rumah ini tanpa bertemu orang lain," jawab Jagat pelan dengan tatapan tenang yang akhirnya membuat Arunda terkekeh menanggapinya. "Lalu menikmati tubuhmu setiap hari, supaya aku bisa mendengar tangisan kepuasan serta keputusasaanmu."

.

.

.

"Ha... ha.. ha... sudah sangat tidak sabar, hm?" Tanya Jagat sembari tertawa perlahan, saat Arunda telah terlebih dulu memegang kejantanan tegangnya untuk sang empunya dorong masuk ke dalam lubangnya.

"Ahh.. jangan bermain-main lagi Jagat, lubangku sungguh terasa gatal, rasanya ingin segera di garuk penismu ayolahh NGH..," karena tidak tahan dengan rengekan penuh air mata di wajah cantiknya, segera membuat Jagat kembali menghentak kejantanan miliknya ke dalam lubang becek Arunda hingga sang empunya mendesah tertahan. "Ahhh... Jagat hh... ahhh... nghhh... enn—aaak ahhh... terus nghh..."

"Jika kau mendesah sekeras ini, bagaimana bisa aku tidak menggila?" Tanya Jagat dengan ekspresi frustasi di wajahnya ketika mendengar Arunda mendesah dengan begitu keras, hentakannya memang sudah cepat tapi bisa jadi lebih dalam lagi jika ia tidak menahan diri.

"Jiikk—aaa begitu mnghh... bungk—aaam ahh.. Jagat nghh.. mulutku hh.. mngg..," sembari mendesah kewalahan Arunda berusaha menarik lengan Jagat untuk membungkuk, supaya keduanya bisa berciuman agar desahannya tidak membuat Jagat menggila dan menghentaknya kuat.

*******

Karya aku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang