Two Faces. Prolog

916 22 4
                                    

Summary : Pada awalnya Andaru dan Jizan hanyalah musuh yang sejak awal selalu bersaing memperoleh peringkat 1 menjadi murid terbaik seangkatan, keduanya mungkin memang tidak sangat membenci tetapi tetap saja mereka tidak menyukai satu sama lain karena sifat masing masing yang begitu bertentangan.

Sampai suatu ketika kejadian di atas kereta merubah perasaan keduanya menjadi terikat dalam hubungan transparan, tersembunyi dalam ego masing masing yang berusaha ditutupi dari semua orang. Seolah hubungan mereka berdua merupakan sebuah hubungan terlarang yang sama sekali tidak pantas untuk dipublikasikan.

Dan hal itu tentu saja yang membawa keduanya pada permasalahan sulit antara Peringkat? Cinta? Status? atau bahkan Posisi?

.

.

Prolog.

Mungkin, hari ini Andaru memang tengah mengalami kesialan. Bagaimana tidak dikatakan sial, jika ban mobilnya tiba-tiba saja kempes di tengah jalan. Sehingga membuatnya terpaksa harus naik kereta untuk bisa tiba di sekolahnya, karena tidak mungkin lagi dia naik taksi dengan kemacetan yang semakin menjadi jika tengah siang seperti ini.

Alhasil Andaru yang tidak pernah menaiki transportasi umum, terpaksa harus berdesak-desakan dengan seluruh penumpang. Beruntung tidak terlalu sulit untuk naik kereta, karena dia bisa menggunakan kartu banknya.

Jadi dirinya juga tidak perlu mengantri di loket untuk bisa masuk ke dalam kereta, tetapi sungguh rasanya Andaru ingin mengumpat saja ketika tubuh kurusnya hampir saja jatuh, jika dia tidak berpegangan pada seseorang di belakangnya.

Tatapan tajam tentu saja segera diterima oleh Andaru, ketika menjadikan tangan yang tengah berpegangan pada tali di atas pintu kereta yang dia lupa apa namanya sebagai tumpuan dirinya yang memang hampir saja terjatuh. Andaru baru saja akan meminta maaf, ketika dia melihat pemuda di belakangnya itu ternyata memakai seragam yang sama dengan apa yang dia kenakan.

"Lo ngapain, ada di sini, anjing?" Tanya Andaru refleks mengumpat, ketika melihat musuhnya di sekolah justru tengah berdiri tepat di belakangnya sekarang dan bahkan sempat menjadi tumpuannya agar tidak terjatuh tadi.

"Lo lupa, ya? Kalau ini transportasi umum, jadi siapa aja jelas bisa naik. Justru harusnya gue yang nanya, gimana bisa orang kaya lo naik transportasi umum kaya gini," balas Jizan dengan nada datar yang membuat Andaru berdecak, ketika mendengar apa yang dikatakan oleh pemuda di belakangnya memang merupakan sebuah kenyataan.

"Udah deh, gue males ngomong sama lo. Mending lo diem aja jangan berisik," ucap Andaru sambil mulai kembali menatap ke arah depan, tepat dimana dia berada di hadapan pintu. Dan sebisa mungkin berusaha mengabaikan sepenuhnya, kernyitan di kening Jizan akibat dari sikap tidak jelasnya barusan.

Mengingat yang pertama kali mencari masalah itu adalah Andaru, bukan Jizan yang memang jauh lebih dulu menaiki kereta sejak tadi. Entah takdir seperti apa yang bisa membuat Andaru memilih gerbong di mana Jizan juga berada disana, dan bahkan pemuda menyebalkan itu justru berdiri tepat di belakangnya.

"Dasar orang aneh." Gumam Jizan pelan, tetapi sukses membuat Andaru mendelik kesal karena masih bisa mendengar apa yang dikatakan olehnya. Tubuh yang 2 senti lebih tinggi dari Jizan itu kembali berbalik untuk mengomelinya, tetapi karena gerakan kereta yang memang terkadang tidak teratur membuat orang yang berada di dalam seringkali hampir jatuh jika tidak berpegangan.

Bahkan meskipun berpegangan juga tubuh besar Jizan masih terkena oleh desakan penumpang yang lain, sehingga dia juga hampir menggencet tubuh Andaru pada pintu kereta.

Karya aku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang