10 : cure

223 42 2
                                    

"Every incident becomes a precious light
I believe things will get better slowly
Let's strengthen and support each other
Because in the end
we can laugh together."

.
.
........
.
SELAMAT MEMBACA
.

.........

Azka menghela nafasnya berat saat menatap bangunan megah kediaman sang kakek didepannya. Sesuai janji mereka, kepala keluarga tersebut meminta Azka dan Liandra makan malam bersamanya hari ini setelah cukup lama mereka pindah dari sana.

Lelaki itu ragu untuk melangkahkan kakinya memasuki rumah, memang, diantara dia dan Liandra, Azka-lah yang paling merasa asing setiap kali datang kesana. Karena Liandra hampir setiap akhir pekan meluangkan waktu untuk pulang menemani kakeknya.

Karena dirasanya jika masuk ke rumah sendirian, Ia akan canggung, maka Azka akhirnya mengeluarkan ponsel untuk menghubungi nomor seseorang.

"Lo dimana?" Lelaki itu bertanya saat panggilan terhubung, "Gak langsung ke rumah kakek?"

Sosok dibalik telepon yang tidak lain, tidak bukan adalah Liandra Naraka itu membalas ucapan Azka, "Gue balik ke rumah sakit, ada pasien, bentar lagi pulang. Lo masuk duluan aja Ka."

"Yan tapi–" Azka menghentikan ucapannya saat menyadari panggilan sudah diputus sepihak oleh orang diseberang sana, Ia mendengus kesal, "Si Neraka ini minta di-sleding emang."

Kalau dipikir-pikir, Ia memang akhir-akhir ini jarang sekali menyalurkan amarahnya pada Liandra. Maka mungkin ini adalah saatnya Ia menenggelamkan lelaki itu ke dalam kolam dibelakang rumah kakeknya setelah makan malam nanti.

"Den Azka?!"

Azka menoleh saat namanya dipanggil, dari jarak jauh Ia sudah dapat melihat seorang wanita paruh baya yang merawat mereka sejak kecil kini berlari pelan menghampirinya dengan senyum sumringah.

"Bibi, jangan lari-lari!" Azka menyimpan ponselnya dan bergegas menghampiri wanita itu, "Jangan lari, nanti bibi kecapekan."

"Bibi senang sekali den Azka kesini." Wanita itu kembali tersenyum lebar dan menggenggam tangan Azka, "Aden baik-baik saja kan tinggal sendiri? Makannya teratur kan? Gak sering sakit kan?"

"Baik bi, Azka makan teratur, juga jarang sakit." Lelaki itu balas tersenyum, "Bibi gimana kabarnya? Kata Lian kemarin bibi ke rumah sakit, bibi sakit apa?"

"Bibi baik-baik saja, itu mah sakit faktor umur aja den, bibi kan sudah tua." Wanita tua itu terkekeh, "Den Azka belum masuk?"

Azka mengulum bibirnya ragu, Ia menggeleng pelan, "Azka nunggu Lian aja, bentar lagi sampe bi."

"Loh? Masuk aja dulu den, pak Braga sudah lama nunggu kalian." Wanita itu tersenyum tenang melihat keraguan Azka, "Ayo bibi temani."

Azka menghela nafasnya pelan lalu akhirnya mengangguk dan mengikuti wanita paruh baya tersebut masuk ke dalam rumah menuju ruang makan.

"Sepertinya Pak Braga masih di ruang kerjanya den, bibi panggilkan dulu ya."

"Gausah Bi." Lelaki dengan kemeja navi yang lengannya digulung hingga siku itu menahan sosok didepannya, "Biar Azka aja yang kesana."

Kepala pelayan dirumah tersebut menatap Azka ragu, namun kemudian tersenyum dan mengangguk. Ia mengusap bahu Azka sekilas sebelum berlalu pamit untuk kembali ke dapur.

Azka masih berdiri di tempatnya selama beberapa detik, Ia lalu memeriksa jam tangannya untuk memastikan jika Liandra setidaknya akan datang dalam 20 menit lagi.

From Home [NCT DREAM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang