08 : be there for you

260 30 2
                                    

"At the end of your day, I always
I will hug you and listen to your story.
You don't always have to be perfect~
It doesn't matter
it's alright."
.
.
.....

Jendral berbaring di kamarnya dengan pintu yang sengaja Ia kunci dari dalam. Lelaki itu sudah mengurung diri sejak empat jam yang lalu, sejak pemakaman selesai. Hal ini tentu saja membuat teman-temannya khawatir diluar ruangan.

Lelaki itu sempat tidak mau pergi dari pemakaman, tidak juga ingin berbicara dengan orang lain. Sejak tadi, hanya ada Malven dan seorang lelaki paruh baya yang mengaku bahwa Ia adalah paman Jendral dari Bandung yang menyambut para pelayat dirumahnya.

Semua orang memahami keadaan Jendral, bahkan Sangga hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang dipenuhi rasa sedih dibalik bahu Azka saat melihat sebuah koper di sudut ruangan. Benda itu pasti sudah disiapkan dari Jendral untuk keberangkatan mereka ke Jepang Minggu depan, bahkan mungkin Jendral sudah berencana mempercepatnya.

Lelaki itu cukup jarang pulang ke rumah, Ia hanya berdiam di apartemen dan lebih sering berada dirumah sakit sejak bundanya sakit. Jadi rumah mereka benar-benar hanya diurus oleh asisten rumah tangga yang ditugaskan Jendral intuk membersihkan rumahnya tiga hari sekali.

"Jen, buka pintunya, makan dulu ya."

Suara ketukan pintu dan panggilan dari seseorang membuat lelaki itu membuka matanya. Ia menghela nafas dan bangkit untuk membukanya.

Saat membuka pintu, Jendral mendapati seorang gadis dengan pakaian serba hitam berdiri didepannya dengan membawa satu nampan makanan.

"Nanti aja Lin."

Gadis itu memaksakan senyum tipis saat tatapan mereka beradu, "Temen-temen lo khawatir Jen, bunda lo juga bakalan marah kalo lo sakit."

Mendengar itu, Jendral melirik ke kanan kiri, dan tak sengaja melihat Arren dan Liandra yang diam-diam memperhatikan mereka dari balik tangga.

Sosok yang tak lain adalah dokter Raline itu menghela nafasnya, "Kalau gitu bawa aja ke kamar, nanti gue ambil setelah selesai. Gimana?"

Jendral menunduk memperhatikan makanan yang dibawa gadis didepannya, Ia lalu mengangguk pelan dan mengambil alih nampan tersebut untuk membawanya masuk kembali ke dalam kamar.

Sebelum kembali masuk ke kamar Ia sempat menatap Raline sebentar, "Bunda gak bakalan marahin gue lagi Lin, dia udah gak mau marahin gue."

.............

"Siapa yang free besok?"

Malven memulai percakapan saat keenam pemuda dengan pakaian hitam itu duduk melingkar di sofa.

Sangga mengangkat tangannya, "Gue bakalan terus disini bang, nanti mama juga nyusul."

Azka ikut mengacungkan tangan, "Gue juga bisa izin, lagipula gue bentar lagi pindah kerja."

Malven menoleh ragu, "Ka besok-"

Azka menggeleng, "Gue tetep disini."

Malven akhirnya mengangguk, Ia lalu menghela nafasnya, "Gue ada shift besok, gue juga harus bantu Raline buat gantiin shift Jendral."

"Gapapa Malv." Liandra ikut masuk ke percakapan, "Gue ada satu pasien besok, gue bakalan langsung kesini setelah selesai."

Azka menoleh ke arah lelaki disebelahnya, "Kalo Arren gimana? Free?"

Lelaki yang sedari tadi hanya sibuk mendengarkan dengan mata sembab itu mengangguk, "Gue free, gue bakalan tunda pamerannya."

"Beneran Ren?" Tanya Liandra.

From Home [NCT DREAM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang