04 : puzzle piece

309 34 0
                                    

S E L A M A T M E M B A C A
......
.
.
.

"Jendral dan Arren dateng, Ma."

Jendral dan Arren masuk ke dalam sebuah rumah megah yang sudah tampak ramai dari suara-suara yang terdengar dari luar.

"Hallo! Wah bujang-bujang mama udah dateng!" Wanita paruh baya dengan rambut disanggul itu menatap tamu-tamunya, "Masih kurang satu ya?"

Memang, kini mereka sedang berada di rumah Sangga Bumiantara aka si bungsu kesayangan. Keenam lelaki tampan, mapan tapi tak punya pasangan itu, memenuhi undangan dari Ibu Sangga untuk makan-makan dalam rangka merayakan usaha katering miliknya yang baru saja berulang tahun ke lima tahun kemarin sore.

Sayangnya, mereka tidak bisa datang saat acara besarnya, maka Ibu lelaki itu mengadakan acara makan khusus untuk para tamu kali ini yang sudah Ia anggap seperti anak-anaknya. Atas dasar itupun juga semua anggota geng abal-abal tersebut diminta untuk memanggil wanita paruh baya tersebut dengan panggilan yang sama seperti Sangga.

Dari pintu masuk, terlihat Malven dan Liandra yang sudah duduk anteng di sofa seraya menikmati cemilan di atas meja, Sean yang sibuk bermain ponsel seraya berbaring, lalu Sangga yang turun naik dari lantai atas karena suruhan mamanya untuk mengambil berbagai macam benda.

Azka masih belum datang, Ia mengatakan jika Ia akan sedikit terlambat dikarenakan berbagai deadline pekerjaan yang enggan berpisah darinya. Namun, lelaki itu memastikan bahwa Ia akan datang, lagipula mama Sangga juga sudah berkali-kali mengiriminya pesan agar lelaki itu jangan sampai tidak berkunjung untuk menikmati makanan yang Ia hidangkan.

Maka meskipun sedang bekerja di depan komputer, sepertinya bisa diyakini bahwa sembilan puluh sembilan persen, otak Azka sedang berisi tentang makanan dan alarm pulang.

Jendral juga sudah terlihat lebih baik, dokter mengatakan jika mereka akan berusaha semaksimal mungkin dan akan menunggu kemajuan selama jangka waktu sebulan lagi sesuai permintaan sang wali pasien. Oleh karena itu, dokter muda tersebut juga akan berusaha semaksimal mungkin di tempatnya, dan mencari jalan keluar yang mungkin saja bisa membantu sang bunda terbebas dari sakitnya.

"Azka belum hadir juga ya?"

Malvin yang duduk di atas sofa kini bangkit menyambut toples makanan yang dibawa wanita paruh baya tersebut, "Udah otw katanya ma."

"Oh ya? Kalo gitu mama ke dapur dulu ya gengs. Jendral sama Arren makan-makan cemilan aja dulu disini ya."

Keduanya mengangguk dan ikut bergabung bersama Liandra, Sean, dan Malven, sebelumnya, Jendral sempat berujar terima kasih.

"Om Bima mana Ngga?" Arren bertanya mengenai papa Sangga saat melihat Sangga turun dari tangga dan menghampiri mereka.

Sangga ikut bergabung, "Lagi lembur, kayaknya pulang agak telat."

"Azka dateng."

Terdengar ucapan sapa dari pintu masuk yang sudah bisa ditebak dari siapa. Seorang lelaki dengan tas ransel hitam dan jaket abu muda masuk ke dalam rumah.

Liandra menoleh dan berbisik, "Eh pura-pura ngambek ya sama si Azka."

Arren mendengus, "Bocah banget njir."

Sang asisten rumah tangga tersenyum lebar dan menyambut tamu yang baru saja datang, "Selamat datang, masuk nak Azkaa."

Azka balas tersenyum, Ia menghampiri wanita paruh baya yang sibuk menyusun makanan di atas meja.

"Lama ya Ma?" Tanyanya tak enak.

Wanita yang tak lain adalah Mama Sangga itu menggeleng tenang, "Hai ganteng! Nggak kok nak, kita lagi siap-siap juga."

From Home [NCT DREAM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang