06 : best friend

286 30 0
                                    

"Itu balonnya gak perlu lo amplas juga."

Liandra mendengus saat melihat hal yang dilakukan oleh Arren yang sedari tadi sibuk meniup balon sekaligus mengusap-usapkan benda tersebut diatas rambutnya sendiri.

Arren mendengus dan menoleh dengan sorot mata tajamnya, "Bukan diamplas anjing, lo liat nih gue bisa mewujudkan satu keajaiban dunia."

"Cih, keajaiban dunia." Liandra menggeleng tak percaya, "Tinggi banget kalimat lo."

"Lo anak IPS mana tau."

Sesaat setelahnya Arren kembali melakukan hal yang sama, Ia melepaskan balon tersebut hingga benda berwarna biru muda itu mengapung ke atas hingga terhenti di langit-langit ruangan.

Liandra yang melihatnya berbinar dan tanpa sadar membetuk mulutnya dengan tanda O, tapi hanya sebentar, sebelum kembali menyembunyikan raut wajah takjubnya karena takut jika Arren melihatnya.

Kan dia malu sekali jika nanti dikira tidak tahu dan ketinggalan informasi mengenai hal tersebut.

"Gitu doang?" Tanya Liandra sok tak peduli.

"Gitu doang." Arren menirukan gaya bicara lelaki yang sedikit lebih muda darinya itu, "Tapi mulut lo sampai beo-beo."

"Mana ada sat? Gitu doang mah apaan yang bikin takjub, sok-sokan bilang keajaiban dunia." Liandra mendelik, "Lagian kenapa musti pakai balon segala sih, kayak anak kecil aja."

Mendengar itu, Arren kembali melontarkan kalimat perlawanan hingga perdebatan keduanya terus berlanjut, yang jika diperkirakan mungkin hingga perang dunia ketiga.

Karena sekalian saja, biar nanti mereka bisa join disana sebagai musuh.

Di lain suasana, Azka duduk bersandar di sofa sembari mengutak-atik kamera miliknya yang terkadang Ia gunakan untuk menjepret berbagai momen yang terjadi di antara mereka.

Lelaki itu berujar dan menoleh ke arah Sangga yang sibuk menata meja, "Gue sebenernya ragu sama ajakan Jendral soal ini, posisi dia kan juga gimana anjir."

Sangga menoleh ke arah Azka mengangguk pelan, "Hooh, bang Malven juga kayaknya gak bakalan suka kita rayain ulang tahunnya di posisi bang Jendral yang lagi kayak gitu."

Mendengar percakapan keduanya, Liandra yang sudah selesai berdebat dengan Arren dengan ending keduanya saling memecahkan balon, kini ikut menginterupsi.

"Gapapa, mungkin Jendral mau ngasih kesan baik, lagipula dia Minggu depan udah mau berangkat ke Jepang."

Memang, merayakan ulang tahun Malven adalah ide dari Jendral sendiri, mereka memang sudah melakukannya selama bertahun-tahun tetapi jika dinilai dengan keadaan saat ini, mereka berpikir untuk tidak melakukannya, karena Malven juga sudah pasti akan melarangnya jika Ia tau.

Arren mengangguk setuju, Ia sekarang sedang melupakan dendamnya terhadap Liandra, "Iya bener, nanti kita sekalian doain juga supaya operasi bundanya Jendral berhasil."

Kelima orang disana kini mengangguk yakin, termasuk Sean yang sedari tadi tidak mengatakan apapun selain melakukan kegiatannya menata meja bersama Sangga.

"Jendral masih dirumah sakit?" Tanya Sean.

Azka mengangguk, "Iya, nanti katanya kesini sama Malven."

Liandra mendengus kesal di tengah-tengah percakapan, entah mengapa akhir-akhir ini membicarakan tentang Jendral membuatnya merasa emosi.

"Dunia emang anjing ya, Jendral yang sebaik ini dikasih ujian terus." Ujarnya lalu ikut menghempaskan tubuhnya ke atas sofa disebelah Azka.

Azka tersenyum tipis, Ia menepuk bahu lelaki itu, "Karena dia kuat bro, makanya dikasih ujian lewat orang yang paling dia sayang, lagian gue yakin kok bundanya bakalan sembuh."

From Home [NCT DREAM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang