01 : we young

503 46 1
                                    

SELAMAT MEMBACA!
.
.

So what? We're gonna have fun
'Cause we hot and we young

...........

Di hari yang cerah ini, Malven sedang kalang kabut di depan ruang unit gawat darurat bersama Jendral yang juga terlihat sama paniknya.

Jika saja bisa, keduanya ingin sekali mengutuk Liandra sekarang agar berubah menjadi tembok rumah sakit, atau jika tidak menjadi gorden ruangan saja.

Lelaki psikolog itu mengundang murka dikarenakan ucapannya beberapa menit lalu yang begitu tabu, sangat sangat tabu untuk dikatakan di rumah sakit. Namun dengan santainya perkataan itu terlontar dari mulut tak sucinya.

'Wah cerah banget cok, disini juga tenang dan damai'

Selang beberapa menit setelah Jendral menyumpal mulut berdosa milik sahabatnya itu dengan stetoskop, situasi langsung ramai.

Kalau dipikir-pikir tadi, bukannya lebih baik jika Jendral menyumpal mulut sahabatnya itu dengan kaos kakinya yang belum Ia cuci dri kemarin? Entahlah, kalau perasaannya diteliti lebih dalam, sepertinya Ia hanya ingin membuang Lian ke laut sekarang.

Yah, dalam sekejap ada korban kebakaran yang entah dari mana tiba-tiba langsung memenuhi ruangan, suara ambulans juga tiba-tiba menjadi nyanyian siang mereka yang katanya 'cerah dan damai' itu.

Bahkan Malven yang notabenenya adalah dokter spesialis yang tidak ditugaskan di UGD kini malah harus ikut berperang dengan waktu dalam menangani pasien.

Ada sekitar 34 orang pasien yang masuk dengan luka beragam, meski harus sedikit disyukuri karena 80% diataranya hanya mengalami luka ringan.

Sedangkan Lian? Apa yang bisa dia lakukan? Wawancara pasien? Yah meski begitu dia masih sedikit bertanggung jawab dengan membantu para perawat menangani pasien seperti memeriksa denyut nadi serta segala hal-hal umum lainnya.

"Dokter Raline, apakah bed mobile nomor 6 sudah ada pasien?" Tanya Malven agak lantang karena situasi yang terjadi.

Wanita cantik dengan rambut dicepol itu menoleh sekilas, "Sudah dok, penuh sampai bed 9." Jelasnya sebelum kembali sibuk menangani pasien.

"Sust, tolong bawakan antibiotik sekarang."

"Baik dok."

"Acetaminophen."

"Ini dok."

"Pak apakah bapak juga merasa pusing? Apakah tadi menghisap banyak asap?"

Sang pasien menggeleng, hingga membuat Jendral sedikit menghela nafas lega.

"Untungnya ini hanya luka superfisial jadi tidak perlu dibalut perban dulu." Jendral menoleh ke arah suster disebelahnya, "Tapi tolong kamu tetap awasi, dan berikan salep antibiotik."

"Baik dok."

"Jen, deep partial thickness!"

Jendral yang baru saja selesai menangani pasien, langsung menoleh dan berlari ke arah Malven yang sejak tadi memanggilnya.

"Derajat 2?"

Malven mengangguk cepat membuat Jendral langsung mencari suster disekitarnya, "Tolong ambil perban."

"Baik dok."

Sesaat kemudian, saat Jendral fokus merawat luka bakar pasien, Dokter Raline menghampiri mereka. Hal tersebut membuat Malven langsung bertanya.

"Berapa banyak lagi?"

"Hanya ini yang belum ditangani." Dokter cantik itu menjelaskan, "Tapi ada tiga pasien yang mendapat luka derajat 3 jadi harus dilakukan pemotongan kulit yang terkena bakar dan cangkok."

From Home [NCT DREAM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang