09 : face to face

260 33 1
                                    

"You look like you're bulletproof in every fight
But you are a child in your heart
You say "It doesn't matter" every time
Not being honest to yourself"
.......

SELAMAT MEMBACA!

....

"Halo mama, maaf Azka terlambat dua hari, anggap aja Azka kena macet ya ma."

Lelaki itu mencium nisan didepan seraya meletakkan satu ikat bunga tulip putih kesukaan sang mama di atas makam yang bertuliskan nama 'Alisyah M Naraja'. Setelah itu, Azka beralih mengusap nisan di sebelah makam mamanya dan meletakkan satu ikat tulip berwarna kuning.

"Papa juga, maaf Azka gak dateng tepat waktu, meskipun papa udah duluan pergi daripada mama, Azka jarang banget kesini." Ujarnya lalu menatap bergantian dua ukiran nama dengan marga Naraja tersebut.

"Sebenarnya, wajah mama sama papa, semakin hari, semakin hilang dari ingatan aku." Azka menunduk, "Karena kita gak punya apa-apa buat dikenang. Kita gak punya video dokumenter, gak punya foto keluarga, bahkan aku juga hampir gak punya foto masa kecil."

"Karena kalian juga pasti tau, bocah umur tujuh tahun waktu itu, ingatannya gak banyak, beberapa bahkan membingungkan, entah benar, entah keliru, entah cuma khayalan Azka."

Azka masih sibuk bermonolog dengan dirinya sendiri, kegiatan yang Ia harap bisa didengar oleh mama dan papanya dari atas sana, berharap orang tuanya itu akan memaklumi tentang kenangan mereka yang kian hari kian memudar.

"Azka sedih mulu Tan, tapi mau sok-sokan kuat."

Suara aduan dari belakang beserta tangan seseorang yang terulur untuk meletakkan Bunga di atas makam, membuat Azka kontan menoleh dan menemukan lelaki berkulit tan dengan tampang tengil

Siapa lagi jika bukan Liandra Naraka.

"Ngapain kesini?" Tanya Azka sedikit tak bersahabat, pasalnya, Ia tak pernah ingin diganggu pada hari-hari seperti ini.

Liandra menoleh enteng, "Ngaduin lo ke tante lah, apa lagi?"

Mendengar itu, Azka mendengus, "Udah kayak sepupu paling baik juga lo."

Semoga kalian tidak lupa jika Azka dan Liandra adalah saudara sepupu dari kakek mereka. Meski begitu, Liandra memiliki marga yang berbeda karena ibu dari lelaki itu yang berasal dari keluarga Naraja, bukan ayahnya.

"Emang." Liandra menyatukan kedua tangannya untuk berdoa sebelum kembali menatap Azka, "Lo udah lama disini?"

"Baru aja." Azka menoleh, "Jendral dimana? Ada yang nemenin?"

"Ada, sama Sangga. Ada mama si bungsu itu juga tadi."

Azka mengangguk mengerti, Ia beralih menyatukan kedua tangannya seperti Liandra sebelumnya dan berdoa cukup lama.

Sedangkan lelaki disebelahnya itu hanya mencoba menatap sang sahabat dengan tatapan biasa saja meski entah kenapa Ia selalu merasa sedih saat menyadari jika Azka sudah hidup tanpa kedua orang tuanya dalam waktu yang lama.

Sama sepertinya juga, karena itu Liandra paham sekali rasanya.

"Kakek nyuruh kita makan dirumah nanti malam." Liandra kembali berucap setelah Azka selesai berdoa.

"Lo kesini mau cuma menyampaikan pesan kakek?" Azka menggeleng pelan dan tersenyum ke arah sahabat beserta sepupunya itu, "Rumah gue jauh Yan."

Liandra mendengus, "Yang bener aja Ka, rumah gue lebih jauh."

"Gue sibuk mau ngedit dokumenter."

"Gue juga sibuk ada janji pasien." Lelaki dengan kulit tan itu menghela nafas, "Ikut aja, daripada besok lo dipaksa nemenin dia mancing."

From Home [NCT DREAM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang