Seorang gadis dengan manik cokelat tua yang disirami warna langit mengerjapkan matanya beberapa kali dikarenakan sinar matahari yang memaksa penglihatannya untuk mengambil cahaya terduduk di sebuah bangku taman sekolahnya. Ia baru saja bangun dari dunia mimpi yang dimana dunia tersebut lebih indah dari kenyataan. Disamping kanan dan kiri nya terdapat 2 anak gadis yang sedang bermain dengan handphone mereka, asik sendiri dengan entah apa yang mereka lihat disebuah sosial media dan beberapa kali menunjukkannya kepada satu sama lain. Hingga mereka sadar bahwa temannya yang tertidur selama kurang lebih 20 menit sudah terbangun, " Eh Manda, udh enakan? " Tanya Catrine yang berada di sebelah kanannya. Manda pun mengangguk dan meminum sebotol air mineral yang baru saja diberikan oleh Catrine karena ia merasa tenggorokannya sangat kering." kalo ada maag tuh jangan belaga gak makan, jadi kambuh kan " Oceh Sandra yang berada di sebelah kirinya sambil memberikan satu botol kecil minyak oles beraroma Citrus. Yang terkena oceh pun hanya bisa terdiam dan kembali bersandar pada bahu Sandra sambil mengendus-endus minyak Citrus yang sekarang berada di tangannya. Badannya sangat lemas, ingin bergerak saja rasanya cukup sulit karena maag akutnya bergejolak beberapa kali sampai ia pun muntah - muntah tadi. Ia hanya ingin melakukan diet seperti Sandra, tetapi malah terhambat oleh penyakitnya ini.
Rasa kecewa, sedih, dan marah pun dirasakan oleh Amanda. Kecewa karena dirinya tidak bisa melakukan diet, sedih karena kedua sahabatnya jadi kerepotan, dan marah karena maag nya harus kambuh ketika ia tidak makan. ' benar-benar penyakit yang merepotkan' pikir Amanda. Andai ia bisa kembali ke masa-masa dirinya yang sangat setres untuk mengerjakan tugas akhir sebagai nilai kelulusan SMP, ia pasti akan mencoba untuk relaks dan menyuruh teman sekelompoknya untuk mengerjakan semuanya. Namun apadaya Amanda yang hanya percaya kepada dirinya sendiri ketimbang orang lain.
" Eh tadi tuh aku disuruh ngasi tau amang yang jualan siomay buat ngelapor ke osis soal cathering. " Amanda kaget dan langsung menegakkan badannya, ia baru saja teringat bahwa salah seorang osis sempat menyuruhnya ke tukang siomay untuk laporan soal cathering karena cathering siomay tersebut akan menjadi makan sore para osis, pemain dari sekolah mereka, serta panitia penyelenggara acara di sekolahnya. Acaranya cukup besar karena menghadirkan beberapa sekolah untuk turut serta dalam perlombaan seperti futsal, basket, dance, dan menyanyi. Jadi, bagaimana Amanda tidak kaget dan ngeri?
" Udah kamu tiduran aja lagi, tadi Catrine sama Jane udah ngasi tau kok ke osis. " Ucap sandra sambil megembalikan kepala Manda ke posisi bersandar pada bahunya, diikuti anggukan dari Catrine. Napas lega pun keluar dari mulut Manda, untung saja teman - temannya ini siap membantu dirinya yang menghadapi kesulitan. Hal ini menjadi salah satu alasan Manda sangat sayang kepada dua sahabatnya, Sandra dan Catrine.Seorang lelaki berbalut baju jersey merah dengan tinggi sekitar 170an menghampiri mereka bertiga dengan 3 kotak siomay di tangannya. Lelaki itu bernama Giovanni atau biasa di panggil Gio oleh orang orang, dan sahabat-sahabatnya biasa memanggilnya Oven yang berasal dari kata Ovan di tengah namanya. Memang aneh, namun menurut sahabat - sahabatnya semakin aneh akan menjadi semakin dekat. " Gimana man, udh enakan? " Tanya Gio sambil menyerahkan 3 kotak siomay kepada 3 gadis di depannya, diiringi kata terimakasih dari ketiganya. Yang ditanya hanya mengangguk dan tersenyum karena tidak ingin membuat salah satu sahabatnya laki-lakinya ini kecewa.
Gio pun duduk di depan mereka dengan beralaskan aspal trotoar, membuka hp nya dan mengabari 5 sahabat lainnya bahwa dirinya ada di taman sekolah bersama 3 gadis. Tidak pakai lama, sahabat-sahabatnya pun menghampiri dan langsung duduk di sebelah Gio. 2 dari mereka memakai jersey merah yang menandakan mereka sehabis bertanding bersama Gio dan dua lainnya memakai seragam sekolah putih abu berlapiskan celemek yang menandakan mereka sehabis membantu kios jualan para osis di halaman sekolahnya. Mereka duduk melingkar sambil memakan siomay yang baru saja dibagikan kepada para panitia dan pemain disertai canda tawa.
Manda mengambil handphone yang berada di saku kanan jaketnya dan mencoba mengetikkan sesuatu kepada Jane. Tidak mendapat respon dari Jane, Manda pun bertanya kepada sahabat-sahabatnya akan keberadaan Jane. Catrine pun menjawab bahwa Jane sudah pulang lebih dulu setelah Jane dan Catrine ke tukang siomay.
Tak terasa, langit sore berubah menjadi gelap, waktu sudah menunjukkan pukul 7 yang berarti malam telah tiba. Semua murid yang berada di sekolah pun telah pulang kerumah masing-masing, tak terkecuali Manda dan kawan-kawan.==•==
Singkat cerita Manda dan kawan - kawan sudah sampai ke rumah masing - masing dengan selamat. Dan seperti biasa, Manda selalu mendapatkan pesan dari satu orang yang menanyakan keadaan Catrine yang tak lain dan tak bukan adalah Adrian.Dengan malas Amanda membalas pesannya secara singkat dan langsung terlelap begitu saja karena hari ini adalah hari yang melelahkan. Untung saja hari ini adalah hari terakhir dari event yang diadakan oleh sekolah. Jika tidak, Manda ingin pingsan saja karena harus pulang sore menjelang malam selama beberapa hari. Secara Manda sendiri tidak suka berlama - lama di sekolah dan selalu ingin cepat pulang.
Mungkin kalian bertanya, kenapa malah menjadi panitia event kalau seperti itu? Jawabannya hanya Manda seorang yang tau.
----------------------------------------------------------------------
Dari sini, cerita akan berlanjut dari sudut pandang Manda dengan timeline semester 2 awal di kelas 12 alias mundur. Karena disini author akan memperkenalkan tokoh yang akan muncul terus di masa depan Amanda.
Jiakh. Sekian dan terima kasih.
Jangan lupa tinggalkan jejak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cerita Amanda
RomanceManda yang selalu merasa bahwa dirinya hanya Seseorang yang tidak layak mendapatkan kisah cinta diantara orang - orang pun menceritakan kisah disekitarnya. Ditemani oleh kedelapan sahabatnya yang terdiri dari Cathrine, Sandra, Jane, Giovanni, Raymon...