" Sebenernya... gue suka sama si ituu.. Temen lu itu loh. " Jawabnya dengan aneh.
" Hah siapa? "
" Itu lohh "
" Sapa si? Catrine? " Manusia mana yang lupa dengan nama orang yang ia taksir? Manusia di depan ku jawabannya. Aneh sekali. Aku jadi curiga padanya. Tapi yasudahlah, mungkin memang dia memiliki short term memory seperti Catrine.
" Nah iya. Gue suka ama Catrine "
" Oh.... oke "
"....."
"....."
" ...Ya bantuin lah. Tolongin gue gitu. "
Aih apalagi ini, seperti wisata masa lalu kalau kata orang tua. Dulu aku juga pernah diperlakukan seperti ini, tetapi bedanya saat itu orang yang meminta tolong adalah orang yang kusuka sekaligus sahabatku. Sekarang malah orang lain yang bahkan tidak kukenal.
" Waduh, ga dulu ya. Maap " Tolak ku dengan setulus hati. Tidak mau lagi aku berjuang untuk seseorang yang dimana aku sendiri tidak mendapatkan feedback alias umpan balik. Aku menunggu jawaban yang akan dia lontarkan selanjutnya. Pasti kata selanjutnya adalah,
" Ayolah, please. " Ucapnya sambil mengatupkan tangan. Jadi teringat mantan sahabat yang juga memohon seperti ini haha~.
" Gue kasih tau aja. Catrine udah di deketin orang lain. Kalo lu mau deketin dia juga, usaha sendiri. Gue ga ada hubungannya sama masalah percintaan temen gue. Sekian dan terima kasih. " Aku sudah muak dengan ini. Ini adalah perilaku yang sangat tidak menunjukkan seorang lelaki yang gentleman. Akupun berjalan melewati dirinya. Namun belum ada 5 langkah, tangan ku sudah di tarik oleh nya.
" Lu cukup ngasih tau gue apa aja kesukaan Catrine. Sisanya gue usaha sendiri. Kalo lu minta feedback... Uhhh... Gw bakal jajanin lu sepuasnya tiap lu ngasih tau kesukaannya. Deal ga? "
HEM. Jujur hati ku terlalu malas meladeni orang seperti ini. Tapi tawarannya menarik, jadi otakku akan menerima dengan senang hati. Tetapi aku tidak mau menerima begitu saja. Aku akan menolak lebih dulu, siapa tahu dia akan memberikan lebih. Hehe.
" Tidak, terima kasih. " Ucapku sambil melepaskan cengkraman tangannya di tangan kananku lalu berjalan ke arah pintu rooftop. Namun baru saja aku mau membuka knop pintu rooftop, tiba - tiba si anak osis menepuk pundakku dengan perlahan. Sedikit tersentak karena baru kali ini lelaki yang bukan teman ku memperlakukan ku dengan halus. Tapi ini bukan saatnya untuk baper.
Aku pun menoleh, " Kenapa lagi? " Sambil menunjukkan ekspresi tidak suka yang ku buat se alami mungkin." Kalo jajan kurang, uhh... Apa ya... Ya intinya gue bakal ngabulin yang lu pinta. Gimana? " Ucapnya dengan mata berbinar, entah bayanganku saja atau terkena pantulan cahaya di sekitar.
Seperti yang kubilang tadi, pasti dia akan memberikan yang lebih jika ditolak sekali. Jadi begini rasanya jadi ibu - ibu yang menawar harga di pasar.
Aku mengangguk sebagai jawaban ' ya '. Sekarang aku tidak akan rugi jika diberi keuntungan besar seperti ini. Jadi, apa yang harus kupinta nanti?" Nah kan enak. Nih nomor kontak gue. " Ucapnya sambil menyodorkan secarik kertas berukuran persegi panjang. Aku heran, mengapa dia tidak langsung menyebutkan angkanya saja? Ya mungkin dia tidak ingat dengan nomor teleponnya, tapi apakah dia tidak membawa handphone? Oyaaa, hari ini kan tidak di perbolehkan membawa hanphone.
" Iya nanti gue chat di whatsapp kalo udah gue add. "
" add sekarang dong. "
" Banyak mintanya ya adek kelas satu ini. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cerita Amanda
RomansaManda yang selalu merasa bahwa dirinya hanya Seseorang yang tidak layak mendapatkan kisah cinta diantara orang - orang pun menceritakan kisah disekitarnya. Ditemani oleh kedelapan sahabatnya yang terdiri dari Cathrine, Sandra, Jane, Giovanni, Raymon...