ch. 6 (baca aja bjir)

0 0 0
                                    

" Hayooo ngapain bedua gelap - gelapan. " Ucap Cathrine dengan raut wajah usil miliknya sambil memasang knop pintu yang pastinya copot karena dirinya membuka pintu terlalu keras. Tapi tidak apa, memang pintu kelasku agak rusak dan belum dibetulkan, jadi ini adalah hal wajar yang terjadi. Padahal sekolah ku adalah sekolah yang cukup elit, tapi giliran urusan seperti ini tisak segera dibetulkan.

" Sumpah cat, gue kaget banget. Mana lagi dengerin podcast horor ini. " Jawab ku sambil mengelus dada ku yang jantungnya berdebar - debar tak karuan.

" AHAHA. Gapapa dong jadi ada jumpscare nya. " Catrine pun menarik kursi ke arah depan ku dan Adrian, lalu duduk disana.

" Eh ada Adrian, ngapain lu disini? "

" Itu... tadi gue keringetan parah, jadi mau ngadem aja disini bareng Manda yang kebetulan juga mau ngadem. Kalo lo ngapain kemari? " Jelas Adrian berbohong. Pastinya dia tidak ingin terlihat jelek di depan Cathrine kan.

" Buset pak ketos masih pagi udah diguyur keringet aja. Gue ngapain? Mau ngadem juga dong. Panas banget cuy di bawah, nanti kulit gue belang lagi. " Oceh Cathrine berdasarkan kenyataan. Memang benar, cuaca di luar sangat lah terik sampai kulit pun terbakar, meninggalkan bekas paparan sinar matahari di kulit sampai terlihat belang.

Oh ya, akhirnya mereka ngobrol juga. Dari awal Adrian bertanya - tanya soal Cathrine, ini kali pertamanya mereka berbicara panjang dan lebar. Aku akan membiarkan mereka mengobrol dan semoga mereka semakin dekat, sehingga aku tidak harus selalu membantu Adrian kedepannya.

-.-

Sudah 15 menit berlalu, Adrian dan Cathrine masih saja asik mengobrol dengan bermacam - macam topik random yang mungkin sekalinya terlintas di otak langsung keluar dari mulut agar menjadi bahan pembicaraan. Aku sempat beberapa kali ikut nimbrung dalam obrolan mereka, tapi aku sadar bahwa diriku sedang menjadi nyamuk disini. Oleh karena itu, sekarang aku pura - pura melihat handphone ku dan pamit kepada mereka dan berkata bahwa Sandra memanggilku untuk turun. Namun baru saja aku menutup pintu kelas, terlihat Sandra yang sedang berjalan menuju kelas ku dengan sekotak ayam geprek di tangannya yang sedang ia makan. Akupun menarik tangannya yang memegang sendok karena kalau yang memegang kotak nanti makanannya terjatuh, " Ayo di tempat lain aja, ntu bedua lagi berduaan. Jangan di ganggu. " Dengan raut wajah kebingungan, Sandra mengikuti tarikan ku menuju ke ruang panitia.

Sesampainya di ruang panitia, ada 5 orang yang entah sedang membicarakan apa aku tidak tahu. Mereka menyapa aku dan Sandra hanya untuk sekedar keramahan, lalu aku dan Sandra duduk di kursi yang terkena semburan AC nya. Perlu diketahui bahwa anak kelas 12 yang ikut serta menjadi panitia dibatasi sekitar 6 orang karena seperti yang dibayangkan, kelas 12 sangat sibuk. Sebenarnya tidak sesibuk yang kalian bayangkan. Mungkin karena ini masih awal tahun jadi ya... Belum dimulai kesibukkannya. Itulah sebabnya 6 orang diantara kelas 12 mau untuk ikut serta menjadi panitia event sekolah ini, kira - kira anggotanya hanya aku, Sandra, dan Cathrine, sisanya adalah anak - anak yang suka atau mungkin niat untuk menyibukkan diri. Untuk kelas 11 dan 10 pastinya banyak, terutama para osis dan mungkin juga yang diluar osis.

" Tadi gimana maksudnya? " Tanya Sandra dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

" Itu loh, Adrian sama Cathrine lagi berduaan. Ini pertama kalinya mereka ngobrol panjang kali lebar. Makannya jangan di ganggu. "

" Owalaahh. Padahal gue mau ngadem tadi, Man. "

" Dari pada pas masuk lu jadi nyamuk. Kan ga enak. Yaudah ni gue kipasin. " aku mengambil sebuah map bening tanpa isi yang berada di sebelahku untuk mengipasi Sandra.

" Dingin Man. "

" Yeu, tadi katanya mau ngadem. "

Setelahnya, aku menanyakan mengapa dia makan ayam geprek dengan nasi di jam 9 pagi. Dia berkata bahwa dia belum sarapan makannya ia memakan ayam geprek sebagai sarapannya. Apa dia tidak takut sakit perut ya? Pagi - pagi sudah makan makanan yang mengandung cabai. Dia hanya menyengir dan berkata, " Gapapa, perut gue kan kuat ga kayak lu. " Kurang ajar.

Bukan Cerita AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang